Pengaruh Earnings Management
Terhadap Penilaian Kondisi Keuangan Perusahaan
Disusun oleh ;
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxx
UPBJJ UT
xxxxxxxxxxxx
S1 AKUNTANSI
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx@gmail.com
Abstrak
Setiap perusahaan memiliki
keinginan untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Menurut Gill (2013: 129),
nilai perusahaan berkaitan erat dengan pasar saham. Pasar modal akan bereaksi
terhadap perusahaan dengan nilai yang makin tinggi maupun ketika nilai
perusahaan menurun. Persaingan
bisnis yang ketat mendorong pihak manajemen perusahaan untuk berlomba-lomba
memaksimalkan nilai perusahaanya. Usaha dalam memaksimalkan nilai perusahaan
ini dapat ditempuh melalui berbagai cara. Cara yang dilakukan salah satunya
melalui aktivitas earnings management. Earnings management merupakan
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk memanipulasi
laporan keuangan. Earnings management yang dilakukan oleh manajer akan
menyebabkan laba hasil usaha perusahaan terlihat lebih tinggi (overstate) atau
lebih rendah (understate) dari yang seharusnya. Manajer melakukan earnings
management untuk memenuhi keinginan pribadi (managerial’s interest), hal
tersebut dilakukan secara legal dengan memanfaatkan fleksibilitas dalam
akuntansi tanpa melanggar hukum. Laporan keuangan dimanipulasi dengan tujuan
agar laporan terlihat baik dan sehat, sehingga perusahaan dianggap tetap
memiliki kualitas yang tinggi.
Kata
Kunci : Earnings Management, Prinsip Akuntansi, Manipulasi Laporan, Nilai
Perusahaan.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tujuan utama
perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Kemakmuran pemilik atau pemegang
saham tercermin dalam harga saham di pasar modal. Semakin tinggi harga saham
berarti kesejahteraan pemilik semakin meningkat. Dalam menjalankan usahanya,
perusahaan yang go public dikelola dengan memisahkan antara fungsi kepemilikan
dengan fungsi pengelolaan atau manajerial. Pemisahan fungsi tersebut membentuk
suatu hubungan keagenan yaitu suatu hubungan dimana pemegang saham (principal)
mempercayakan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh orang lain atau manajer
(agent) sesuai dengan kepentingan pemilik (principal), dengan mendelegasikan
beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada agent (Jensen dan Meckling,
1976). Manajer dalam menjalankan perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengelola
perusahaan sebagaimana diamanahkan oleh pemilik atau para pemegang saham
(principal), yaitu meningkatkan kemakmuran prinsipal melalui peningkatan nilai
perusahaan. Sebagai imbalannya, agent akan memperoleh gaji, bonus, dan berbagai
macam kompensasi.
Laporan keuangan
merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar
korporasi. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih
rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil,
namun disisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada
pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari
aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang
secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan
sebutan manajemen laba atau earnings management.
Menurut Fuad (2006:
23), kemakmuran pemegang saham identik dengan peningkatan harga saham. Sebagian
besar pemegang saham mengharapkan return yang tinggi atas modal yang ditanamkan
di perusahaan tersebut. Semakin naik harga saham, maka semakin tinggi return
yang akan didapatkan. Perusahaan dengan nilai yang baik dapat mendorong
pengguna laporan keuangan untuk menginvestasikan modalnya sehingga
target-target yang diharapkan perusahaan tercapai. Hal-hal di atas menunjukkan
bahwa nilai perusahaan yang tinggi mampu meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan pemegang saham. Menurut Walsh (2012: 328), keputusan investor
untuk memilih perusahaan dan menginvestasikan modal biasanya ditentukan dengan
melihat laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan menganalisis berbagai
informasi dari laporan keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa laporan keuangan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
investor mengingat peran sertanya terhadap nilai perusahaan.
