A. PENGERTIAN PIUTANG
Piutang merupakan klaim (hak untuk
mendapatkan) uang dari entitas lain. Piutang juga disebut tagihan atau
receivable. Menurut bukti pendukungnya piutang dapat dikelompokkan menjadi:
1.
Piutang Wesel/Notes Receivable atau
Wesel Tagih, yaitu tagihan
yang didukung oleh instrumen kredit resmi seperti Promes. Promes adalah janji
tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu tanpa syarat.
2.
Piutang Usaha Biasa yaitu tagihan yang didukung oleh bukti usaha biasa
biasa seperti faktur atau bukti bahwa perusahaan telah menjual barang/jasa ke pihak
yang berhutang (debitur).
Mempertimbangkan relevansinya
dengan praktek akuntansi piutang pada instansi pemerintah khususnya pada
kementerian negara/lembaga, bab ini akan lebih banyak membahas mengenai piutang
usaha biasa.
B.
PIUTANG USAHA BIASA
1.
Timbulnya piutang dan
akuntansinya
Piutang dapat timbul karena
menjual barang/jasa atau karena perusahaan memberi pinjaman ke perusahaan lain.
Umumnya piutang dicatat pada saat timbulnya yaitu setelah perusahaan menyerahkan
baran/jasa yang dijual.
1)
Penjualan barang/jasa
Jika perusahaan menjual jasa
secara kredit, misalkan perusahaan pada tanggal 5 Januari 2006 telah menjual
jasa sebesar Rp 5.000.000,00. Karena perusahaan sudah menyerahkan jasa, maka
perusahaan dapat mengakui piutang dan pendapatan jasa dengan membuat jurnal
sebagai berikut:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2006
Jan 5
|
Piutang Usaha
Pendapatan Usaha
|
5.000.000
|
5.000.000
|
2)
Pemberian Pinjaman
Piutang juga dapat timbul
karena perusahaan memberi pinjaman uang pada perusahaan lain. Misalnya pada
tanggal 15 Januari 2006 PT Angkasa Pura II telah memberi pinjaman kepada
pegawai sebesar Rp 500.000,00 maka jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2006
Jan 15
|
Piutang Pegawai
kas
|
500.000
|
500.000
|
2.
Kerugian Piutang
Piutang memiliki resiko tidak
tertagih sehingga timbul kerugian. Terdapat dua metode dalam akuntansi kerugian
piutang, yaitu:
1)
Metode Langsung
Jika metode ini yang
digunakan, perusahaan tidak membentuk cadangan. Jika ada piutang yang dihapus,
Kerugian Piutang didebet, dan rekening Piutang dikredit. Saldo rekening
Kerugian Piutang pada akhir tahun disajikan dalam Laporan Laba Rugi.
2)
Metode Cadangan/Penyisihan
Jika metode ini yang digunakan
perusahaan pertama-tama membentuk cadangan atau penyisihan kerugian piutang
dengan mendebet Beban Kerugian Piutang dan mengkredit Cadangan/Penyisihan
Kerugian Piutang. Pada akhir tahun, saldo rekening Beban Kerugian Piutang
disajikan dalam Laporan Laba Rugi, sedangkan saldo rekening Penyisihan
disajikan di neraca sebagai pengurang Piutang.
Jika ada piutang yang dihapus,
perusahaan tidak mengakui kerugian, sebab kerugian sudah diakui pada saat
membentuk cadangan. Perusahaan mengurangi Cadangan dengan mendebet rekening
Cadangan dan mengkredit rekening Piutang.
Jika banyak penghapusan
piutang, saldo Cadangan dapat habis, oleh karena itu setiap akhir tahun
Cadangan disesuaikan. Jadi pencatatan kerugian piutang dilakukan pada saat:
- pembentukan
Cadangan; dan
- penyesuaian
saldo Cadangan.
Berikut ini contoh ikhtisar
akuntansi kerugian piutang dengan metode Cadangan:
a.
Pada tanggal 31 Desember
2005 dibentuk cadangan kerugian piutang Rp 5.000,00
b.
Pada tanggal 19 September
2006 dihapuskan piutang sebesar Rp 3.000,00
c.
Pada tanggal 14 Desember
2006 diterima piutang yang telah dihapus Rp 2.500
|
|||
Transaksi
|
Jurnal
|
||
Membentuk Cadangan
|
Beban Kerugian Piutang
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang
|
5.000
|
5.000
|
Menghapus Piutang
|
Cadangan/Penyisihan Kerugian
Piutang
Piutang
|
3.000
|
3.000
|
Menerima Piutang yang telah
dihapus
|
Piutang
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang
|
2.500
|
2.500
|
Kas
Piutang
|
2.500
|
2.500
|
|
Menyesuaikan akun Cadangan
|
Pada akhir tahun dilakukan
penyesuian berdasarkan:
a.
