Penaruh Digitalisasi Toko Pakan
Hewan Ternak Terhadap Omzet Penjualan Saat Pandemi Covid-19 (Srijaya
Purwokerto)
Disusun oleh ;
UPBJJ UT PURWOKERTO
S1 AKUNTANSI
Abstrak
Seiring
dengan berkembangnya jaman dan era teknologi saat ini, proses penjualan
disebuah toko harusnya bisa menjadi lebih baik dalam hal penjualan, pencatatan
transaksi, dan pembuatan laporan keuangan atau pembukuan dari penjualan. Hal
tersebut terjadi karena penjualan dengan menggunakan metode sederhana atau
konfensional sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi mobilitas pelanggan yang
semakin cepat. Dengan berkembangnya teknologi, seharusnya dapat membatu proses
bisnis akan semakin efektif dan efisien dibandingkan dengan penjualan tanpa
menggunakan teknologi. Namun terkadang pemilik toko masih tidak yakin akan
penggunaan teknologi akan membantu mereka, masih adanya ketakutan jika
perangkat rusak maka data akan hilang. Oleh karena itu, diperlukan sebuah wujud
dari perkembangan teknologi yaitu aplikasi sistem informasi akuntansi berbasis
website untuk membantu proses bisnis. Sistem ini mendukung fungsi untuk
menampilkan laporan, pengolahan data pelanggan, pengolahan data supplier,
pengolahan data barang, pengolahan data stok, pengolahan transaksi, dan pengolahan
pembayaran atau piutang. Dengan adanya sistem informasi akuntansi berbasis
teknologi diharapkan akan membantu dalam hal peningkatan omzet terlebih saat
kondisi pandemi Covid-19.
Kata
Kunci : Digitalisasi, Omzet, Toko Makanan Hewan, Pandemi Covid-19.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berbagai bisnis atau
usaha di Indonesia dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi
pasarnya yang kian menjadi peluang besar. Salah satu potensi bisnis yang cukup
menjanjikan ialah dengan berbisnis pakan ternak. Indonesia sebagai negara
berkembang dengan berlimpah potensi alamnya membuat berbagai jenis hewan dapat
bertumbuh kembang di negara ini. Seperti halnya binatang ternak yang dapat
tumbuh kembang di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber
penghidupan manusia baik untuk kebutuhan pangan maupun kebutuhan papan. Adapun
berbagai hewan ternak yang dapat dikelola di Indonesia, seperti hewan kambing,
sapi, ayam, bebek, domba, angsa, burung walet, burung puyuh, lele, udang,
belut, dan masih banyak lagi.
Selain sebagai sumber
penghidupan, ternyata hewan ternak juga dapat menjadi sumber bisnis lainnya,
yaitu berkenaan dengan pakan ternak tersebut. Sebagai hewan ternak tentunya
membutuhkan makanan yang setiap harinya menjadi kebutuhan pokok agar hewan
ternak sehat dan bertumbuh dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, muncullah
peluang dalam dunia usaha/bisnis, dengan menjadikan pakan ternak sebagai suatu
bentuk bisnis/usaha. Potensi bisnis pakan ternak yang cocok semakin berpeluang
besar. Namun, dalam membuka usaha/bisnis tersebut dapat dikatakan sesuatu hal
yang tidak boleh diremehkan karena harus membutuhkan kejelian dalam
menganalisis makanan apa saja yang tepat dan dapat dijual kepada para peternak.
Adapun beberapa pakan ternak yang lazim dijual di pasaran di antaranya. Pakan
kasar adalah jenis makanan hewan ternak yang dijual dengan ciri-ciri
padat dan bervolume besar. Jenis pakan kasar umumnya merupakan jenis makanan
yang menjadi sumber energi hewan ternak yang utama guna memenuhi kebutuhan
asupannya. Adapun jenis pakan besar yang dimaksud, seperti makanan jenis
rerumputan, dedaunan, berbagai jenis Jerami jagung, kedelai, dan masih banyak
lagi. Pakan Penguat (Konsentrat), Sementara itu, jenis pakan penguat
(konsentrat) adalah jenis pakan ternak yang memiliki kandungan serat kasar yang
cukup rendah. Jenis pakan ini sebagai pemenuhan protein dan energi bagi hewan
ternak. Adapun yang dimaksud pakan penguat, seperti tepung, kedelai, susu hewan
ternak, dan sebagainya.