Nilai perusahaan
dapat diukur menggunakan metode Tobin’s q. Menurut Wolfe (2003: 155), Tobin’s q
telah teruji sebagai sebuah indikator untuk mengukur kinerja perusahaan dan
dapat digunakan untuk menghitung nilai perusahaan. Tobin’s q telah dibandingkan
dengan Altman Z-score sebagai indikator lain yang layak untuk dijadikan sebagai
indikator pengukur ekonomi perusahaan. Tobin’s q juga digunakan oleh Black,
Jang, dan Kim (2003) yang menemukan adanya hubungan positif antara corporate
governance dengan kinerja perusahaan. Tobin’s q menggunakan data keuangan yang
dapat diambil dari laporan perusahaan. Data keuangan tersebut berupa Market
Value of Equity (MVE), Book Value of Debt (D), dan Book Value of Total Assets
(TA). Masing-masing data keuangan tersebut digunakan sebagai dasar untuk
menghitung gambaran statistik yang berfungsi sebagai proksi nilai perusahaan
dari perspektif investor.
Namun dalam
kenyataannya pihak agent atau manajer perusahaan sering mempunyai tujuan lain
yang bertentangan dengan tujuan utama manajemen perusahaan yang tidak selalu
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, melainkan lebih mementingkan untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka. Para manajemen perusahaan mempunyai
kecenderungan bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya
dengan memakai biaya dari pihak lain. Dan perilaku seperti ini seringkali
menimbulkan konflik kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Konflik
kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor
aktivitas manajer sehari-hari untuk memastikan bahwa manajer bekerja sesuai
dengan kepentingan pemilik perusahaan.
Principal tidak
memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Di lain pihak, agent
mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan
perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Adanya
asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri,
mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya
untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal
(pemegang saham) dan mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agent dan laporan keuangan. Untuk itu penulis tertarik
membahasnya lebih jauh lagi tentang pengaruh earnings management terhadap
keberlangsungannya sebuah perusahaan dengan menarik judul “Pengaruh Earnings Management
Terhadap Penilaian Kondisi Keuangan Perusahaan”.
B. Rumusan
Masalah
1)
Apa
itu Earnings Management dan tujuan perusahaan melakukan Earnings Management?
2)
Bagaimana
cara para manager melakukan Earnings Management?
3)
Apa
dampak Earnings Management terhadap keberlangsungan suatu perusahaan?
C. Tujuan
Penelitian
1)
Mengetahui
apa itu Earnings Management dan tujuan dilakukannya Earnings Management di
perusahaaan.
2)
Mengetahui
skema penerapan Earnings Management.
3)
Mengetahui
dampak Earnings Management terhadap masa depan perusahaan.
D. Manfaat
Penulisan
1)
Bagi
Penulis, untuk menambah pengetahuan tentang apa itu Earnings Management.
2)
Bagi
Pembaca, sebagai referensi bacaan agar kedepannya ketika pembaca ingin
menjalankan sebuah usaha tahu kapan harus melakukan Earnings Management.
PEMBAHASAN
A. Earnings
Management dan Tujuannya
Earnings
Management menurut para ahli
Scott (2003:369)
mendefinisikan earning management sebagai ”the choice by a manager of
accounting policies so as to achieve some specific objective” yang kurang lebih
meiliki arti : pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan
akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. Menurut Sugiri (1998) yang
dikutip oleh Widyaningdyah (2001), definisi earning management dibagi dalam dua
definisi, yaitu: Definisi sempit. Earning
management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi.
Earning management dalam arti sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer
untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan
besarnya earnings. Definisi luas. 2Earning
management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang
dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang
unit tersebut.
Jika Sugiri (1998)
memberikan definisi earning management secara teknis, maka Surifah (1999)
memberikan pendapatnya mengenai dampak earning management terhadap kredibilitas
laporan keuangan. Menurut Surifah (1999) earning management dapat mengurangi
kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan,
karena earning management merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan
keuangan yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer dan pihak eksternal
perusahaan.
Konsep earning
management menurut Salno dan Baridwan (2000:19): menggunakan pendekatan teori
keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa ”praktek earning management
dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan pemilik
(principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya”. Agency theory
memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh
kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk
menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya,
antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak
kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal
tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa
manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik).