Penjualan b. Saldo Piutang
|
c. Menyesuaian saldo rekening
Cadangan Kerugian Piutang
1) Dasar Penjualan
Pertama, tentukan besarnya
penjualan kredit selama setahun, jika tidak ada data gunakan total penjualan
selama satu periode. Besarnya taksiran kerugaian ditentukan dengan mengalikan %
kerugian dengan penjualan tersebut, lalu dijurnal. Misalkan penjualan kredit
selama tahun 2005 sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan ditaksir kerugian piutang
adalah 5% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp 50.000.000,00. Jurnal yang dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2005
Des 31
|
Beban Kerugian Piutang
Penyisihan Ker. Piutang
|
50.000.000
|
50.000.000
|
2) Dasar Piutang
Terdapat tiga
langkah yang harus dilakukan, yaitu:
(a)
Menentukan besarnya taksiran
kerugian piutang;
(b)
Membandingkan taksiran
kerugian piutang dengan saldo rekening Cadangan/Penyisihan;
(c) Membuat
jurnal jika hasil perbandingan pada poin b tidak sama.
Langkah
pertama:
Untuk
menentukan besarnya taksiran kerugian piutang dikemudian hari, dapat didasarkan
pada: (1) Total piutang pada akhir tahun, atau (2) Umur masing-masing tagihan.
(1) Didasarkan
pada Total Piutang
Caranya
dengan mengalikan total piutang dari rekening “Piutang” dengan % yang telah
ditetapkan. Misalnya dari PT ABC diperoleh data sebagai berikut dan taksiran
kerugaian piutang adalah 15% dari total piutang.
DEBITUR
|
JUMLAH
|
TGL FAKTUR
|
TGL JATUH TEMPO
|
PT A
|
2.000
|
20/12/2005
|
20/01/2006
|
PT B
|
2.500
|
15/10/2005
|
15/11/2005
|
PT ABC
|
1.000
|
15/11/2005
|
15/12/2005
|
PT X
|
3.000
|
3/10/2005
|
3/11/2005
|
PT Y
|
2.500
|
3/7/2005
|
3/8/2005
|
PT Z
|
1.000
|
3/8/2005
|
3/9/2005
|
JUMLAH
|
12.000
|
|
|
Taksiran kerugian piutang = 15% x Rp 12.000,00 = Rp
1.800,00.
(2) Didasarkan
pada Umur Piutang
Caranya
hampir sama, namun saldo rekening piutang dianalisis terhadap tanggal
penerbitan dan tanggal jatuh tempo, kemudian dikelompokkan menurut umurnya.
Kemudian saldo masing-masing kelompok piutang dikalikan dengan prosentase yang
telah ditetapkan berdasarkan pengalaman. Cara menentukan umur piutang dapat
dicari (a) dari tanggal faktur ke 31 Desember atau (b) dari tanggal jatuh tempo
ke 31 Desember.
(a) Umur piutang dihitung dari
tanggal jatuh tempo ke tanggal 31 Desember
Karena ada
kemungkinan terdapat piutang yang belum jatuh tempo maka biasanya
pengelompokannya meliputi piutang yang belum jatuh tempo dan yang sudah lewat
waktu. Misalkan prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang
|
% Taksiran Kerugian
Piutang
|
Belum jatuh tempo
|
10%
|
Lewat waktu s.d. 30 hari
|
15%
|
Lewat waktu lebih dari 30
hari
|
20%
|
Untuk mempermudah menentukan
besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur piutang sebagai berikut:
Nama Debitur
|
Jumlah
|
Belum Jatuh Tempo
|
Lewat s.d 30 Hari
|
Lewat Waktu > 30 Hari
|
PT A
|
2.000
|
2.000
|
|
|
PT B
|
2.500
|
|
|
2.500
|
PT ABC
|
1.000
|
|
1.000
|
|
PT X
|
3.000
|
|
|
3.000
|
PT Y
|
2.500
|
|
|
2.500
|
PT Z
|
1.000
|
|
|
1.000
|
Jumlah
|
12.000
|
2.000
|
1.000
|
9.000
|
% Penyisihan
|
|
10%
|
15%
|
20%
|
Jumlah Penyisihan
|
2.150
|
200
|
150
|
1.800
|
(b) Umur piutang dihitung dari
tanggal faktur ke tanggal 31 Desember
Karena umur piutang dihitung
dari tanggal faktur, maka biasanya pengelompokan umur piutang berdasarkan
jumlah hari. Misalkan prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang
|
% Taksiran Kerugian
Piutang
|
s.d. 30 hari
|
10%
|
31 s.d. 60 hari
|
15%
|
lebih dari 60 hari
|
20%
|
Untuk
mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur
piutang sebagai berikut:
Nama Debitur
|
Jumlah
|
s.d. 30 hari
|
31 s.d. 60 hari
|
Lebih dari 60 hari
|
PT A
|
2.000
|
2.000
|
|
|
PT B
|
2.500
|
|
|
2.500
|
PT ABC
|
1.000
|
|
1.000
|
|
PT X
|
3.000
|
|
|
3.000
|
PT Y
|
2.500
|
|
|
2.500
|
PT Z
|
1.000
|
|
|
1.000
|
Jumlah
|
12.000
|
2.000
|
1.000
|
9.000
|
% Penyisihan
|
|
10%
|
15%
|
20%
|
Jumlah Penyisihan
|
2.150
|
200
|
150
|
1.800
|
Langkah kedua:
Membandingkan antara jumlah
taksiran kerugian piutang yang telah dihitung dengan saldo rekening
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Dari perbandingan ini akan ada 4
kemungkinan, yaitu:
(a)
Rekening Cadangan bersaldo
Kredit yang sama dengan taksiran kerugian piutang hasil perhitungan, tidak ada
penyesuaian.
(b)
Rekening Cadangan bersaldo
Kredit lebih kecil dari taksiran kerugian piutang hasi perhitungan, perlu
ditambah dengan membuat jurnal penyesuaian.
(c)
Rekening Cadangan bersaldo Kredit lebih besar dari
taksiran kerugian piutang hasil perhitungan, perlu dikurangi dengan membuat
jurnal penyesuaian.
(d)
Jika Cadangan bersaldo debet,
berarti Cadangan yang dihitung tahun lalu kurang, sehingga rekening Cadangan
harus dikredit sejumlah saldo debet ditambah dengan jumlah taksiran kerugian
piutang hasil perhitungan.
Langkah
ketiga:
Kasus I
Misalkan dalam langkah kedua
telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo
rekening Cadangan kredit Rp 2.150,00, maka tidak perlu ayat jurnal penyesuaian.
Kasus II
Misalkan dalam langkah kedua
telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo
rekening Cadangan kredit Rp 2.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang
dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2005
Des 31
|
Beban Kerugian Piutang
Penyisihan Ker. Piutang
|
150
|
150
|
Jika jurnal ini diposting ke
Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian
Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
|
|
|
Des 31
|
|
2.000
|
|
|
|
31
|
AJP
|
150
|
Beban Kerugian Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Des 31
|
AJP
|
150
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kasus III
Misalkan dalam langkah kedua
telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo
rekening Cadangan kredit Rp 3.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang
dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2005
Des 31
|
Penyisihan Ker. Piutang
Beban Kerugian Piutang
|
850
|
850
|
Jika jurnal ini diposting ke
Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian
Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
31
|
AJP
|
850
|
Des 31
|
|
3.000
|
|
|
|
|
|
|
Beban Kerugian Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
|
|
|
Des 31
|
AJP
|
850
|
|
|
|
|
|
|
Kasus IV
Misalkan dalam langkah kedua
telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo
rekening Cadangan debet Rp 1.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang
dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2005
Des 31
|
Beban Kerugian Piutang
Penyisihan Ker. Piutang
|
3.150
|
3.150
|
Jika jurnal ini diposting ke
Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian
Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Des 31
|
|
1.000
|
Des 31
|
AJP
|
3.150
|
|
|
|
|
|
|
Beban Kerugian Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Des 31
|
AJP
|
3.150
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Penyajian di Neraca
Piutang di sajikan di neraca
sebesar nilai realisasinya. Nilai ini adalah jumlah yang akan diterima berupa
nilai nominal dikurangi dengan taksiran kerugian piutang yang telah dibentuk
dan disesuaikan setiap akhir tahun. Dengan demikian jumlah tersebut merupakan
jumlah yang diharapkan dapat ditagih.
Dengan data di atas, Neaca PT
ABC akan tampak sebagai berikut:
PT ABC
Neraca
31 Desember 2005
Harta Lancar:
Kas xx
Piutang Rp 12.000,00
Penyisihan Kerugian Piutang (Rp 2.150,00) Rp 9.850,00
Kadangkala perusahaan
memberikan potongan tunai dan kesempatan untuk mengembalikan barang (retur penjualan).
Jika perusahaan telah menjual barang dengan syarat di atas, maka ada
kemungkinan pembeli akan membayar dalam masa diskon atau bahkan pembeli dapat
saja mengembalikan barang ke perusahaan. Agar perusahaan dapat menyajikan nilai
piutang sebesar nilai realissi, maka pada akhir tahun perusahaan membuat jurnal
untuk mengakui retur dan pemberian potongan penjualan walaupun belum terjadi
retur dan pemberian potongan tunai penjualan. Jurnal itu juga dmaksudkan untuk
mengurangi nilai piutang sehingga nilai yang disajikan adalah sebesar nilai
yang dapat direalisir. Misalkan pada akhir tahun 2005 diperkirakan bahwa
debitur akan membayar dengan diskon Rp 20,00 dan melakukan retur Rp 100,00, maka perusahaan pada tanggal 31
Desember 2005 akan membuat jurnal:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2005
Des 31
|
Potongan Tunai Penjualan
Cadangan Pot. Tunai Penjualan
|
20
|
20
|
Retur Penjualan
Cadangan Retur Penjualan
|
100
|
100
|
PT ABC
Neraca
31 Desember 2005
Harta Lancar:
Kas xx
Piutang Rp 12.000,00
Cadangan Pot Tunai & Retur Rp 120,00
Penyisihan Kerugian Piutang Rp 2.150,00 (Rp 2.270,00) Rp 9.730