STRATEGI MEMPERTAHANKAN BISNIS YANG
BERGERAK DI BIDANG PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA PANDEMI COVID 19 (CV.
Klinik Sehat Bintaro)
Disusun oleh ;
UPBJJ UT JAKARTA
S1 MANAJEMEN
Abstrak
Sistem
kesehatan di seluruh dunia menghadapi tantangan berat dalam bentuk peningkatan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan oleh orang dengan positif COVID-19, dan
semakin diperburuk oleh rasa takut, stigma, misinformasi, dan pembatasan
pergerakan yang mengganggu pemberian pelayanan kesehatan untuk semua penyakit.
Termasuk yang dialami oleh CV Klinik Sehat Bintaro, Saat sistem kesehatan
kelebihan kapasitas dan masyarakat tidak dapat mengakses layanan kesehatan yang
diperlukan, maka angka kematian langsung akibat wabah maupun kematian dari
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dan diobati akan meningkat drastis. Untuk
menjaga rasa aman dan percaya masyarakat pada kapastian sistem kesehatan yang
aman dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan esensial itu bukanlah hal yang mudah,
kita sebagai penyedia layanan kesehatan harus mempunyai strategi yang dapat
membuat masyarakat merasa aman dan memastikan bahwa kita dapat mencegah dan mengendalikan
tingkat risiko terinfeksi covid 19 di fasilitas pelayanan kesehatan.
Kata
Kunci : CV Klinik Sehat Bintaro, Layanan Kesehatan, Masa Pandemi, Tingkat
Kepercayaan Masyarakat.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Saat ini pandemi Covid-19 sedang menguji
ketahanan sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Kemampuan dalam merespons secara cepat dan tepat menjadi kunci agar kita dapat
melalui krisis ini dengan baik. Kasus Covid-19 di negeri ini telah mencapai
sekitar 80 ribu kasus dan kasus harian terus bertambah. Angka ini hampir mengejar
jumlah kasus di Cina saat mencapai puncak penularan (sekitar 85.000 kasus) dan
angka di sana terus melandai sejak Maret lalu. Karena itu, pemerintah,
pemerintah daerah, industri rumah sakit, asosiasi rumah sakit, dan para manajer
rumah sakit harus bersiap merespons serangkaian gelombang pandemi Covid-19 yang
sedang dan akan menghantam.
Survei terbaru Organisasi Kesehatan
Dunia menunjukkan layanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan
pemeriksaan dan pengobatan selain kasus Covid menjadi terganggu akibat virus
corona. Lebih dari setengah (53%) dari 155 negara yang disurvei menyatakan
akses dan layanan masyarakat untuk pengobatan hipertensi menjadi tertunda.
Dampak serupa juga tampak pada 49% untuk pengobatan diabetes dan komplikasi
yang berhubungan dengan diabetes, 42% untuk pengobatan kanker, dan 31% untuk
keadaan darurat kardiovaskular. Bahkan program pencegahan seperti skrining
(kanker payudara dan serviks) juga ikut terganggu di lebih dari 50% negara.
Wabah yang disebabkan oleh virus corona
telah membuat banyak sekali keputusan dan juga pertimbangan yang mungkin saja
sebelumnya tidak pernah diantisipasi, baik oleh pelaku bisnis, pemerintah, dan
juga masyarakat sendiri. Sudah banyak hal yang telah diupayakan untuk
menghadapi masa pandemi dimana pergerakan manusia sangat terbatas. Salah satu
contoh upaya yang telah dilakukan adalah chatbot yang dirilis oleh WHO yang
juga berkolaborasi dengan WhatsApp untuk memberikan layanan kesehatan online.
Kehadiran chatbot ini untuk membantu masyarakat menghadapi kepanikan wabah
corona.
Pandemi COVID-19 ini merupakan peristiwa
yang tentu saja akan selalu diingat untuk waktu yang lama. Konsekuensi dari
keputusan yang telah diambil saat ini mungkin saja dapat berdampak signifikan
pada perkembangan masyarakat global di masa depan. Meskipun saat ini kita masih
berusaha untuk bertahan ditengah pandemi, namun tentu saja pasti akan ada
beberapa konsekuensi yang akan bertahan lama hingga masa pandemi ini usai.