Menurut Healy dan
Wahlen yang dikutip oleh Riduwan (2001) menyatakan bahwa earning management
terjadi ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan
dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik
untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja ekonomis
perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada
angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Tujuan
earning management
Menurut Watt dan
Zimmerman (yang dikutip oleh Indarti et. al., 2004) tujuan yang akan dicapai
oleh manajemen melalui earning management meliputi: mendapatkan bonus dan
kompensasi lainnya, mempengaruhi keputusan pelaku pasar modal, menghindari
biaya politik. Berdasarkan pertimbangan biaya dan manfaat, manajemen diperbolehkan
memilih dan menerapkan metode-metode akuntansi. Hal ini menjadi penyebab utama
manajer melakukan earning management. Menurut Scott (2003:377) beberapa
motivasi yang mendorong manajemen melakukan earning management, antara lain. Motivasi bonus, yaitu manajer akan
berusaha mengatur laba bersih agar dapat memaksimalkan bonusnya. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang
jangka panjang, yaitu manajer menaikkan laba bersih untuk mengurangi
kemungkinan perusahaan mengalami technical default. Motivasi politik, aspek politis ini tidak dapat dilepaskan dari
perusahaan, khususnya perusahaan besar dan industri strategis karena
aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak.
Motivasi
pajak, pajak
merupakan salah satu alasan utama perusahaan mengurangi laba bersih yang
dilaporkan. Pergantian CEO (Chief
Executive Officer), banyak motivasi yang timbul berkaitan dengan CEO,
seperti CEO yang mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya, CEO yang
kurang berhasil memperbaiki kinerjanya untuk menghindari pemecatannya, CEO baru
untuk menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya. Penawaran saham perdana (IPO), manajer perusahaan yang going public
melakukan earning management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas
sahamnya dengan harapan mendapatkan respon pasar yang positif terhadap
peramalan laba sebagai sinyal dari nilai perusahaan. Motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan informasi privat
yang dimiliki perusahaan kepada investor dan kreditor.
B. Cara
dan Berjalannya Sistem Earning Management Pada Suatu Perusahaan
Terdapat dua macam
teknik dalam manajemen laba yaitu manajemen laba riil (real earnings management)
atau sering juga disebut manipulasi aktivitas riil dan manajemen laba berbasis
akrual (accrual based-earnings management). Menurut Febrininta dan Siregar
(2014: 366), manajemen laba riil adalah manajemen laba yang dilakukan dengan cara
memanipulasi berbagai aktivitas riil yang nantinya akan berdampak langsung
terhadap arus kas perusahaan, sedangkan manajemen laba akrual menjadikan akrual
sebagai objek pengelolaan laba Secara garis besar untuk melakukan managemen
laba atau Earning Management para manager dapat melakukannya dengan tiga hal. Pertama, mengatur dan membuat estimasi
akuntansi. Kedua, mengubah metode
akuntansi. Ketiga, menggeser periode
biaya atau pendapatan.
Banyak cara yang
dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi waktu, jumlah, atau makna
transaksi dalam pelaporan keuangan dengan melakukan pemilihan metode akuntansi
dan accounting judgment (Merchant dan Rockness, 1994), yang dikutip oleh Sari
(2005). Menurut Scott (2003:383) berbagai pola yang sering dilakukan manajer
dalam earning management adalah:
Taking
a bath
Terjadinya taking a
bath pada periode stress atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru. Bila
perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan
laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan
laba yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada
periode yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi
buruk yang tidak menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut.
Untuk itu manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan
biaya yang akan datang pada saat ini serta melakukan clear the desk, sehingga
laba yang dilaporkan di periode yang akan datang meningkat.
Income
minimization
Bentuk ini mirip
dengan ”taking a bath”, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan sebagai
alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan
aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran
sebagai biaya. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud
agar tidak mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat
berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan
pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya
eksplorasi.