Mineral, Jenis pakan lainnya yang dijual
untuk hewan ternak ialah mineral. Tambahan asupan mineral juga penting bagi
hewan ternak agar memenuhi asupan kebutuhan mineral di dalam tubuhnya. Vitamin,
Berbagai jenis vitamin juga dapat dijual di toko ternak. Pasalnya, vitamin
hewan ternak sangat berguna untuk memenuhi berbagai vitamin hewan sehingga
hewan akan tampak sehat dan menghasilkan hasil ternak secara maksimal. Pakan
Tambahan, Berbagai jenis pakan tambahan juga dijual di toko ternak
sebagai pemenuhan kebutuhan hewan ternak. Adapun pakan tambahan yang dimaksud
seperti obat cacing, antibiotik hewan, hormone hewan, dan masih banyak lagi.
Namun Pandemi covid
19 yang telah melanda 2 tahun terakhir mempengaruhi banyak hal, karena kondisi
dan akibat yang ditimbulkan serta peraturan yang dibuat pemerintah. Faktor ini
secara tidak langsung juga mempengaruhi bidang peternakan, terutama penyediaan
bahan pakan dan pakan ternak. Oleh karena itu penulis tertarik membahas lebih
dalam lagi masalah pengaruh covid 19 terhadap bisnis pakan ternak dengan
menarik judul “Pengaruh Digitalisasi Toko Pakan Hewan Ternak Terhadap Omzet Penjualan
Saat Pandemi Covid 19 (Srijaya Purwokerto)”.
B. Rumusan
Masalah
1)
Bagaimana
perkembangan bisnis toko pakan hewan saat kondisi pandemi Covid 19 ?
2)
Kendala
apa saja yang dialami oleh pemilik toko pakan hewan saat pandemi Covid 19 ?
3)
Apa
pengaruh digitalisasi toko terhadap omzet penjualan ?
C. Tujuan
Penulisan
1)
Untuk
mengetahui kondisi bisnis pakan ternak saat terjadi Pandemi Covid 19.
2)
Untuk
mengatahui apa saja yang harus dilakukan oleh pemilik toko untuk mempertahankan
usahanya saat Pandemi Covid 19.
3)
Untuk
mengetahui pengaruh digitalisasi toko terhadap pendapatan.
D. Manfaat
Penulisan
1)
Bagi
Penulis, untuk menambah wawasan tentang pengaruh digitalisasi toko terhadap
omzet penjualan.
2)
Bagi
Pembaca, sebagai bahan bacaan tentang strategi bisnis yang harus diterapkan
saat terjadi pandemi Covid 19.
PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Bisnis Toko Pakan Hewan Saat Pandemi Covid 19.
Kebutuhan manusia
atas konsumsi hewani mengalami peningkatan tiap waktunya, mengingat jenis
kebutuhan yang semakin beragam dan jumlah penduduk yang juga makin bertambah.
Tidak seperti pada masa praaksara, tepatnya pada food gathering, dimana
populasi manusia yang masih sedikit dan memungkinkan terjadinya persaingan
untuk mendapatkan kebutuhan hewani melalui perburuan (Astiti, 2018). Perlu
adanya suatu usaha untuk menyediakan kebutuhan hewani oleh individu atau
kelompok tertentu. Maka, terwujudlah usaha penyelenggaraan peternakan sebagai
salah satu upaya ketahanan pangan bagi suatu negara (UU No. 41, 2014).
Peternakan didefinisikan sebagai suatu aktivitas pemeliharaan atau
pembudidayaan hewan ternak dengan tujuan mendapatkan manfaat baik ekonomi
maupun non-ekonomi (Juariah, 2013). Jenis dari hewan yang dapat diternakkan
juga beragam, seperti sapi, kambing, kerbau, kuda, unggas, dan lain sebagainya.