Hal yang dapat dilakukan untuk tetap
dapat bertahan tanpa terpengaruh dengan kondisi pandemi adalah melakukan segala
aktivitas yang dapat dilakukan secara online. Dengan kondisi social distancing
seperti ini, tentu saja masyarakat akan lebih banyak meluangkan waktu dengan
media sosial dan apapun yang berkaitan dengan teknologi informasi. Wabah yang
disebabkan oleh COVID-19 ini seakan memaksa seluruh masyarakat dunia untuk
mengubah kebiasaan dari interaksi fisik kepada interaksi yang lebih digital.
Salah satu bentuk dari pergeseran interaksi adalah mulai bermunculannya jasa
belanja bahan pokok pangan secara online.
Hal ini sebenarnya memang sudah terjadi,
tetapi perubahan ini tentu saja menciptakan kondisi dimana masyarakat seakan
diminta untuk melakukan pembiasaan diri untuk mengakses berita, informasi, dan
juga segala kebutuhan yang diperlukan lewat dunia maya. Maka dari itu, penulis
tertarik membahasnya lebih jauh lagi tentang kebutuhan masyarakat akan layanan
kesehatan yang disajikan secara cepat dan mudah diakses dengan menarik judul “STRATEGI
MEMPERTAHANKAN BISNIS YANG BERGERAK DI BIDANG PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI
MASA PANDEMI COVID 19 (CV. Klinik Sehat Bintaro)”.
B.
Rumusan Masalah
1)
Bagaimana
kondisi bisnis kesehaatan saat pandemi Covid 19 ?
2)
Apa saja yang
dibutuhkan masyarakat di masa pandemi Covid 19 ?
3)
Strategi apa
yang harus disiapkan oleh penyedia jasa layanan kesehatan masyarakat (Klinik
Sehat Bintaro) saat terjadi pandemi Covid 19 ?
C.
Tujuan Penulisan
1)
Untuk mengetahui
kondisi bisnis kesehatan di masa Covid 19.
2)
Untuk mengetahui
apa saja yang dibutuhkan masyarakat saat terjadinya Covid 19.
3)
Untuk mengetahui
strategi apa yang harus disiapkan oleh penyedia jasa layanan kesehatan
masyarakat (Klinik Sehat Bintaro) saat terjadi pandemi Covid 19 demi
kelangsungan bisnis.
D.
Manfaat penulisan
1)
Bagi penulis,
untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan masyarakat sekarang ini terutama
dalam hal pelayanan kesehatan.
2)
Bagi Pembaca,
untuk mengetahui apa yang harus dipersiapkan saat pandemi Covid 19 masih ada.
PEMBAHASAN
A.
Kondisi Bisnis Layanan Kesehatan
Laporan angka korban Covid-19 telah
melewati 1.78 jt dengan angka harian yang telah mulai kerap di atas 6.680 kasus
(https://covid19.go.id/). Kita prihatin dengan keadaan, yang belum memberi
sinyal kapan akan berhenti. Sementara itu, penegakan protokol kesehatan, yang
dimaksudkan menjadi cara utama untuk memutus penyebaran Covid-19, telah membawa
dampak langsung pada kegiatan ekonomi. Suatu perlambatan terjadi dan di banyak
negara keadaan tersebut telah membawa ekonomi negara dalam resesi.
Apa yang sangat menantang untuk menjadi
bahan kajian ilmu adalah keadaan yang dipicu oleh Covid-19 dalam kenyataan
tidak menghasilkan kesatuan gagasan yang diarahkan untuk mengakselerasi
pengendalian pandemi. Sebaliknya yang berkembang justru suatu dilema dan bahkan
suatu perdebatan tentang mana yang sebaiknya didahulukan penanganannya, apakah
kesehatan atau (pemulihan) ekonomi. Pandemi Covid-19 secara resmi dinyatakan
ada di Indonesia pada awal Maret 2020. Sejak itu secara rutin dilaporan
perkembangan kasusnya. Dari laporan rutin dapat dikatakan tiga hal. Pertama,
kasus pandemi bukan peristiwa yang berawal, dan bukan merupakan keadaan yang
wajar. Kedua, kasus tersebut telah memakan korban jiwa dalam jumlah besar.