Income
maximization
Tindakan ini
bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih
besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer
untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk
meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan pada saat
laba menurun. Perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin
akan memaksimalkan pendapatan.
Income
smoothing
Bentuk ini mungkin
yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan
untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya
investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Teknik untuk merekayasa laba
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok (Setiawati dan Na’im, 2000). Pertama yaitu memanfaatkan peluang untuk
membuat estimasi akuntansi, antara lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih,
estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak
berwujud, estimasi biaya garansi. Kedua
yaitu mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang digunakan
untuk mencatat suatu transaksi, contoh: mengubah metode depresiasi aktiva tetap
yaitu dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. Ketiga yaitu menggeser periode. Biaya
atau pendapatan, misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk
penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat
atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya,
mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi
sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap
yang sudah tidak dipakai.
Pendekatan lain yang
digunakan dalam mengendalikan net income (Lontoh dan Lindrawati, 2004): Pertama, dengan mengendalikan
transaksi-transaksi akrual, dimana transaksi akrual memiliki pengaruh terhadap
pendapatan dan biaya namun tidak tampil pada arus kas. Contoh: amortisasi dan
depresiasi adalah sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan dalam hal menentukan masa
manfaatnya sehingga perusahaan dapat mengatur besarnya pembebanan pada biaya
sesuai keinginan manajemen dalam rangka mencapai hasil akhir pada net income
yang diinginkan. Terdapat dua konsep akrual yaitu: discretionary accrual dan
non discretionary accrual. Discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba
atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen,
sedangkan non discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba yang wajar,
yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kedua, dengan mengubah kebijakan
akuntansi, manajemen juga dapat menentukan net income yang diinginkan, namun
hasrat manajemen untuk melaksanakan hal ini tidak sekuat accrual items.
Alasannya adalah manajemen harus menjelaskannya dalam disclosure pada laporan
keuangan tahunan. Dan alasan ini adalah bahwa standar akuntansi tentang
konsistensi mencegah terjadinya perubahan kebijakan akuntansi sesering mungkin.
Contohnya adalah merubah metode pencatatan dari LIFO menjadi FIFO.
C. Dampak
Yang Ditimbulkan Dari Penerapan Earnings Managent
Merujuk pada SFAC No
1 tentang tujuan pelaporan keuangan perusahaan, tujuan umum pelaporan keuangan
adalah untuk memberi informasi yang bermanfaat untuk pengambil keputusan bisnis
dan ekonomi. Dan pada SFAC No 2 ditegaskan tentang karakteristik kualitas
informasi keuangan meliputi relevansi (predictive value, feedback value, dan
timeliness), realibilitas (verifiability dan representational faith-fullness)
yang harus dipenuhi dalam penyusunan laporan keuangan (Wolk, 2001). Jika dilihat
dari SFAC 1 dan SFAC 2, manajemen laba memang merugikan karena informasi yang
disajikan menjadi tidak bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan tidak
menggambarkan realitas kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Beberapa pihak juga
berpandangan negatif terhadap perilaku manajemen laba. Mereka menganggap
praktik perataan penghasilan adalah amoral, tindakan penipuan, dan penyesatan
oleh manajemen perusahaan (Ronen dan Sadan, 1981; Healy dan Wahlen, 1998; Suh,
1990). Manajemen laba merupakan area yang controversial. Beberapa pihak
berpendapat bahwa perilaku manajemen laba tidak dapat diterima, mempunyai
alasan bahwa
manajemen laba berarti suatu pengurangan dalam keandalan informasi laporan
keuangan. Investor mungkin tidak menerima informasi yang cukup akurat mengenai
laba untuk mengevaluasi return dan risiko portofolionya (Assih, 2004).
Perspektif yang
berbeda menganggap bahwa perataan penghasilan adalah upaya manajemen untuk
memuaskan pemegang saham dengan menurunkan risiko perusahaan (Trueman, 1988).