Peternakan merupakan
salah satu subsektor dalam sektor pertanian yang berperan sebagai penghasil
pangan hewani yang dibutuhkan masyarakat dalam pemenuhan gizi. Indonesia
merupakan wilayah tropis yang memiliki beragam jenis komoditas peternakan yang
dapat dibudidayakan dan dikembangkan, mulai dari ruminansia besar, ruminansia
kecil, hingga unggas. Keragaman komoditas peternakan ini dapat dijadikan
sebagai salah satu bisnis yang dapat dikembangkan oleh masyarakat untuk
menghasilkan pendapatan atau keuntungan serta dipilih sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan (Hermen, 2020).
Pada awal Maret 2019,
terdapat wabah virus yang menyerang dunia, yaitu virus COVID-19 yang memberikan
dampak bagi keseluruhan sektor dalam kehidupan manusia, salah satunya bisnis
peternakan. Kondisi bisnis peternakan sebelum adanya pandemi COVID-19 dari sisi
jaringan rantai pasoknya, berjalan lancar. Rantai pasok yang lancar, mendukung
ketersediaan bahan pakan bagi ternak sehingga dapat terdistribusikan dengan
baik serta melancarkan pula proses distribusi produk kepada konsumen. Aspek
penting pada bisnis peternakan adalah ketersediaan pakan dan lahan.
Ketersediaan pakan menjadi aspek penting dalam bisnis peternakan yang bersifat
komersial. Sebelum pandemi, ketersediaan pakan terjaga karena distribusi pakan
yang lancar. Sesudah pandemi ketersediaan pakan ternak masih terjaga dengan baik
namun mengalami dampak pada distribusi pakan (Tiesnamurti, 2020).
Pandemi COVID-19
menimbulkan berbagai permasalahan dalam industri peternakan, seperti pada
perekonomian domestik. Dampak tersebut berupa penurunan konsumsi dan daya beli,
penurunan kinerja perusahaan, serta ancaman sektor perbankan dan keuangan.
COVID-19 pada aspek konsumsi dan daya beli menyebabkan pengurangan jumlah
tenaga kerja dan penurunan pendapatan (Pakpahan, 2020). Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (2020), disebutkan bahwa jumlah orang miskin bertambah
sebanyak 1,16 juta jiwa dan jumlah pengangguran meningkat sebanyak 2,29%.
Berdasarkan data tersebut, maka usaha peternakan dalam jangka panjang
diprediksi ikut mengalami kerugian, meliputi penurunan produktivitas usaha, pengurangan
jumlah tenaga kerja di sektor peternakan hingga pemberhentian kegiatan bisnis
peternakan.
Kebijakan PSBB
menyebabkan adanya pembatasan aktivitas masyarakat dan akses transportasi, yang
berdampak pada terjadinya penurunan konsumsi dan jumlah produk yang dibeli oleh
masyarakat. Pembatasan akses transportasi menghambat ruang gerak pelaku
peternakan dalam distribusi hasil ternak antar kota, sehingga terjadi gangguan
rantai pasokan atau supply chain management. Gangguan rantai pasokan
menyebabkan ketimpangan antara supply dan demand. Tingginya supply produk
sedangkan demand turun diikuti jatuhnya harga daging yang tidak terkendali
(Armelia, 2020).
Selain dampak
langsung, ada pula dampak tidak langsung COVID-19 kepada para peternak. Salah
satu contohnya adalah pada peternak ayam broiler. Dampak tidak langsung
COVID-19 terhadap usaha peternakan broiler meliputi: perusahaan mengeluarkan
tambahan biaya pemusnahan Day Old Chick (DOC), biaya pencegahan, biaya
kompensasi, biaya pengawasan lalu lintas, penurunan pendapatan tenaga kerja,
gangguan industri kemitraan dan kehilangan peluang pasar. Ancaman wabah
COVID-19 secara spesifik yaitu kegagalan pencapaian target pertumbuhan populasi
ternak, penurunan produksi daging dan produktivitas tenaga kerja, terciptanya externalities
atau biaya yang harus ditanggung peternak akibat dampak negatif dalam aktivitas
ekonomi (Armelia, 2020)
B. Kendala
yang dihadapi selama pandemi Covid 19
Pandemi corona
berimbas pada melemahnya rupiah dan terhambatnya pasokan bahan baku pakan terutama
feed additive. Biaya logistik naik berdampak ke harga pakan yang mengalami
penyesuaian. Perlu regulasi dan inovasi yang mendukung industri pakan tetap tumbuh
dan semakin berdaya saing. Wabah virus corona (Covid-19) yang bermula dari
Wuhan, China Desember tahun lalu telah mengguncang ekonomi dunia, tidak
terkecuali Indonesia. Kurs rupiah, indeks saham, dan konsumsi domestik yang
anjlok, serta perkembangan industri di tanah air pun melambat. Pelaku industri
peternakan khususnya perunggasan seperti pabrikan pakan (feedmill) pun
merasakan dampaknya. Beberapa macam bahan baku pakan yang masih tergantung
impor utamanya dari China terkendala suplai, logistik, dan harganya pun mulai
merangkak naik.
Ketua GPMT (Gabungan
Perusahaan Makanan Ternak), Johan, suplai dari China selama ini untuk bahan
baku pakan mayoritas adalah feed additive (imbuhan pakan) dan vitamin serta
bahan pakan asal tumbuhan yaitu CGM (Corn Gluten Meal). Dampak terbesarnya,
selama wabah Covid-19 di negara Tirai Bambu ini, operasional produsen bahan
baku pakan tersebut ditutup sehingga suplai ke Indonesia pun terhambat. Produsen
bahan baku pakan di China memiliki pangsa pasar global sekitar 60 – 70 %
sehingga akan mempengaruhi logistik bahan baku pakan dunia dan menimbulkan
biaya tinggi. Wabah Covid-19 pun berdampak terhadap goyangnya perekonomian
dunia.
Harga
Bahan Baku Naik
Dengan kondisi
seperti saat ini, secara tidak langsung menyadarkan semua pihak bahwa selama
ini ketergantungan terhadap produk China sangat tinggi. Di bahan baku pakan
misalnya, sekitar 75 % pasokan utamanya feed additive yang terganggu
ketersediaannya di tanah air. Walaupun akhirnya menggunakan produk lokal yang
pasti harganya akan sedikit lebih tinggi dengan kenaikan di pasaran antara Rp
150 – 200 per kg. Semua pihak akan mencari produk tersebut karena sementara
tidak bisa mengharapkan produk datang dari China.
Domestic Purchasing
PT Charoen Pokphand Indonesia, Rudi Hartoyo mengatakan, secara suplai bahan
baku pakan dengan kondisi sekarang berkurang. Dari sisi harga bahan baku impor
ada perubahan yang signifikan, namun untuk bahan baku pakan lokal tidak
seberapa kenaikannya. Pembelian bahan baku pakan impor, umumnya dari China,
tetapi distribusi yang dari negara lain ke China atau ke negara manapun ongkos
logistiknya naik. Kenaikan tersebut bukan berdasarkan tarif yang naik, tapi
karena jumlah barang yang beredar berkurang. Dengan situasi seperti ini
pabrikan pakan tidak bisa berbuat apa-apa, harus terima apa adanya karena tidak
bisa beralih. Bahan baku seperti itu tidak ada gantinya. HPP (Harga Pokok
Produksi) pakan pun secara tidak langsung akan menyesuaikan.
Penyesuaian
Harga Pakan
Dampak dari wabah
Covid-19 ke industri pakan pun mulai dirasakan peternak ayam di dalam negeri. Peternak
broiler (ayam pedaging) di daerah purwokerto, per awal April 2020 harga pakan
dan konsentrat mengalami penyesuaian harga dengan mengalami kenaikan Rp 200 per
kg dan konsentrat Rp 350 per kg. Pabrikan pakan terlebih dulu memberikan
informasi pada pertengahan Maret, bahwa harga pakan pada awal April akan
menyesuaikan harga yang diakibatkan melemahnya kurs rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat dan dampak wabah Covid-19. Setiap perusahaan dalam menyesuaikan
harga pakan untuk waktunya berbeda-beda, dimulai dari periode 1-10 April.
Kondisi ini membuat tambah sulit, sehingga banyak peternak yang akhirnya
memilih tidak mengisi kandang, mengurangi populasi, atau menunda chick in.
Untuk tenggang waktu pembayaran pakan, perusahaan pakan memberikan jangka waktu
lebih sedikit dan arahnya lebih ke pembelian tunai.
Kondisi harga pakan
yang menyesuaikan di April adalah dampak dari tertundanya pengiriman bahan baku
pakan selama dua bulan yang akan mulai masuk kembali di April dan Mei. Dengan
kondisi saat ini, para produsen pakan harus membeli untuk meningkatkan stok
bahan baku pakan yang terkendala selama dua bulan kemarin. Dengan suplai
terbatas dan logistik yang naik, mau tidak mau HPP pakan akan meningkat. Belum
lagi kurs rupiah yang terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat yang
berpengaruh cukup signifikan terhadap harga bahan baku pakan. Produsen pakan
selalu menggunakan daftar biaya dan perubahan harga rata-rata dari stok bahan
baku pakan yang lama dan yang baru sehingga sangat berpengaruh pada formula
setiap pabrikan pakan.
C. Digitalisasi
Toko Pakan Hewan Ternak
Pandemi Covid-19 dan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah berdampak signifikan
pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Meskipun demikian, Menteri
Koperasi dan UKM Teten Masduki menilai UMKM masih bisa meraih peluang dengan
transformasi digital. Adaptasi dan transformasi menjadi kata kunci bagi UMKM
untuk dapat bertahan dan berkembang di masa pandemi. Bentuk adaptasi salah
satunya adalah memahami dan menyesuaikan produk atau usaha dengan perubahan
tren pasar.
Menurut Menteri Teten
untuk bertahan di masa pandemi Covid-19, salah satu strategi yang dapat
dilakukan UMKM adalah dengan bergabung ke dalam marketplace atau berjualan dan
memasarkan produknya secara digital melalui platform e-commerce. Dikatakan,
sudah semakin banyak masyarakat yang go digital yang terlihat dari angka
peningkatan transaksi beberapa e-commerce besar. Blibli mencatat pada tahun
2020 tentang dinamika pasar dapat berubah dalam waktu hitungan triwulan. Pada
triwulan pertama produk pangan dan kesehatan melonjak. Pada triwulan kedua
kebutuhan perumahan, seperti pakaian anak, layanan pesan antar makanan sehat,
dan kebutuhan alat olahraga juga meningkat. Triwulan ketiga, menuju akhir
tahun, muncul kejenuhan akibat pembatasan sosial akibat pandemi sehingga terjadi
peningkatan tren belanja dari rumah untuk keperluan work from home dan
keperluan hiburan di rumah.
Transformasi digital
menjadi kunci pemenuhan dalam membangkitkan sektor UMKM. Google mencatat pada
tahun 2020 juga telah terjadi peningkatan pada nilai transaksi di e-commerce
selama pandemi sebanyak 54% lebih dari 3 juta transaksi per hari dan jasa
pengiriman barang mengalami peningkatan hingga 35% persen. Sementara 37% dari
pengguna layanan ekonomi digital adalah pengguna baru dan tren tersebut akan terus
bertambah.
Era
industrialisasi 4.0 industri pakan
Hadir sebagai pionir
dalam sektor ini adalah Petskita, startup yang menawarkan berbagai solusi dan
kebutuhan hewan peliharaan dalam satu platform digital (website dan aplikasi)
yang terintegrasi. Di Indonesia sendiri, 67% rumah tangga memiliki hewan
peliharaan, dengan proporsi terbesar pada kucing (37%), burung (19%), ikan
(16%), serta anjing (15%). Namun, ada beberapa masalah yang sering dihadapi
para pecinta hewan di Indonesia.
Pertama, produk makanan, perawatan, dan
aksesoris di toko-toko hewan masih sangat terbatas. Untuk pemilik hewan yang
tinggal di daerah terpencil, mereka lebih susah mengakses produk-produk berkualitas
untuk hewan kesayangannya. Kedua, jasa layanan perawatan hewan,
seperti layanan salon atau penitipan, masih sangat konvensional dan kurang
tersentralisasi. Ketiga, pemilik hewan di Indonesia juga belum terbiasa memantau
pertumbuhan dan rekam kesehatan hewan peliharaan, karena belum ada platform
yang mudah digunakan. Keempat, kondisi pandemi covid 19
seperti sekarang ini membuat semua kegiatan diluar rumah dibatasi sehingga
kebutuhan untuk pakan hewan mengalami kendala.
Melihat permasalahan
ini, Toko pakan hewan Srijaya memanfaatkan platform yang sedang ramai
dikalangan pecinta hewan yaitu Petskita. Memanfaatkan teknologi untuk
menyediakan solusi yang terintegrasi dalam satu platform. Sejak bulan Mei 2020,
Petskita telah meluncurkan Pet Marketplace dengan lebih dari 1.000 pilihan
produk, mulai dari makanan hewan hingga gadget dan aksesoris. Tidak hanya
berfokus pada anjing dan kucing, startup asal Medan ini bahkan telah
menyediakan produk untuk ikan, burung, kelinci, hingga hewan eksotik. Marketplace
seperti Petskita memudahkan semua Pet Parents (sebutan bagi pemilik hewan)
memenuhi kebutuhan hewan kesayangan mereka secara online di masa pandemi.
Dengan melakukan penjualan secara online Toko pakan Srijaya diharapkan tetap
eksis dan bertahan dipasaran dengan menjaga kualitas pelayanan serta tetap
menjadi pilihan nomor satu toko pakan hewan di Kota Purwokerto.
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Adaptasi dan
Transformasi
merupakan solusi yang terbaik. Pandemi COVID-19 berdampak pada produk pertanian
dan peternakan baik di Indonesia maupun global. Produk peternakan dan pertanian
saat ini mengalami berbagai kendala seperti harga di tingkat produsen yang
turun, distribusi ke konsumen menjadi terhambat, dan naiknya harga di tingkat
konsumen. Pada masa Ramadhan dan Idul Fitri yang biasanya mengalami
peningkatan, ini justru malah mengalami pukulan telak karena masyarakat
mengalami stagnasi bahkan penurunan struktur kesejahteraan sehingga ada
kecenderungan untuk menahan pembelian berbagai produk peternakan. Pandemi
COVID-19 ini memukul perekonomian masyarakat seperti krisis 1998. Hanya bedanya
adalah pada tahun 1998 masyarakat masih bisa bergerak sedangkan saat ini
masyarakat harus menahan diri di rumah dengan adanya physical dan social
distancing.
Dalam kasus ini
penulis menyoroti satu platfrom yang menurut penulis dapat dijadikan solusi di
kalangan penggiat toko pakan hewan ternak, yaitu Petskita. Petskita merupakan Platform
yang meyediakan layanan bagi UMKM yang bergerak di jasa penyedia kebutuhan
pakan hewan ternak. Disana kita dapat memasarkan produk kita secara digital
dengan cakupan yang luas. Dengan beralihnya kebiasaan kita yang awalnya
berjualan seacara luring dan sekarang beralih ke jualan daring maka diharapkan
kita tetap bisa mempertahankan eksistensi di masa PPKM dan mampu meningkatkan
omzet penjualan meski sedang dalam keadaan Pandemi Covid 19 seperti sekarang
ini.
Dengan adanya
physical dan social distancing inilah kesempatan kita untuk lebih menggiatkan
lagi era industrial 4.0 di dunia jasa penyedia pakan ternak. Dengan merubah
kebiasaan menjual produk secara konvesional ke digital diharapkan berdapak
positif terhadap omzet penjualan. Para pemain bisnis teknologi Petshop bisa
berkolaborasi dengan beberapa pemain, misalnya dari ride-hailing untuk
meningkatkan layanan antar dan social commerce untuk menstimulasi minat
masyarakat yang berselancar di dunia maya agar ketika melihat produk kita ada
keniatan untuk langsung memesan.
DAFTAR PUSTAKA
Wirawan, Unggul. 2021. “Adaptasi
dan Transformasi Digital Jadi Solusi UMKM yang Terdampak PPKM”, Artikel diambil dari internet pada 10 November 2021 melalui :
https://www.beritasatu.com/ekonomi/805523/adaptasi-dan-transformasi-digital-jadi-solusi-umkm-yang-terdampak-ppkm
Putri, Dinda. 2021. “Apa yang Dilakukan
Peternak di Masa Pandemi COVID?”,Artikel diambil
dari internet pada 10 November 2021 melalui : https://covidcare.id/artikel/apa-yang-dilakukan-peternak-di-masa-pandemi-covid
Winarto, Yudho. 2020. “Bisnis hewan peliharaan
booming, startup Petskita tangkap peluang pet economy” ,Artikel diambil
dari internet pada 10 November 2021 melalui : https://industri.kontan.co.id/news/bisnis-hewan-peliharaan-booming-startup-petskita-tangkap-peluang-pet-economy
“Bisnis
pakan ternak eks sopir ini laris manis di tengah pandemi” , Artikel diambil dari internet pada 10 November 2021 melalui : https://www.kabarbisnis.com/read/28100403/bisnis-pakan-ternak-eks-sopir-ini-laris-manis-di-tengah-pandemi
“DAMPAK
PANDEMI COVID–19 TERHADAP KETERSEDIAAN PAKAN TERNAK DI SUMATERA BARAT”.Artikel diambil dari internet pada 11 November 2021 melalui : https://ejournal.sumbarprov.go.id/index.php/jpn/article/view/199
Yusuf, Alfi. 2015. “SISTEM
INFORMASI PENJUALAN ONLINE PAKAN HEWAN PELIHARAAN PADA TOKO SALIM”, Artikel diambil dari internet pada 11 November 2021 melalui :
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2015/10.1.03.03.0022.pdf
Efandio, Akbar. 2021. “Genjot
Penjualan saat PPKM Darurat, Ini Strategi Pelaku Foodtech”. Artikel diambil dari internet pada 11 November 2021 melalui :
https://teknologi.bisnis.com/read/20210705/266/1413650/genjot-penjualan-saat-ppkm-darurat-ini-strategi-pelaku-foodtech
“Industri
Pakan Terdampak Covid-19” ,Artikel diambil dari
internet pada 11 November 2021 melalui : http://troboslivestock.com/detail-berita/2020/04/01/7/12858/industri-pakan-terdampak-covid19,
Viandri, Anglia. 2015. “PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI TOKO PAKAN HEWAN TERNAK
(POULTRY SHOP)”, Artikel
diambil dari internet pada 12
November 2021 melalui : http://e-journal.uajy.ac.id/8495/
“Peternak Ayam Hadapi Empat Persoalan di Tengah
Pandemi Corona”, Artikel
diambil dari internet pada 12
November 2021 melalui : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200504183853-92-499975/peternak-ayam-hadapi-empat-persoalan-di-tengah-pandemi-corona
“Potensi Kemasan Ternak & Bisnis Pakan yang Cocok”, Artikel diambil dari internet pada 12 November 2021 melalui :
https://flexypack.com/potensi-kemasan-ternak-dan-bisnis-pakan/
Fahmi, Akhmad. 2021. “PPKM Bakal Lanjut, Pelaku Usaha Andalkan Teknologi
untuk Pacu Bisnis”, Artikel
diambil dari internet pada 12
November 2021 melalui : https://katadata.co.id/intannirmala/digital/60f13e1da7003/ppkm-bakal-lanjut-pelaku-usaha-andalkan-teknologi-untuk-pacu-bisnis
Audi. 2020. “Rembug Online Strategi Bisnis Industri Pakan dan
Peternakan Perunggasan di Masa Pandemi COVID-19”, Artikel diambil dari internet pada 12 November 2021 melalui : https://ipb.ac.id/news/index/2020/04/rembug-online-strategi-bisnis-industri-pakan-dan-peternakan-perunggasan-di-masa-pandemi-covid-19/8525ea4aa8ec2ee3dc825e646cbf2d9b
Huda, Khoirul. 2016. “Usaha Pakan Ternak, Omzet Capai Rp3 Juta Perbulan”, Artikel diambil dari internet pada 12 November 2021 melalui :
https://bloktuban.com/2016/07/17/usaha-pakan-ternak-omzet-capai-rp3-juta-perbulan/