Ketiga, kasus tersebut, masih berjalan dan bahkan cenderung meluas. Ketiganya
menunjukkan bahwa pandemi merupakan keadaan yang menjadi penyebab dari masalah
lain, termasuk ke sistem ekonomi.
Sebagai sebuah bencana kesehatan yang
besar, dapat diperkirakan setidaknya pandemi ini akan menghantam sistem
pelayanan kesehatan Indonesia dalam empat gelombang besar yaitu ; Gelombang pertama Gelombang kesakitan
dan kematian akibat Covid-19 adalah gelombang pertama. Di Indonesia, gelombang
ini dimulai pada awal Maret dengan temuan dua kasus positif. Hingga 23 Mei 2021
kasus telah tumbuh menjadi 1.78 jt kasus dengan 49.328 kasus kematian. Gelombang
pertama ini diperkirakan masih akan menghantam sistem pelayanan kesehatan dalam
jangka waktu yang lama. Terlebih adanya temuan studi terbaru yang menyatakan
bahwa seseorang “berpotensi” untuk dapat tertular virus corona berkali-kali.
Gelombang
kedua adalah krisis keuangan
rumah sakit dan klinik. Bermula pada April, ketika Kementerian Kesehatan
mengeluarkan kebijakan agar rumah sakit mengurangi layanan praktik rutin
kecuali dalam kondisi gawat darurat. Pada saat yang sama masyarakat juga
membatasi kunjungan ke rumah sakit karena takut tertular Covid-19. Kebijakan
dan fenomena ini mengakibatkan penurunan signifikan jumlah pasien yang berobat
ke rumah sakit dan akibatnya pendapatan rumah sakit anjlok.
Perusahaan rumah sakit besar nasional
juga merasakan hantaman gelombang ini. Dari enam emiten rumah sakit yang
melantai di Bursa Efek Indonesia, sepanjang rentang 2 Januari-15 Mei 2020,
harga saham seluruhnya jeblok. Saham Pemilik Omni Hospital ambles 51,26%,
Mayapada Hospital susut 45,37%, RS Royal Prima melorot 35,26%, RS Hermina
terjun 20,98%, RS Siloam jatuh 20,28%, dan RS Mitra Keluarga juga turun 12,77%.
Dampak gelombang kedua ini diperkirakan masih akan terus meningkat mengikuti peningkatan
kasus Covid-19. Grafik saham mereka baru akan merangkak ketika kasus Covid-19
telah menurun dan atau kepercayaan masyarakat untuk berobat ke rumah sakit
telah membaik.
Gelombang
ketiga. Gelombang selanjutnya
adalah peningkatan angka infeksi, stres, dan kelelahan tenaga kesehatan. Sebuah
studi literatur menemukan prevalensi kecemasan yang menimpa para tenaga
kesehatan selama terjadinya pandemi Covid-19 cukup besar (23,2%) dan yang
mengalami depresi 22,8% dari total 33.062 sampel tenaga kesehatan. Studi lain
di Singapura dan India dengan responden sebanyak 906 orang menemukan hasil 5,3%
tenaga kesehatan di sana mengalami depresi. Di Indonesia hasil penelitian
menunjukkan sekitar 66% responden dari 644 tenaga kesehatan mengalami
kecemasan, 55% stres dan 23,5% depresi akibat Covid-19. Gelombang ini
diperkirakan akan menghantam pelayanan kesehatan dengan durasi waktu terlama
dibandingkan gelombang lainnya.
Selama pandemi, tenaga kesehatan bekerja
dengan intensitas waktu kerja yang panjang dalam lingkungan yang berat. Banyak
potensi trauma yang harus mereka hadapi. Seperti mereka trauma karena pasien
atau rekan kerja mereka yang meninggal, kekhawatiran tertular atau menularkan
ke keluarga. Ada juga tekanan publik agar mereka memberikan pelayanan terbaik, hingga
kurangnya pengalaman atau peralatan. Ke depan, beban kerja tenaga kesehatan
juga diprediksi akan meningkat tajam. Hal ini karena beban ganda yang akan
dihadapi ketika gelombang keempat mulai menghantam pada saat gelombang lain
belum mereda. Kondisi tersebut akan menyebabkan kelelahan dan stres.
Gelombang
keempat. Peningkatan angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit kronis adalah gelombang keempat. Berbeda
dengan tiga gelombang sebelumnya yang mulai dirasakan, gelombang keempat
mungkin belum terlalu dirasakan hantamannya.
Gelombang ini terjadi karena selama masa pandemi, terjadi fenomena
penundaan mencari perawatan yang dilakukan oleh para penderita penyakit kronis
seperti kanker, jantung, gagal ginjal dan stroke. Dalam jangka panjang,
penundaan perawatan tersebut bisa berdampak serius karena memparah sakitnya. Secara
global, menurut data riset BBC, 130.000 pasien non-Covid 19 meninggal karena
tak memperoleh layanan kesehatan yang semestinya.
Untuk Indonesia, belum ada data terkait
berapa jumlah orang yang telah meninggal sebagai akibat tidak langsung dari
wabah virus corona. Namun beberapa kasus kematian yang diduga akibat tidak
langsung pandemi telah terjadi di masyarakat seperti kasus seorang anak di
Ambon yang meninggal karena harus bolak-balik di beberapa RS untuk mendapat
perawatan, seorang ibu hamil di Makassar yang keguguran, hingga pasien gagal
ginjal di Jabodetabek yang meninggal diduga karena lambat mendapatkan layanan
cuci darah.
B.
Yang Dibutuhkan Oleh Masyarakat Saat Pandemi
Selama masa pandemi, sistem Kesehatan
dihadapkan pada menjaga keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan penanganan
pandemic dan pemenuhan pelayanan Kesehatan esensial. Keseimbangan ini wajib
dijaga agar tidak terjadi peningkatan kasus penyakit lain setelah pandemi
COVID-19 usai. Pesan ini disampaikan oleh Tim Task Force penanganan COVID-19
Kementerian Kesehatan kepada seluruh Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala
Puskesmas secara virtual di Kantor Gubernur.
Pelayanan Kesehatan esensial yang
dimaksud adalah pelayanan Kesehatan rutin dasar yang kebutuhannya akan terus
ada di masyarakat. Dilakukan untuk mendukung tercapainya standar pelayanan
minimal (SPM) bidang Kesehatan melalui Upaya Kesehatan Masyarakat esensial
maupun Upaya Kesehatan Primer. Pelayanan Kesehatan yang dimaksud meliputi
Imunisasi, pemeriksaan Ibu hamil, pengobatan pasien TB, HIV, Penyakit kronis
seperti Diabetes, Hipertensi, dan sebagainya. Jangan sampai nanti saat pandemi
selesai, kasus penyakit kronis menjadi meningkat, kasus polio juga menjadi
meningkat.
Keberhasilan pengendalian pandemi
sendiri dapat dilihat dari tiga kriteria, yaitu kriteria epidemiologi, sistem
Kesehatan, dan surveilans Kesehatan masyarakat. Berdasarkan kriteria
epidemiologi terjadi penurunan minimal 50% kasus dari puncak tertinggi selama tiga
minggu berturut turut, kemjudian jumlah spesimen positif dalam dua minggu
terakhir <5%, selanjutnya kasus konfirmasi >80% berasal dari daftar
kontak dan dapat diidentifikasi kelompok klasternya dalam dua minggu terakhir.
Kemundian penurunan jumlah kasus kematian, penurunan jumlah pasien di rawat dan
kasus kritis yang butuh ICU. Secara nasional kita masih ada di angka 14% untuk
jumlah spesimen positif.
Dari kriteria sistem pelayanan Kesehatan
indicator yang dilihat adalah seluruh pasien COVID-19 maupun pasien non-COVID
memperoleh tatalaksana pelayanan kesehatan sesuai dengan standar; sistem
pelayanan dapat mengatasi >20% kasus COVID-19, terdapat komite Pengendalian
penyakit Infeksi (PPI) di rumah sakit, serta seluruh fasilitas pelayanan
Kesehatan dapat melakukan skrining COVID-19 dan memiliki mekanisme isolasi
suspect.
Sementara dari kriteria surveilans
indicator yang dilihat adalah setiap kasus dapat diidentifikasi, dilaporkan,
dan dianalisis kurang dari 24 jam; selain itu perkembangan kasus di wilayah dilaporkan
secara agregat oleh dinkes kab/kota kepada dinkes provinsi; serta penerapan dan
penguatan surveilans di tempat tertutup seperi lapas, panti jompo, panti rehab,
pondok pesantren dan lain sebagainya.
Penanggulangan
COVID-19 Dibutuhkan Kekompakan Lintas Sektor
Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular, dr Cut Putri Arianie, MHKes juga menyampaikan bahwa
keberhasilan penanggulangan COVID-19 memerlukan kekompakan dari semua Lintas
Program tekait. Literasi edukasi juga perlu secara terus menerus dilakukan
kepada masyarakat khususnya dalam sosialisasi protokol Kesehatan. Di sini peran
Tenaga Kesehatan sangat penting. Dengan literasi edukasi yang dilakukan secara
terus menerus, dr.Cut yakin keragu-raguan masyarakat terhadap COVID-19 dapat terhapus.
Hal ini penting dalam memutus mata rantai penularan COVID-19.
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
COVID-19 revisi kelima wajib menjadi pegangan bagi Tenaga Kesehatan dalam
penanggulangan COVID-19, karena pedoman ini sudah merujuk pada perkembangan
keilmuan dan merujuk pada WHO. Sebagai Nakes menyampaikan informasi, memberikan
literasi edukasi yang benar keapada masyarakat sehingga tidak ada keragu raguan
di masyarakat.
Pemerintah dan para stakeholders rumah
sakit harus mulai bersiap dengan respons yang tepat dan cepat untuk menghadapi
hantaman empat gelombang ini. Strategi harus mulai dirumuskan dan dilaksanakan
segera, agar sistem pelayanan kesehatan tidak runtuh. Strategi utama adalah
segera menekan pertumbuhan kasus baru Covid-19 di masyarakat agar rumah sakit
tidak kewalahan menampung pasien. Selanjutnya pemerintah dan manajemen rumah
sakit harus mulai memikirkan strategi agar akses masyarakat yang memerlukan
layanan kesehatan tidak terhambat akibat pandemi.
Bangun lagi kepercayaan masyarakat agar
tidak takut mengakses pelayanan kesehatan ketika membutuhkan. Tentu saja ini
harus diikuti dengan adanya perlindungan keselamatan yang diberikan oleh
pemerintah dan rumah sakit kepada masyarakat. Memisahkan layanan infeksi dan
non-infeksi atau mendirikan rumah sakit khusus infeksi di berbagai daerah serta
mempercepat implementasi dan dukungan regulasi pelayanan telemedicine adalah
strategi yang dapat ditempuh.
C.
Strategi Pelayanan Yang Harus di Terapkan CV Klinik
Sehat Bintaro
Kemampuan suatu sistem dalam mempertahankan
layanan-layanan kesehatan akan bergantung pada beban dasar penyakitnya,
skenario penularan COVID-19 (yang diklasifikasikan menjadi tidak ada kasus, sporadis,
klaster, atau penularan masyarakat) serta kapasitas sistem kesehatan tersebut
seiring berkembangnya pandemi. Penguatan pelayanan kesehatan primer dalam
rangka realisasi cakupan kesehatan semesta memberikan pondasi penting untuk
beradaptasi ke dalam konteks pandemi. Sistem kesehatan yang ditata dan
dipersiapkan dengan baik akan mampu mempertahankan akses terhadap layanan-layanan
kesehatan esensial berkualitas yang merata selama berlangsungnya kedaruratan, sehingga
dapat membatasi kematian langsung dan menghindarkan kematian tidak langsung.
Pada tahap awal wabah COVID-19, banyak
sistem kesehatan yang berhasil mempertahankan pemberian layanan rutin ketika
dihadapkan pada beban kasus COVID-19 dalam jumlah yang masih terbatas. Seiring melonjaknya
permintaan pelayanan dan semakin terdampaknya tenaga kesehatan oleh infeksi
COVID-19 serta oleh konsekuensi-konsekuensi tidak langsung dari pandemi ini,
muncul kebutuhan untuk mengambil langkah-langkah adaptasi strategis guna
memastikan bahwa sumber daya yang dimiliki sektor publik dan sektor swasta
digunakan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
Perencanaan antisipasi yang efektif akan
mempersiapkan jalan bagi transformasi sistem kesehatan dan menjadikan sistem
kesehatan lebih siap untuk menghadapi gangguan dan mengurangi potensi risiko akibat
gangguan tersebut di masa depan. Adaptasi harus diorientasikan pada penguatan
ketangguhan layanan dan peningkatan potensi pengembangan skala kapasitas
pengobatan COVID-19 dengan cepat, sambil memastikan akses yang aman pada
layanan kesehatan esensial yang berkualitas.
Layanan-layanan berbasis fasilitas sebaiknya
diberikan dari jarak jauh jika sesuai dan memungkinkan, dan pelayanan kesehatan
primer yang biasanya diberikan dalam beberapa kali kunjungan sebaiknya diintegrasikan
menjadi satu jika memungkinkan. Proses rawat inap mungkin perlu disesuaikan berdasarkan
perubahan risiko dan manfaat perawatan di rumah sakit. Perencanaan pemulangan
pasien yang terkoordinasi dengan baik dan ditindaklanjuti di tingkat pelayanan
kesehatan primer dapat mengurangi lama masa inap di rumah sakit.
Sistem kesehatan yang sudah memiliki
model pelayanan kesehatan primer yang terintegrasi serta mencakup keterkaitan
lintas tingkat pelayanan dan fasilitas perawatan di rumah serta perawatan
jangka panjang, dapat menggunakan arsitektur sistem yang sudah ada tersebut
untuk memetakan ulang jalur rujukan dan memastikan layanan yang dibutuhkan
diakses tepat waktu. Di semua sistem, adaptasi yang dilakukan dalam konteks
pandemi dapat menjadi pondasi untuk transformasi dan integrasi layanan layanan
kesehatan primer.
Peralihan Pada
Media Digital
Hal yang dapat dilakukan untuk tetap
dapat bertahan tanpa terpengaruh dengan kondisi pandemi adalah melakukan segala
aktivitas yang dapat dilakukan secara online. Dengan kondisi social distancing
seperti ini, tentu saja masyarakat akan lebih banyak meluangkan waktu dengan
media sosial dan apapun yang berkaitan dengan teknologi informasi. Wabah yang
disebabkan oleh COVID-19 ini seakan memaksa seluruh masyarakat dunia untuk
mengubah kebiasaan dari interaksi fisik kepada interaksi yang lebih digital.
Salah satu bentuk dari pergeseran interaksi adalah mulai bermunculannya jasa
belanja bahan pokok pangan secara online.
Hal ini sebenarnya memang sudah terjadi,
tetapi perubahan ini tentu saja menciptakan kondisi dimana masyarakat seakan
diminta untuk melakukan pembiasaan diri untuk mengakses berita, informasi, dan
juga segala kebutuhan yang diperlukan lewat dunia maya. Maka dari itu,
masyarakat menginginkan informasi yang serba cepat dan mudah diakses.
Teknologi
Kesehatan
Ditengah pandemi corona saat ini,
paparan virus yang dapat dengan mudah menjangkit tenaga kesehatan. Hal ini
tentu saja beresiko tinggi pada kesehatan para dokter dan juga tenaga kesehatan
lainnya. Saat ini pun sudah mulai bermunculan teknologi yang dapat membantu
masyarakat dan juga tenaga medis untuk menekan kurva pasien yang terjangkit
COVID-19. Berbagai bentuk teknologi kesehatan yang sudah hadir untuk membantu
masyarakat adalah layanan konsultasi online dan juga chatbot.
Layanan
Konsultasi Kesehatan Secara Online
Munculnya layanan kesehatan berbasis
online ini bertujuan untuk membantu masyarakat untuk mempermudah melakukan
pengecekan dini dan juga bantuan layanan dokter dan juga rumah sakit. Layanan
kesehatan online ini salah satunya adalah menyediakan online assessment.
Biasanya pengguna layanan online assessment akan diberikan beberapa pertanyaan
mengenai riwayat kesehatan yang nantinya dapat membantu pengguna untuk
berkonsultasi langsung dengan dokter mengenai gejala yang dideritanya.
Chatbot
Selama pandemi corona, permintaan akan
tindakan dan konsultasi medis telah jauh melampaui dokter yang tersedia dan
mampu melakukan diagnosa penyakit. Munculnya chatbot akan diimplementasikan
untuk mendukung peningkatan permintaan praktisi medis. Chatbot membantu
mengatasi kesulitan para tenaga medis yang tak terelakkan selama pandemi virus
corona dengan memberikan berbagai macam layanan mengenai COVID-19. Secara
bersamaan, chatbot juga mampu membuat algoritma yang dibangun untuk membuat
penilaian diagnostik yang mampu mendiagnosis, memberikan rekomendasi medis dan
meningkatkan kasus kepada dokter manusia jika terjadi situasi serius.
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Disaat kondisi seperti ini, masyarakat
tentu saja berharap akan sumber informasi baru yang lebih valid dan juga lebih
lengkap agar dapat meredam kepanikan yang ada saat ini. Karena informasi tidak
hanya datang dari pemerintah atau media besar pada umumnya, tetapi saat ini
arus informasi juga datang dari media alternatif serta pihak-pihak yang
terlibat langsung dengan virus tersebut.
Kita tentu saja mengharapkan banyak
perubahan positif pada tingkat sosial dari pandemi COVID-19. Sebagian besar
perubahan sudah kita alami dan kedepannya tentu akan mengalami perkembangan.
Perubahan tak terduga lainnya juga akan terjadi. Yang jelas, bagaimanapun, masyarakat
saat ini bergerak lebih jauh menuju kehidupan yang lebih digital. Individu dan
pemerintah yang menghadapi perubahan kondisi ini kedepannya mungkin akan lebih
siap untuk menghadapi kondisi lainnya yang tak terhindarkan seperti virus
corona ini.
Seiring dengan perubahan kebiasaan dan
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang aman. CV Klinik
Sehat Bintaro sendiri juga harus mengikuti arus perubahan tersebut agar
kepercayaan masyarakat akan keaman dan sterilnya tempat pelayanan menjadi salah
satu alasan mereka untuk tetap berobat dan tetap menggunakan produk produk
herbal yang ada di Klinik Sehat
Pada pelaksanaannya, hal-hal yang harus dilakukan
dan disiapakan oleh perusahaan penyedia layanan keseerusahaan penyedia layanan
kesehatan antara lain ;
a)
Melakukan
pembersihan dan disinfeksi secara berkala di area kerja dan area publik
(mendisinfeksi fasilitas umum yang sering disentuh publik setiap 4 jam sekali).
b)
Menyediakan
fasilitas cuci tangan yang memadai dan mudah diakses oleh pekerja dan
konsumen/pelaku usaha.
c)
Pastikan pekerja
memahami perlindungan diri dari penularan COVID-19 dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
d)
Melakukan
pengecekan suhu badan bagi seluruh pekerja sebelum mulai bekerja dan
konsumen/pelaku usaha di pintu masuk. Jika ditemukan pekerja dengan suhu
>37,30C (2 kali pemeriksaan dengan jarak 5 menit), tidak diperkenankan masuk
dan diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
e)
Mewajibkan
pekerja dan pengunjung menggunakan masker.
f)
Memasang media
informasi untuk mengingatkan pekerja, pelaku usaha, pelanggan/konsumen dan
pengunjung agar mengikuti ketentuan pembatasan jarak fisik dan mencuci tangan
pakai sabun dengan air mengalir/handsanitizer serta kedisplinan menggunakan
masker.
g)
Melakukan
pembatasan jarak fisik minimal 1 meter:
h)
Melakukan upaya
untuk meminimalkan kontak dengan pelanggan:
Ø Menggunakan pembatas/partisi (misalnya flexy glass)
di meja atau counter sebagai perlindungan tambahan untuk pekerja (kasir,
customer service dan lain-lain).
Ø Mendorong penggunaan metode pembayaran non tunai
(tanpa kontak dan tanpa alat bersama).
i)
Mencegah
kerumunan pelanggan, dapat dilakukan dengan cara:
Ø Menerapkan sistem antrian di pintu masuk dan menjaga
jarak minimal 1 meter.