Wang (1994) menyatakan bahwa perataan justru sebuah tindakan yang seharusnya
dilakukan manajer. Gordon (1964) dalam Michelson et al. (2000) menyatakan bahwa
laba yang stabil meningkatkan kepuasan pemegang saham. Di samping itu,
Beidleman (1973) dalam Michelson et al. (2000) menyatakan bahwa perataan laba
memperluas pasar saham perusahaan sehingga berdampak positif pada harga
sahamnya. Mereka menganggap bahwa perataan penghasilan memiliki nilai informasi
atas laba laporan. Hasil studi yang dilakukannya menyediakan bukti-bukti yang
mengindikasikan bahwa laba yang diratakan juga lebih disukai pasar karena
perusahaan dengan serial laba yang rata dianggap memiliki risiko yang lebih
rendah.
Kelebihan dari Manajemen Laba
Dengan adanya manajemen laba maka kualitas laba dapat meningkatkan return (hasil
akhir) saham dalam hubungannya dengan kenaikan laba. Laba juga
bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi, bisnis, atau investasi. Hal ini
didukung oleh hasil-hasil penelitian tentang berbagai aspek pengambilan
keputusan investasi. Hasil penelitian antara lain mengindikasi kualitas laba
dapat mengurangi biaya modal yang merupakan unsur penting dalam pengambilan
keputusan investasi.
Kelemahan dari Manajemen Laba
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa laba tidak selalu berkualitas.
Masih ada perusahaan yang mengelabui pemakai laporan keuangan dengan mengubah
estimasi akuntansi, sebenarnya mulai membuat masalah yang sulit dihentikan, dan
apabila mencapai titik nadir yang akan menghancurkan perusahaan itu sendiri.
Manajemen laba pada dasarnya dilakukan dengan menggeser biaya sekarang menjadi
biaya periode masa depan dan pendapatan periode masa depan menjadi pendapatan
sekarang agar laba yang dilaporkan lebih tinggi dari laba sesungguhnya.
Sebaliknya, jika perusahaan menginginkan laba yang dilaporkan lebih rendah
dari laba sesungguhnya, maka upaya yang dilakukan adalah menggeser biaya
periode masa depan menjadi biaya saat ini dan pendapatan saat ini menjadi
pendapatan periode masa depan. Atau dengan kata lain, perusahaan mempunyai
pilihan untuk melaporkan apa yang sesungguhnya terjadi atau merekayasa labanya
menjadi lebih besar atau kecil.
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Earning management
merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini hanya dampak dari
penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual
disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dasar akrual memang
lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas. Sebagai contoh, dengan dasar
kas, pembelian aktiva tetap secara tunai senilai seratus juta rupiah mesti
dibebankan sebagai biaya pada periode saat pembelian aktiva tersebut, meskipun
aktiva tersebut akan bermanfaat bagi perusahaan selama 10 tahun. Jika laporan
rugi laba disusun dengan dasar kas, maka besar kemungkinan dalam periode
tersebut perusahaan dinyatakan mengalami rugi. Jadi pada dasarnya, basis akrual
dipilih dengan tujuan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu
laporan keuangan yang benar-benar mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
Sayangnya, akrual yang ditujukan untuk menjadikan laporan yang sesuai fakta ini
sedikit dapat digerakkan (tuned)sehingga dapat mengubah angka laba yang
dihasilkan.
Menurut penulis,
Earning Management merupakan salah satu strategi yang cukup ampuh bagi
peruahaan untuk bertahan dan bersaing di pasar lokal maupun global. Karena dari
managemen laba tersebut perusahaan bisa membuat nilai perusahaan terlihat lebih
stabil. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa biasanya perusahaan yang melakukan
praktek earning management merupakan perusahaan yang memiliki masalah dalam
kondisi keuangannya, sehingga para pimpinan perusahaan memutusan untuk
melakukan rekayasa kondisi perusahaan yang akhirnya membuat laporan keuangan
yang disajian menjadi bias karena tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya. Lo (2008) menjelaskan hubungan antara earnings management dan
earnings quality, dimana perusahaan yang banyak melakukan earnings management
memiliki earnings quality perusahaan yang buruk. Namun perusahaan yang tidak
melakukan earnings management bukan berarti perusahaan tersebut memiliki
earnings quality bagus karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhi earnings
quality.
