joki tugas ut, joki ujian the, jasa pembuatan karil UT semua jurusan 0878 9797 9399

 Seorang produsen yang rasional akan selalu mencari keuntungan yang paling maksimuml atau kerugian yang paling minimuml baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ada dua pendekatan untuk menentukan tingkat ouput di mana produsen akan mendapatkan keuntungan maksimum atau mengalami kerugian minimum, yaitu pertama, pendekatan penerimaan total dan biaya total, atau sering disebut pendekatan total; dan kedua adalah pendekatan penerimaan marjinal dan biaya marginal, atau biasa disebut pendekatan marginal. Kedua pendekatan-pendekatan ini akan dibicarakan secara berurutan berikut ini.

Pendekatan Total

Keuntungan total sama dengan penerimaan (Total Revenue, TR) dikurangi dengan biaya total (Total Cost, TC). Penerimaan total merupakan perkalian antara tingkat harga yang terjadi di pasar dengan jumlah ouput yang dihasilkan, sedangkan biaya total adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen dalam menghasilkan output. Dalam jangka pendek, biaya dapat dibedakan atas biaya tetap (fixed cost, FC) dan biaya variabel (variable cost, VC). Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada besarnya jumlah output yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang tergantung kepada besar kecilnya jumlah output yang dihasilkan.

Untuk melihat perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel kita dapat mengambil contoh suatu perusahaan yang menghasilkan pakaian. Perusahaan ini mempunyai gedung tempat usaha, mesin jahit, dan karyawan tetap. Walaupun perusahaan tidak berproduksi akan tetapi biaya tetap harus selalu dikeluarkan, seperti biaya penyusutan gedung, penyusutan mesin dan biaya gaji karyawan tetap. Sedangkan, yang termasuk biaya variabel adalah biaya untuk pembelian bahan baku, gaji karyawan tidak tetap, biaya listrik dan lain lain. Biaya variabel ini dapat diubah-ubah tergantung pada kondisi pasar, apabila permintaan pasar naik maka output yang dihasilkan dapat ditambah dengan menambah biaya variabel, misalnya menambah jam kerja tenaga kerja tidak tetap (untuk lengkapnya lihat teori biaya pada modul 4)

Keuntungan maksimum akan terjadi apabila selisih TR dan TC mencapai angka terbesar. Untuk lebih lengkapnya perhatikan data hipotesis berikut ini.

  • Tabel 1 Tingkat Output dan Keuntungan Total Produsen pada Pasarpersaingan Murni dengan Pendekatan Total

Q

(unit)

P

(000 Rp)

TR

(000 Rp)

TC

(000 Rp)

Π

(000 Rp)

080800-800
1008

800

2.000-1.200

200

8

1.600

2.300

-700

300

8

2.400

2.400

0

400

8

200

2.524

+676

500

8

4.000

2.775

+1.225

600

8

4800

200

+1.600

650

8

5.200

3.510

+1.690

700

8

5.600

4.000

+1.600

800

8

6.400

6.400

0

 

Keterangan:
 
Kerugian minimal
 
Titik Pulang Pokok (BEP)
 
 
Keuntungan maksimal 

Pada tabel diatas, Q adalah kuantitas output yang dihasilkan, P adalah tingkat harga, TR adalah penerimaan total (yaitu P dikali Q), TC adalah biaya total dan Π adalah keuntungan. Berdasarkan Tabel 3.1 di atas, keuntungan maksimum yang diperoleh produsen pada pasar persaingan murni adalah sebesar Rp 1.690.000 yaitu pada tingkat output sebesar 650 unit. Sedangkan kerugian total mencapai maksimum adalah sebesar Rp 1.200.000 yaitu pada tingkat output sebesar 100 unit. Perpotongan antara TR dan TC merupakan titik pulang pokok (break even point), yaitu pada tingkat output sebesar 300 dan 800 unit. Tabel hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut

Berdasarkan gambar di atas, kurva penerimaan total atau TR dimulai dari titik origin (titik nol), hal ini disebabkan produsen tidak akan mendapatkan penerimaan apabila perusahaan belum menghasilkan output. Apabila perusahaan telah mulai berproduksi atau menghasilkan output maka perusahaan akan mendapatkan penerimaan sebesar tingkat output dikali dengan harga (PxQ). Semakin besar output yang dihasilkan maka penerimaan produsen semakin besar. Karena tingkat harga adalah datum (tetap) bagi produsen dalam pasar persaingan sempurna maka kurva TR akan membentuk garis diagonal yang dimulai dari titik origin ke kanan atas.

Sedangkan kurva biaya total atau TC tidak dimulai dari titik origin karena walaupun perusahaan belum berproduksi akan tetapi perusahaan sudah mengeluarkan biaya, yaitu sebesar jumlah biaya tetap. Seperti diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menghasilkan output dibagi atas dua, yaitu biaya tetap (fixed cost, FC) dan biaya variabel (variable cost, VC). Pada tingkat produksi yang rendah perusahaan masih mengalami kerugian, kemudian apabila produksi terus ditambah maka kerugian semakin menurun dan mencapai titik pulang pokok (Break Even Point, BEP) pada titik tertentu (dalam gambar adalah di titik B), setelah titik BEP terlampaui maka produsen akan mendapatkan keuntungan, dan mencapai maksimum di titik C, yang merupakan jarak terjauh antara kurva TR dan kurva TC. Apabila produksi terus menerus ditingkatkan setelah tercapai keuntungan maksimum maka tingkat keuntungan mulai menurun dan akan mencapai titik pulang pokok kembali ditititk D. Selanjutnya apabila produksi terus ditingkatkan maka produsen atau perusahaan akan mengalami kerugian.

Terjadinya tingkat keuntungan yang menurun ini sesuai dengan hukum pertambahan hasil yang semakin menurun (the law of diminishing marginal return), hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan suatu faktor produksi (faktor produksi tetap) untuk dikombinasikan dengan faktor produksi lain (faktor produksi variabel), apabila faktor produksi variabel terus ditambah.

Misalnya pada sebidang lahan pertanian (dianggap faktor produksi tetap) yang dikerjakan oleh seorang pekerja (dianggap faktor produksi variabel), maka output yang dihasilkan tidak efektif. Apabila lahan pertanian tersebut dikerjakan oleh dua pekerja maka produksi akan meningkat. Sampai tambahan pekerja menjadi 6 orang maka akan tercapai keuntungan maksimum dalam menggarap lahan tersebut, tetapi apabila pekerja terus menerus ditambah (misalnya sampai 15 pekerja), sedangkan lahan yang digarap tetap maka biaya total akan bertambah dan tingkat keuntungan akan menurun dan sampai pada titik tertentu akan mengalami kerugian.

Jadi dapat disimpulkan apabila TR>TC , maka produsen akan mendapatkan keuntungan, dan apabila selisih TR<TC maka perusahaan akan mengalami kerugian, dan apabila TR=TC maka perusahaan dalam kondisi break even point

Pendekatan marginal

Pendekatan marginal merupakan alternatif dari pendekatan total. Dalam memproduksi suatu barang dan menawarkannya di pasar, produsen atau perusahaan harus membandingkan antara biaya marjinal dengan penerimaan marjinal. Biaya marjinal (marginal cost, MC) adalah tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen karena menambah memproduksi 1 unit ouput (MC = TCt � TCt-1 , di mana TC adalah biaya total)Sedangkan penerimaan marjinal (marginal revenue, MR) adalah tambahan penerimaan karena menambah produksi output 1 unit (MR = TRt � TRt-1)

Apabila penerimaan marjinal masih lebih besar dari biaya marginal maka masih relevan untuk meningkatkan produksi karena penerimaan meningkat lebih tinggi dari biaya sehingga karena keuntungan akan bertambah, sebaliknya apabila biaya marginal lebih besar dari penerimaan marjinal maka biaya meningkat lebih tinggi dari penerimaan sehingga kerugian menjadi bertambah. Keuntungan maksimum (atau kerugian minimum) akan terjadi apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR = MC).

Untuk melihat lebih jauh penggunaan pendekatan marjinal, maka Tabel 3.1 kita reproduksi kembali dengan berbagai tambahan dibawah ini.

Tabel 2 Maksimisasi keuntungan dengan Pendekatan Marjinal

Q

(unit)

P= MR

TC

MC

(00)

AC

Keuntungan Per unit

Keuntungan

Total

1

2

3

4=TCt-TCt-1

5=3/1

6= TRt-TRt-1

7=6x1

100
200
300
400
500
600
650
700
800

8
8
8
8
8
8
8
8
8

2.000
2.300
2.400
2.525
2.775
200
3.510
4.000
6.400

12
3
1
1.25
2.50
4.25
(8)
8
24

20
11.5
8
6.31
5.55
5.33
5.40
5.71
8.00

-12
-3.5
0
1.69
2.45
2.67
2.60
2.29
0

-1.200
-700
0
+676
+1.225
+1.602
+1.690
+1.600
0

Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat bahwa keuntungan maksimum produsen dalam pasar persaingan murni akan tercapai pada tingkat output 650 unit, yaitu dengan tingkat keuntungan sebesar Rp 1.690.000. Perhatikan bahwa biaya marginal mengacu pada titik tengah antara dua tingkat output yang berurutan, maka nilai MC pada tingkat output 650 dan 750 unit output adalah sama yaitu 8. Tingkat keuntungan per unit tertinggi adalah 2,67, akan tetapi suatu perusahaan bukan mencari keuntungan per unit tertinggi, akan tetapi adalah mencari keuntungan total maksimum.

Dari Tabel 2 di atas, kita dapat mengilustrasikan keseimbangan produsen dalam satu gambar seperti yang terlihat pada Gambar 2. Kurva d (permintaan) dan kurva MR bagi produsen dalam pasar persaingan murni merupakan garis lurus yang sejajar dengan sumbu horizontal. Hal ini disebabkan produsen dalam pasar persaingan murni adalah sebagai pengambil harga (price taker) karena sesuai asumsi yang dijelaskan sebelumnya bahwa jumlah penjual sedemikian banyaknya sehingga tidak seorang produsenpun dapat mempengaruhi harga dengan menambah atau mengurangi produksi. Produsen dapat menjual berapapun pada harga pasar yang berlaku.

Konsumen akan mendapatkan keuntungan maksimum apabila MR=MC. Dalam gambar, ada dua titik perpotongan antara MR dan MC, yaitu di titik A dan di titik B. Tingkat output terbaik perusahaan dalam pasar persaingan murni terjadi di titik B, di mana MR=MC dan kurva MR memotong kurva MC dari bawah. Selama MR melebihi MC maka masih relevan untuk meningkatkan produksi karena penerimaan perusahaan naik lebih tinggi dari pada biaya sehingga keuntungan total naik. Apabila MC melebihi MR maka tidak ada gunanya bagi perusahaan untuk meningkatkan produksinya karena biaya naik lebih tinggi dari penerimaan sehingga keuntungan total produsen akan menurun. Jadi peningkatan produksi setelah titik B akan menurunkan keuntungan produsen.

Gambar 2 Keseimbangan Konsumen

Keuntungan produsen akan terjadi di titik B, di mana P=MR=MC=8. Output yang dihasilkan produsen adalah sebanyak 650 unit dan tingkat keuntungan yang didapat adalah sebesar Rp 1.690.000,-

Minimisasi Kerugian

Harga pasar dapat naik atau turun tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Apabila harga yang diterima produsen dalam persaingan sempurna di atas kurva biaya rata-rata (kurva AC) maka produsen akan mendapatkan keuntungan sebesar selisih antara kurva d dikurangi kurva MR dikali jumlah produksi. Keadaan keuntungan maksimum dapat dilihat seperti yang dijelaskan dalam Gambar 2.

Apabila harga yang diterima produsen di bawah kurva biaya rata-rata maka produsen akan mengalami kerugian. Seberapa jauh produsen dapat meminimumkan kerugian agar terus dapat berproduksi dan di titik mana produsen sudah harus menutup usahanya akan dijelaskan berikut ini.

Produsen dapat meminimumkan kerugian dan dapat terus berproduksi apabila perpotongan MR dan MC terjadi diantara kurva AC dan AVC, atau dengan kata lain perpotongan kurva MR dan kurva MC terjadi dibawah kurva AC tetapi masih di atas kurva AVC. Perhatikan Gambar 3.3 di bawah ini.

Gambar 3 Minimisasi Kerugian

Dari Gambar diatas, ada tiga kemungkinan perpotongan kurva MR dan kurva MC.

  • Pertama, kurva MR berada di bawah kurva AC tetapi masih di atas kurva AVC (dijelaskan oleh kurva d=MR), yaitu berpotongan di titik B. Produsen akan menderita kerugian per unit sebesar P1P2, dan apabila dikalikan dengan jumlah produksi maka kerugian minimum adalah sebesar kotak persegi empat PBAP3. Dengan kondisi ini produsen masih terus dapat berproduksi karena dengan melanjutkan produksi maka produsen masih dapat menutup sebagian biaya tetapnya.

  • Kedua, apabila kurva MR berada di titik terendah AVC (dijelaskan oleh kurva d1=MR1), yaitu di titik C maka kerugian yang diderita produsen adalah sebesar biaya tetap , yaitu sebesar jarak AC dan AVC dikali jumlah produksi, sedangkan biaya variabel masih dapat ditutupi. Titik ini dinamakan titik tutup usaha.

  • Ketiga, apabila kurva MR berada dibawah kurva AVC (dijelaskan oleh kurva d2=MR2), yaitu MR dan MC berpotongan di titik D maka produsen tidak layak untuk melanjutkan produksi karena produsen akan menderita kerugian sebesar biaya tetap ditambah sebagian biaya variabel

  • Kurva Penawaran

    Dari Gambar 2 dan Gambar 3 kita telah melihat bagaimana perusahaan dalam persaingan murni memaksimalkan keuntungan atau meminimalkan kerugian dengan menentukan tingkat output yang diproduksi dan ditawarkan pada berbagai tingkat harga.

    Sampai sejauh ini kita belum menentukan di mana produsen mulai akan berproduksi dan menawarkan outputnya di pasar pada tingkat harga yang berlaku, hal ini terkait dengan apa yang telah dijelaskan sebelumnya, apabila harga yang terjadi di atas kurva AVC, atau kurva MR berpotongan dengan kurva MC diatas kurva AC, seperti yang telah dijelaskan pada Gambar 2 maka produsen tentu dan mau melanjutkan produksi karena akan mendapatkan keuntungan total maksimum. Sebaliknya apabila harga yang diterima produsen di bawah kurva AVC, atau kurva MR dan kurva MC berpotongan di bawah kurva AVC maka produsen tentu tidak akan mau berproduksi karena di samping mengalami kerugian sebesar biaya tetap (yaitu sebesar jarak AV dan AVC) juga mengalami kerugian sebagian biaya variabelnya.

    Sedangkan kondisi kritis terjadi apabila tingkat harga terjadi diantara titik terendah AVC sampai dengan titik terendah AC. Dalam Gambar 3.3 yaitu jarak antara C dan B. Apabila tingkat harga terjadi di titik terendah AVC maka kerugian yang diderita produsen adalah sebesar biaya tetap tetapi, dan produsen masih bisa terus berproduksi dengan harapan harga akan naik dan produksi dapat ditingkatkan. Apabila kurva MR di bawah AVC maka produsen tidak layak untuk melanjutkan produksi. Jadi kesimpulannya kurva penawaran bagi produsen dalam pasar persaingan murni adalah kurva MC dimulai dari tirik terendah AVC

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    yang terbaik

    No whatsapp jasa karya ilmiah Universitas Terbuka

    Untuk no whatsapp nya ganti di 085293796340 Untuk testimoni ada di galeri. Untuk yg lain2 gak tak post krna sdh mulai di rame pembahasan ter...