Ø Memberikan tanda di lantai untuk memfasilitasi
kepatuhan jarak fisik, khususnya di daerah yang paling ramai, seperti kasir dan
pendaftaran
Kunci dari mempertahankan bisnis layanan
kesehatan saat masa pandemi seperti ini adalah “Meningkatkan Mutu dan
Kepercayaan”. Mutu dalam hal ini adalah memastikan bahwa pelayanan yang
dihadirkan merupakan pelayanan medis terbaik yang memenuhi standar dan selalu
menjaga protokol kesehatan. Sedangkan Kepercayaan itu sendiri merupakan upaya
perusahaan dalam menjaga kesterilan tempat, alat medis dan semua penunjang
pelayanan kesehatan. Jika semuanya dapat terpenuhi, maka kepercayaan pelanggan terhadap
pelayanan yang disajikan oleh Klinik Sehat akan bertambah dan juga secara
otomatis membuang rasa takut tertular virus corona di lingkungan Klinik Sehat
Bintaro.
DAFTAR PUSTAKA
“Dampak Pandemi COVID-19: Hantam
Sistem Layanan Kesehatan dalam 4 Gelombang”,Artikel diambil dari internet pada 25 Mei 2021 melalui; https://nationalgeographic.grid.id/read/132255604/dampak-pandemi-covid-19-hantam-sistem-layanan-kesehatan-dalam-4-gelombang?page=3
“Begini Protokol Kesehatan di Sektor Jasa dan
Perdagangan” ,Artikel
diambil dari internet pada 25 Mei 2021 melalui : https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20200526/5033964/begini-protokol-kesehatan-sektor-jasa-dan-perdagangan/
Rokom.
2021. “Pelayanan Kesehatan Essensial
tetap Menjadi Prioritas di Masa Pandemi COVID-19” , Artikel diambil dari internet pada 25 Mei 2021
melalui https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20201007/2735324/pelayanan-kesehatan-essensial-tetap-menjadi-prioritas-masa-pandemi-covid-19/
Amanda,
Nabila. 2020. “Dampak Layanan Kesehatan
Pasca Pandemi Corona.”, Artikel diambil dari internet pada 25 Mei 2021 melalui : https://vutura.io/blog/dampak-layanan-kesehatan-pasca-pandemi-corona/
Sunarto.
2020. “Pendekatan Kesehatan dan Ekonomi
untuk Pandemi Covid-19”. Artikel diambil dari internet pada 25 Mei 2021 melalui : https://ekonomi.bisnis.com/read/20201017/9/1306284/pendekatan-kesehatan-dan-ekonomi-untuk-pandemi-covid-19
Samsuri.
2021. “Pelayanan Kesehatan Pasca-pandemi Covid-19” ,Artikel diambil dari internet pada 26 Mei 2021 melalui : https://www.kompas.id/baca/opini/2021/03/13/pelayanan-kesehatan-pasca-pandemi-covid-19/
Yoke,
Raditya. 2020. “Dampak Covid-19 terhadap
Pelayanan Kesehatan”, Artikel diambil dari internet pada 26 Mei 2021
melalui : https://bem.fisip.uns.ac.id/2020/07/29/dampak-covid-19-terhadap-pelayanan-kesehatan/
“Buruknya Akses dan Pelayanan Kesehatan untuk Warga Di
Tengah Pandemi COVID-19”.
Artikel diambil dari internet pada 26 Mei 2021 melalui : https://lokataru.id/buruknya-akses-dan-pelayanan-kesehatan-untuk-warga-di-tengah-pandemi-covid-19/
“Mempertahankan layanan kesehatan
esensial: panduan operasional untuk konteks COVID-19”. Artikel diambil dari internet pada 26 Mei 2021 melalui : https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/maintaining-essential-health-services---ind.pdf?sfvrsn=d8bbc480_2
“Pelayanan Kesehatan Puskesmas di Masa Pandemi
COVID-19”.
Artikel diambil dari internet pada 26 Mei 2021 melalui : https://covid19.go.id/edukasi/tenaga-kesehatan/pelayanan-kesehatan-puskesmas-di-masa-pandemi-covid-19
Nasya,
Ghefira. 2020. “Ketersediaan Pelayanan Kesehatan di Era Pandemi”. Artikel
diambil dari internet pada 26 Mei 2021 melalui : https://cimsa.or.id/news/index/ketersediaan-pelayanan-kesehatan-di-era-pandemi