DAFTAR PUSTAKA
Pangestika, Witdya. 2019. “Pentingnya
Manajemen Laba yang Harus Anda Ketahui”, Artikel diambil dari internet pada 10 November 2020 melalui : https://www.jurnal.id/id/blog/semua-hal-tentang-manajemen-laba-yang-harus-anda-ketahui/#:~:text=Menurut%20Schipper%20(1989)%2C%20manajemen,eksternal%2C%20untuk%20memperoleh%20beberapa%20keuntungan.
“Teori
Earning Management : Definisi, Pola dan Faktor yang Mendorong Manajemen
Melakukan Earning Management”,Artikel diambil dari
internet pada 10 November 2020 melalui : http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/teori-earning-management-definisi-pola.html
Priharto, Sugi. 2019. “Apa Itu Manajemen Laba? dan
Bagaimana Menerapkanya?” ,Artikel diambil dari internet pada 10 November 2020 melalui :
https://cpssoft.com/blog/manajemen/apa-itu-manajemen-laba-dan-bagaimana-menerapkanya/
“MAKALAH
TEORI AKUNTANSI MENEJEMEN LABA” , Artikel diambil
dari internet pada 10 November 2020 melalui : https://makalahbrojo.blogspot.com/2018/04/makalah-teori-akuntansi-menejemen-laba.html
Safarina, Wahyu. 2017. “PENGARUH EARNINGS
MANAGEMENT PADA LAPORAN KEUANGAN TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN KOMISARIS INDEPENDEN,
KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN KUALITAS AUDITOR
SEBAGAI MODERATING VARIABLE (Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014 dan 2015)”.Artikel
diambil dari internet pada 11
November 2020 melalui : https://eprints.uny.ac.id/59947/1/Skripsi_Wahyu%20Safarina%20Dewi_13812141036.pdf
Sahadatina, Riska.
2015. “PENGARUH
EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”, Artikel diambil dari internet pada 11 November 2020 melalui : http://ejournal.unira.ac.id/index.php/jurnal_makro_manajemen/article/download/268/221
Nurdin. 2019. “Pengaruh
Manajemen Laba (Earning Management)
terhadap Volume
Perdagangan Saham pada Perusahaan Manufaktur (Studi Kasus
Perusahaan Otomotif dan Komponennya) yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2011-2017”. Artikel diambil dari internet pada 11 November 2020 melalui : http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/akuntansi/article/download/3009/pdf
Putra, Asmara. “MANAJEMEN LABA: PERILAKU MANAJEMEN OPPORTUNISTIC ATAU REALISTIC ?”
,Artikel diambil dari internet pada 11 November 2020 melalui :
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jiab/article/download/2636/1850/
Sanjaya. 2017. “Pengaruh Earnings
Management Terhadap Financial
Performance Dengan Earnings
Quality Sebagai Variabel
Intervening”, Artikel
diambil dari internet pada 12
November 2020 melalui : http://publication.petra.ac.id/index.php/akuntansi-bisnis/article/download/6425/5843
Lestari, Sri. 2013. “PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DIMODERASI DENGAN PRAKTIK CORPORATE GOVERNANCE (Studi Empiris Pada
Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008
-2011)”, Artikel diambil
dari internet pada 12 November 2020 melalui : https://media.neliti.com/media/publications/254808-pengaruh-earnings-management-terhadap-ni-dc7de8ec.pdf
Sutrisno. 2010. “PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI MODERATING VARIABLE”, Artikel diambil dari internet pada 12 November 2020 melalui :
http://eprints.undip.ac.id/26967/1/Skripsi..2(r).pdf
Fakhrunisa, Amalia.
2016. “Pengaruh Earnings Management terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan yang Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi di BEI Tahun 2010 – 2014)”, Artikel diambil dari internet pada 12 November 2020 melalui :
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/akuntansi/article/download/3009/pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar