PENGARUH MEDIA TEKNOLOGI ( TV dan Internet ) TERHADAP
MINAT BACA ANAK
UNIVERSITAS
TERBUKA UPBBJ SEMARANG
POKJAR
UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN BREBES
ABSTRAK
Membaca
menurut kamus bahasa Indonesia berarti melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati. Dari membaca, mulailah
perkembangan daya berpikir dan memahami ilmu pengetahuan. Sedangkan multimedia
berarti berbagai hal yang berkaitan dengan telekomunikasi.
Perkembangan
teknologi sekarang ini sulit di bendung. Kemajuan media teknologi dan informasi
seperti televisi dan internet membuat semua informasi dapat diakses secara
instan. Misalnya dengan hadirnya gadget yang menawarkan berbagai macam
kemudahan dalam mengakses informasi, ini mengakibatkan masyarakat malas untuk
membaca buku dan lebih memilih menggukan internet sebagai sumber informasi.
Kata kunci : teknologi, tv, internet, minat baca, informasi
A.
Latar
belakang
Kebiasaan membaca dan menulis masih
belum berkembang dengan sepenuhnya pada anggota-anggota masyarakat, khususnya
bagi kalangan pelajar. Kencenderungan mendapatkan informasi yang lebih instant dan jugamelalui
percakapan (dengan
lisan) tampaknya masih lebih kuat dari pada melalui bacaan (dengan
tulisan). Kecenderungan ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa minat baca dan
kebiasaan membaca buku di kalangan peserta didik dan mahapeserta didik relatif masih lemah. Anjuran yang sering
terdengar dari pihak pemerintah dan berbagai kalangan pemimpin masyarakat untuk meningkatkan minat
dan kebiasaan membaca hanyalah sebagai
wacana dan tidak dilakukan secara efektif. Kemudian, Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat
terkait dengan minat baca
buku yang membudaya,
sebab usaha tersebut berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar dan juga dapat membentuk kepribadian individual dalam menghayati
kehidupan. Selain itu, dengan majunya
teknologi seperti maraknya siaran televisi merupakan salah satu kendala bagi
perkembangan minat baca anak. Budaya baca kita belum matang, tetapi malah masuk
teknologi televisi sehingga
orang lebih senang
menyaksikan siaran televisi
dari pada membaca buku.
Namun jika ditelisik lebih dalam lagi
kemajuan teknologi juga sangat membantu para peserta didik dalam mendapatkan informasi-informasi yang
tidak tercantum dalam buku pelajaran yang dimiliki oleh perpustakaan di sekolah
maupun perpustakaan yang dimiliki daerah mengingat produksi buku yang lambat
dan perkembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Untuk itu penulis tertarik
untuk mengupas lebih dalam lagi tentang pengaruh teknologi terhadap minat baca peserta
didik dengan menarik judul ” PENGARUH MEDIA TEKNOLOGI ( TV dan
Internet )TERHADAP MINAT BACA ANAK “.
B.
Rumusan Masalah
Dalam
karya ilmiah ini penulis ingin menjelaskan beberapa hal antara lain ;
1) Dampak positif dan dampak negatif hadirnya media
teknologi.
2) kelebihan dan kekurangan menonton televisi dan membaca
buku.
3) Perilaku membaca para peserta didik di Era Digital.
C.
Tujuan
penulisan
Dalam karya ilmiah ini penulis mempunyai
beberapa tujuan yaitu ;
1) Untuk mengetahui dampak positif dan negatif hadirnya
media teknologi.
2) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan menonton
televisi dan membaca buku.
3) Untuk mengetahui perilaku membaca para peserta didik di Era Digital.
D.
Manfaat
Penulisan
1)
Bagi
Penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai dampak
positif dan negatif adanya kemajuan teknologi.
2) Bagi Masyarakat, untuk memberikan pengertian bahwa memanfaatkan
media teknologi secara bijak itu sangat di anjurkan.
PEMBAHASAN
A.
Dampak Positif dan Negatif
Hadirnya Media Teknologi
Kemajuan
Ilmu dan Teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia,
tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru
bagi kehidupan manusia. Ketakutan yang dirasakan oleh manusia akibat
perkembangan Teknologi ini disebabkan adanya kekhawatiran akan adanya penyalah
gunaannya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Berbicara
tentang dampak dan perkembangan IPTEK, maka kita akan dihadapkan pada berbagai
bidang, bahkan hampir semua
aspek dalam kehidupan di dunia ini yang dapat dipengaruhi oleh adanya
perkembangan IPTEK, seperti yang kita lihat sekarang ini, semua orang dalam
kehidupannya sehari-hari hampir tidak bisa lepas dari teknologi, seorang dosen
kalau pergi kekampus tidak lupa membawa Laptop dan LCD, setiap orang selalu
berdampingan dengan HP (Hand Pone), saat jam istirahat di rumah, selalu ditemani
dengan tayangan televisi, dan lain sebagainya, kesemuanya itu hanya
sebagian kecil dari pengaruh perkembangan yang ditimbulkan oleh IPTEK.
Dengan
adanya perkembangan IPTEK menusia mendapatkan berbagai kemudahan dalam
melaksanakan kegiatannya sehari-hari. Bahkan saat sekarang ini hampir setiap
orang itu tidak biasa
terpisah dari adanya teknologi, setiap orang memanfaatkan alat kounikasi
langsung jarak jauh seperti penggunaan HP untuk berhubungan dengan orang
lain yang berjauhan. Orang kalau ingin bepergian keluar negeri tidak lagi
memerlukan waktu yang lama, karena mereka tinggal naik pesawat dengan beberapa
menit saya mereka sudah sampai di tempat tujuan, selain itu berbagai kegiatan
yang pada awalnya dilakukan dengan menggunakan banyak tenaga manusia untuk
mengerjakannya, kini dengan adanya perkembangan IPTEK semua itu dapat teratasi
dengan penggunaan tenaga mesin untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan waktu
yang relative lebih cepat dari pada menggunakan tenaga manusia secara manual.
Dengan
demikiandapat dipahami bahwa adanya perkembangan IPTEK manusia sangat banyak
terbantu untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan menyelesaikan berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi disisi lain
manusia juga harus sadar dengan adanya berbagai macam ancaman yang dapat
ditimbulkan dengan adanya perkembangan IPTEK tersebut, yang akan dapat membahayakan
manusia itu sendiri.
Diantara
bidang yang dipengaruhi oleh perkembangan IPTEK adalah, bidang Pendidikan,
bidang Informasi dan Komunikasi, bidang ekonomi dan industry serta bidang
politik. Untuk lebih jelasnya mengenai berbagai dampak perkembangan IPTEK
tersebut, berikut akan dijelaskan mengenai dampak yang ditimbulkan oleh
IPTEK :
Bidang Pendidikan
Menghadapi
abad ke-21, UNESCO melalui “The
International Commission on Education for the Twenty First Century”
merekomendasikan Pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan
berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu : Learning to know (belajar untuk menguasai pengetahuan), learning to do (belajar untuk mengetahui
keterampilan), learning to be
(belajar untuk mengembangkan diri), dan Learningto live together (belajar untuk hidup bermasyarakat), untuk
dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang
ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran.
Menurut Rosenberg ( 2001 ), dengan berkembangnya
penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam
proses pembelajaran yaitu ; (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang
kelas ke dimana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4)
dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5) dari waktu siklus ke
waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan
media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan lain
sebagainya. Interaksi antar guru dan peserta didik tidak hanya dilakukan
melalui hubungan tatap muka dan juga dilakukan dengan menggunakan media-media
tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan peserta
didik. Demikian pula peserta didik dapat
memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber media cyber space atau ruang maya dengan menggunakan
komputer atau internet.
Hal yang
paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran Maya, yaitu proses pembelajaran
yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin popular
saat ini ialah e-learning yaitu satu
model pembelajaran dengan menggunakan media Teknologi Komunikasi dan Informasi
khususnya Internet. Menurut Rosenberg
(2001), e-learning merupakan satu
penggunaan Tekonologi Internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan
luas yang berlandaskan tiga kriteria, yaitu ; (1). E-learning merupakan
jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan
membagi materi ajar atau Informasi, (2). Pengiriman sampai kepengguna terakhir
melalui komputer dengan menggunakan teknologi Internet yang standar,
(3). Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di
balik paradigma pembelajaran tradisional. Sejalan dengan perkembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi itu sendiri pengertian e-learning menjadi lebih luas
yaitu pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti
telepon, audio, videotape, transmisi satellite atau komputer (Soekartawi
Haryono dan Librero, 2002)
Robin Paul Ajjelo juga mengemukakan secara ilustratif bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak
sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi
berupa ; (1). Komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang
bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat
atau di dengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, (2).
Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti
untuk masuk rumah, kalkulator dan sebagainya, (3). Videophone bentuk saku
dengan perangkat lunak, akses internet, prmainan, musik, dan TV, (4).Alat-alat
musik, (5).Alat olahraga, dan (6).Bingkisan untuk makan siang. Hal itu
menunjukkan bahwa gejala kelengkapan anak sekolah dimasa itu nanti berupa
perlengkapan yang bernuangsa Internet sebagai alat bantu belajar.
Sebagai
sebuah proses, teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi
pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang
melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis
masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai dan
mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia
(AECT, 1977), Sejalan dengan hal tersebut, maka lahirnya Teknologi Pendidikan
yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan,
peningkatan mutu/kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan
serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi adalah masalah Kualitas tertentu saja, ini dapat dipecahkan
melalui pendekatan Teknologi Pendidikan.
Teknologi
pembelajaran terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan zaman. Dalam
pelaksanaan pembelajaran sehari-hari kita sering jumpai adanya pemanfaatan dari
perkembangan Teknologi dalam dunia pendidikan, seperti yang sering dilakukan
oleh guru atau dosen yaitu mengkombinasikan alat teknologi dalam peroses
pembelajaran.
Internet
merupakan salah satu alat komunikasi yang murah dimana memungkinkan terjadinya
interaksi antara dua orang atau lebih. Kemampuan dan karakteristik internet
memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh (E-learning) menjadi
lebih efektif dan efisien sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.
Namun
demikian, dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak boleh lupa bahwa Teknologi
itu tidak hanya mendatangkan manfaat positif, melainkan juga akan dapat
mendatangkan dampak negatif, inilah yang harus tetap kita waspadai. Mengingat
saat sekarang ini sering kita jumpai dimana-mana banyak para pelajar dan maka peserta
didik yang sering menggunakan fasilitas
Teknologi tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga hal ini dapat
mendatangkan dampak yang negatif.
Beberapa
dampak positif dan negatif dari perkembangan Teknologi terkait dengan dunia
Pendidikan yaitu ;
a) Dampak
Positif
1. Munculnya Media Massa, khususnya
Media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat Pendidikan. Seperti jaringan
Internet, Lab. Komputer Sekolah dan lain-lain.
Dampak dari
hal ini yaitu guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, sehingga peserta
didik dalam belajar tidak perlu terlalu
terpaku terhadap Informasi yang diajarkan oleh guru, tetapi juga bisa mengakses
materi pelajaran langsung dari Internet, olehnya itu guru disini bukan hanya
sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing peserta didik untuk mengarahkan dan memantau jalannya
pendidikan, agar peserta didik tidak
salah arah dalam menggunakan Media Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran.
2. Munculnya metode-metode pembelajaran
yang baru, yang memudahkan peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran.
Dengan
kemajuan Teknologi terciptalah metode-metode baru yang membuat peserta didik mampu memahami materi-materi yang abstrak,
karena materi tersebut dengan bantuan Teknologi bisa dibuat abstrak, dan dapat
dipahami secara mudah oleh peserta didik .
3. Sistem pembelajaran tidak harus
melalui tatap muka
Selama ini,
proses pembelajaran yang kita kenal yaitu adanya pembelajaran yang disampaikan
hanya dengan tatap muka langsung, namun dengan adanya kemajuan teknologi,
proses pembelajaran tidak harus mempertemukan peserta didik dengan guru, tetapi bisa juga
menggunakan jasa pos Internet dan lain-lain.
4. Adanya sistem pengolahan data hasil
penilaian yang menggunakan pemamfaatan Teknologi.
Dulu, ketika
orang melakukan sebuah penelitian, maka untuk melakukan analisis terhadap data
yang sudah diperoleh harus dianalisis dan dihitung secara manual. Namun setelah
adanya perkembangan IPTEK, semua tugasnya yang dulunya dikerjakan dengan manual
dan membutuhkan waktu yang cukup lama, menjadi sesuatu yang mudah untuk
dikerjakan, yaitu dengan menggunakan media teknologi, seperti Komputer, yang
dapat mengolah data dengan memamfaatkan berbagai program yang telah di
installkan.
5. Pemenuhan kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan
cepat
Dalam bidang
pendidikan tentu banyak hal dan bahan yang harus dipersiapkan, salah satu
contoh, yaitu ; Penggandaan soal Ujian, dengan adanya mesin foto copy, untuk
memenuhi kebutuhan akan jumlah soal yang banyak tentu membutuhkan waktu
yang lama untuk mengerjakannya kalau dilakukan secara manual. Tapi dengan
perkembangan teknologi semuanya itu dapat dilakukan hanya dalam waktu yang
singkat.
Khususnya dalam kegiatan
pembelajaran, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari perkembangan
IPTEK, yaitu :
I.
Pembelajaran menjadi lebih efektif,
simulatif dan menarik
II.
Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit
/ Kompleks
III.
Mempercepat proses yang lama
IV.
Menghadirkan peristiwa yang jarang
terjadi
V.
Menunjukkan peristiwa yang berbahaya
atau diluar jangkauan
b)
Dampak Negatif
Disamping dampak positif yang ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK, juga
akan muncul dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK dalam
proses pendidikan, antara lain ;
1.
Peserta
didik menjadi malas belajar
Dengan
adanya peralatan yang seharusnya dapat memudahkan peserta didik dalam belajar, seperti Laptop dengan jaringan
internet, ini malah sering membuat peserta didik menjadi malas belajar, terkadang banyak
diantara mereka yang menghabiskan waktunya untuk internetan yang hanya
mendatangkan kesenangan semata, seperti ; Facebook, Chating, Frienster
dan lain-lain, yang semuanya itu tentu akan berpengaruh erhadap minat belajar peserta
didik .
2.
Terjadinya
pelanggaran Asusila.
Sering kita dengar di berita-berita,
dimana terjadi pelaku pelanggaran asusila dilakukan oleh seorang pelajar
terhadap pelajar lainnya, seperti terjadinya tawuran antar pelajar, terjadi
free seks, pemerkosaan siswi dan lain-lain.
3.
Munculnya
media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat
pengetahuan yang disalah gunakan oleh pelajar.
Dengan
munculnya media massa yang dihasilkan oleh perkembangan IPTEK, ini dapat
menimbulkan adanya berbagai prilaku yang menyimpang yang dapat terjadi, seperti
adanya peserta didik yang sering
menghabiskan waktunya untuk bermain Games, main PS, main Facebook, chating,
sehingga waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar malah digunakan untuk
bermain, sehingga belajar menjadi habis dengan sia-sia. Akhirnya semuanya itu
akan dapat berpengaruh negative terhadap hasil belajar peserta didik dan bahkan terjadi kemerosotan moral dari para
peserta didik sampai mahasiswa .
4.
Munculnya
metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran, sehingga
membuat peserta didik menjadi malas.
Dengan
adanya fasilitas yang dapat digunakan dengan mudah dalam proses pembelajaran,
ini terkadang sering membuat peserta didik dan mahapeserta didik menjadi malas dan merasa lebih dimanjakan,
misalnya ketika peserta didik diberi
tugas untuk membuat makalah, maka mereka merasa tidak perlu pusing-pusing,
karena cukup mencari bahan lewat Internet dan mengkopy paste karya orang lain,
sehingga peserta didik menjadi malas
berusaha dan belajar.
5.
Kerahasiaan
alat tes untuk pendidikan semakin terancam
Selama ini
sering kita melihat dan mendengar di siaran TV, tentang adanya kebocoran soal
ujian, ini merupakan salah satu akibat dari penyalahgunaan teknologi, karena
dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih, maka dengan mudah
dapat mengakses informasi dari satu daerah ke daerah lain, inilah yang
dilakukan oleh oknum untuk melakukan penyelewengan terkait dengan kebocoran
soal ujian, sehingga kejadian ini sering meresahkan pemerintah dan
masyarakat.
6.
Penyalahgunaan
pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak kriminal.
Pada awalnya
pendidikan itu ditujukan untuk mendapatkan perubahan yang bersifat positif,
namun pada akhirnya sering kali tujuan itu diselewengkan dengan berbagai
alasan. Contohnya ; seorang Heker dengan kemampuannya melakukan penerobosan
system sebuah kantor atau perusahaan, mereka dapat melakukan perampokan dengan
tidak perlu merampok langsung ke Bank atau kekantor-kantor, cukup dengan
melakukan pembobolan system keuangan atau informasi penting, maka
mereka akan dapat keuntungan, dan sulit untuk dilacak pelakunya
7.
Adanya
penyalahgunaan system pengolah data yang menggunakan Teknologi.
Dengan
adanya pengolahan data dengan system Teknologi, sering akli kita temukan adanya
terjadi kecurangan dalam melakukan analisis data hasil penelitian yang
dilakukan oleh peserta didik dan bahkan mahasiswa,
ini mereka lakukan untuk mempermudah kepentingan pribadi, dengan mengabaikan
hasil penelitian yang dilakukan.
B.
Kelebihan dan Kekurangan Menonton TV dan Membaca Buku
Dalam banyak kajian, beberapa hal telah diidentifikasi sebagai faktor yang
menjadi alasan televisi lebih digemari dari pada buku, diantaranya adalah yang
dikemukakan oleh Tom H.A. van der Voort (dalam Verhoeven & Snow, 2001:
94-95):
1)
Televisi mampu
memberikan sumber hiburan yang mudah dan atraktif dari pada buku sehingga
dirasakan langsung kepuasannya dari pada buku.
2)
Karena lebih
dirasakan menarik, televisi berpengaruh reduktif terhadap minat membaca buku.
Pengaruh reduktif relevisi terhadap kemampuan berkonsentrasi anak umumnya
terdapat pada langkah yang cepat dan perubahan gambar yang cepat dari program
televisi. Hal ini yang mengurangi waktu untuk mencerna informasi yang
disampaikan (seperti Greenfield, 1984), sehingga tidak diperlukan waktu lama
untuk memahaminya. Dengan kondisi seperti ini, akhirnya televisi juga mampu
memunculkan respon-respon pemikiran yang impulsif.
Senada dengan yang dikatakan
Arini Hidayati (1998), bahwa televisi lebih disenangi karena sifatnya yang
sederhana dalam menyampaikan pesan, sehingga anak mudah dapat memanfaatkan dan
menerima pesan tersebut. Kemudahan ini ditunjang dengan sifatnya yang
audio-visual (pandang dengar), sehingga informasi tersampaikan serta dicerna
dengan sangat mudah oleh pemirsa, bahkan anak kecil sekalipun.
Dari kelebihan-kelebihan televisi
di atas, mengakibatkan adanya reaksi yang mempertentangkan antara aktivitas
menonton televisi dengan membaca buku. Membaca buku memerlukan waktu yang
relatif lama karena tidak didukung oleh visualisasi sedangkan televisi
menawarkan penciptaan gambar visual yang jelas bahkan ketika kata-kata tidak
memadai untuk mengungkapkannya.
Namun juga diakui adanya
kelebihan dari buku, seperti yang dikemukakan van der Voort (2001:95) yaitu
terletak pada kemampuan buku yang sanggup memberi pengaruh positif pada
kemampuan ekspresi anak secara oral dan tertulis. Ketika menceritakan kembali
sebuah kisah, anak-anak yang telah terbiasa dengan cerita, secara verbal akan
menggunakan bahasa yang lebih ekspresif dan merujuk pada sikap yang jelas serta
spesifik berkaitan dengan karakter ceritanya (Beagles-Roos & Gas, 1983;
Greenfield & Beagles-Roos, 1988 dalam van der Voort, 2001: 95-96). Hal ini
mengakibatkan anak-anak yang menonton cerita dari televisi cenderung melihat
lebih bias pada karakter dan elemen ceritanya. Akhirnya anak-anak yang lebih
senang menonton televisi kurang mampu mengekspresikan diri mereka karena lebih banyak
menyimak kisah dari gambar-gambar yang ada di televisi dan mengalihkan
perhatian mereka dari kisah naratifnya.
Untuk membuktikan hal di atas,
dalam sebuah eksperimen perbandingan media, yaitu kisah naratif antara dalam
film dan buku. Hasil perbandingannya adalah ketika anak-anak diminta untuk
menceritakan kembali sebuah kisah, didapatkan hasil bahwa anak-anak yang
menonton lebih sukar menyampaikan kembali kisahnya dibandingkan para pembaca.
Bagi anak-anak sebagai pembaca, sangat mudah menemukan kata yang sesuai karena
mereka terbiasa menggunakan kisah verbal sebagai modelnya. Bagi anak-anak yang
menonton filmya, sebaliknya mereka kesulitan karena harus mengalih-bentukkan
gambar ke dalam kata-kata. Hal ini juga merupakan temuan yang memperkuat sebuah
studi tentang essai karya anak-anak yang menunjukkan suatu hubungan yang jelas
antara gaya menulis dan waktu yang digunakan untuk menonton televisi. Essai
yang ditulis oleh penonton aktif televisi kurang tertata dengan baik. Mereka
hanya mampu menghasilkan beberapa kata perkalimat dan menjabarkan secara
eksternal dibandingkan dengan essai penonton yang kurang aktif menonton
televisi (Watkins, Cojuc, Mills, Kaitek & Tan, 1981 dalam van der Voort,
2001: 96).
Lebih jauh lagi dikatakan oleh
van der Voort, bahwa membaca buku tercetak akan menstimulasi imajinasi kreatif
anak. Sejumlah perbandingan eksperimen media menunjukkan bahwa cerita tercetak
membangkitkan respon kreatif dibandingkan cerita televisi. Ketika menceritakan
kisah tercetak dan penggambaran kisah televisi, terbukti bahwa anak-anak yang
membaca cerita cetak lebih mampu menceritakan kembali dengan membangun cerita
lebih dengan imajinasi kreatifnya. Sedangkan anak-anak yang menonton kisah di
televisi kurang distimulir oleh imajinasi kreatif disebabkan gambar televisi
hanya memberikan sedikit ruang bagi pemirsa untuk menciptakan imajinasi mereka.
Anak-anak yang menonton kisah di televisi akan mengalami kesulitan melepaskan
diri dari gambar-gambar di televisi selama proses berpikir kreatif dan dengan
demikian menjadikan mereka kurang mampu memunculkan ide-ide dibanding anak yang
membaca materi tercetaknya.
Dampak Televisi
pada Minat, Kemampuan dan Perilaku Membaca
Secara keseluruhan, sebagian
besar studi korelasional yang pernah dilakukan memaparkan bahwa terdapat sebuah
asosiasi negatif antara menonton televisi
dengan kemampuan membaca. Bagaimanapun, temuan yang paling umum adalah bahwa
meningkatnya frekuensi menonton televisi pada anak, berhubungan negatif dengan
hasil test komprehensi membaca, yang artinya bahwa semakin banyak waktu yang
dihabiskan untuk menonton televisi maka akan semakin buruk hasil test
komprehensif membaca. Sebagian besar studi ini menyimpulkan bahwa televisi
telah menghambat pertumbuhan kemampuan anak, khususnya perkembangan komprehensif
membaca.
Televisi juga dikaji tidak hanya
menghambat perkembangan kemampuan membaca namun juga telah menggantikan
kegiatan membaca di waktu luang serta kegiatan lainnya yang berkaitan dengan
proses perkembangan kognitif anak. Contohnya, terdapat bukti yang menunjukkan
bahwa menonton televisi akan mengurangi waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah
(Dorr, 1986), sehingga bisa dikatakan dapat mengganggu perkembangan kemampuan
membaca.
Namun, berlawanan dengan
dampaknya pada kemampuan membaca seperti yang diutarakan di atas, para ahli
lainnya yaitu Chen mengatakan sebaliknya. Televisi bisa menimbulkan banyak kebaikan pada anak diantaranya menumbuhkan
minat baca. Chen (1996) mengatakan dalam hasil penelitiannya bahwa televisi
bisa mendorong anak membaca karya-karya tertentu. Dalam hal ini dia menerangkan
dengan mengambil siaran Reading Rainbow di televisi. Dan terbukti bahwa
acara televisi itu sangat disukai dan bisa meningkatkan minat anak untuk
membaca buku Reading Rainbow. Memang diakui bahwa masing-masing media
seperti televisi mempunyai kekurangan dan kelebihan , namun persoalannya adalah
mampukah kedua hal tersebut digabungkan sehingga dapat dimungkinkan
mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan. Hal ini merupakan langkah
yang bijaksana dan di mata anak, orangtua tidaklah diktator, otoriter dan tanpa
kompromi.
Senada dengan
yang dikemukakan Chen di atas, dalam batas-batas tertentu, televisi mempunyai
pengaruh terhadap proses perkembangan sosial dan literasi anak seperti yang
dikemukakan Arini Hidayati (1998: 80-88) bahwa:
Pertama, siaran televisi bisa menumbuhkan keinginan untuk memperoleh pengatahuan.
Ini berarti bahwa beberapa anak termotivasi untuk mengikuti apa yang dilihatnya
di layar televisi, mungkin dengan membaca buku atau majalah untuk meningkatkan
pengetahuannya. Hal ini dikarenakan bahwa apa yang ditampilkan di layar
televisi memang sangat terbatas. Suatu berita, informasi dan kejadian akan
membuat anak semakin penasaran, apalagi jika informasi itu disiarkan secara
tidak lengkap. Keingintahuan ini tentunya tidak langsung dapat diketahui anak,
karena sifat televisi yang hanya searah sehingga dengan terpaksa anak akan
mencari tambahan informasi dari luar. Timbulnya motivasi untuk mencari dan
mengikuti apa yang ada di telivisi mencerminkan adanya keuletan yang
mengarahkan anak dalam proses pencarian kelanjutan dari aktivitas komunikasi
tak langsng yang didapat dari televisi, yang biasanya didapatkan dari buku,
majalah, radio atau sumber-sumber lainnya. Untuk mengarahkan ke hal positif ini
tentunya tergantung pada 2 (dua) hal, yaitu pertama, dibutuhkan keikutsertaan
orangtua dalam aktivitas anak menonton televisi. Kedua tergantung pada anak itu
sendiri, sampai seberapa jauh anak ingin mengeksplorasi pengetahuan lebih dari
apa yang didapat dari televisi.
Kedua, televisi berpengaruh terhadap penambahan kosakata. Penambahan kosakata
yang didapat dari televisi tentunya ada yang bisa dipahami oleh anak dan ada
yang tidak. Oleh karena itu sampai sejauh mana anak bisa menggunakan televisi
sebagai media pembelajaran tentunya tergantung pada keterlibatan orangtua dalam
mendampingi anak menonton televisi. Bantuan orangtua untuk menjelaskan kosakata
yang didapat dari televisi akan berdampak positif bagi aplikasi kosakata
tersebut dalam berinteraksi sosial.
Ketiga, televisi memberikan pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari lingkungan
sekitar, seperti perkembangan ilmu pengetahuan. Dari menonton televisi anak
mampu mengembangkan wawasan yang luas di luar pembelajaran yang didapat dari
sekolah. Melalui berbagai acara dari yang bersifat fiksi sampai dengan realita
sesungguhnya anak akan mendapatkan gambaran tentang kehidupan dan segala macam
persoalannya.
C. Perilaku Membaca Para Peserta
didik di Era Digital
Sejak kemunculan teknologi
digital yang diiringi dengan adanya peningkatan dalam penggunaannya, tercatat
banyak pula kajian yang mendiskusikannya, diantaranya adalah kajian tentang
dampak dari media digital terhadap kegiatan membaca. Kajian ini
telah menyebar menjadi obyek penelitian yang interdisipliner mulai dari ilmu
komputer, pendidikan, studi literasi, dan ilmu infomasi dan perpustakaan. Tiap disiplin mengembangkan fokus penelitian dan metodologi yang unik
antara satu dengan lainnya.
Inovasi teknologi digital memang
harus diakui telah memberikan solusi bagi masyarakat terutama ketika masyarakat
dihadapkan pada persoalan meledaknya jumlah informasi. Dengan pertumbuhan
jumlah informasi yang semakin meningkat maka teknologi digital memungkinkan
pencari informasi dapat mengakses informasi dengan lebih mudah dan cepat. Namun
demikian kemudahan teknologi informasi digital yang tersedia ini mengakibatkan
meningkatnya pula jumlah waktu yang disisihkan oleh seseorang untuk membaca
media elektronik. Hal ini telah membawa pengaruh pada perilaku membaca
masyarakat.
Positif negatif
Dari banyak kajian yang
dilakukan, sikap terhadap dampak teknologi digital bisa dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu kelompok yang beranggapan bahwa teknologi digital mengancam perkembangan
perilaku membaca dan kelompok yang menyatakan bahwa teknologi digital hanya
mengubah sifat aktivitas membaca.
Teknologi
digital berdampak positif pada perilaku membaca
Namun Bolter (1991) berpendapat
lain, perubahan dari media cetak ke komputer tidak berarti berakhirnya era
literasi itu sendiri, namun literasi terhadap koleksi cetak, tekhnologi
elektronik memberikan jenis buku baru dan cara baru dalam menulis dan membaca.
Media digital berkontribusi terhadap sebuah perubahan transformatif dalam
membaca. Mereka juga memperkenalkan sejumlah keuntungan yang secara tradisional
tidak terdapat pada dokumen cetak, seperti interactivity, nonlinearity,
immediacy dalam mengakses informasi, dan konvergensi dari teks, gambar,
audio, dan video (Landow, 1992; Lanham, 1993; Murray, 1997; Ross, 2003).
Terkait dengan jenis buku baru
dalam era digital, Lanham (1995) membandingkan perbedaan antara literasi cetak
dengan literasi digital. Dia menegaskan
bahwa di era cetak, ide dan ekspresi menjadi satu secara virtual. Pengertian terbentuk dari kata; kata menimbulkan arti. Literasi digital
bekerja dalam cara yang berbeda. Literasi digital dapat meningkatkan kemampuan
kita membuat informasi menjadi lebih sesuai pada penerima informasi (misal,
seseorang yang cacat).
Terlepas dari seseorang menyukai
media digital atau tidak, membaca dan literasi menjadi sesuatu yang diberi
pengertian yang baru lagi setelah kedatangan teknologi digital. Pengenalan media baru membawa kemungkinan positif dan negatif. Dalam sebuah
studi mengenai dampak media terhadap kebiasaan membaca seseorang antara tahun
1970an hingga 1990an, Knulst dan para peneliti lainnya (1996) menemukan bahwa
”media baru membutuhkan para pengguna/ user untuk mengartikulasikan
preferensi ereka secara lebih eksplisit. Menggunakan sebuah panel kontrol, user dapat menentukan keinginannya
hingga ke detail terkecil, dan hal ini akan dikonfrontir setiap saat dengan
hasil dari preferensi yang dimiliki. Di dunia multimedia, seseorang tidak akan
didorong untuk menunggu hingga mereka mengetahui lebih banyak mengenai sebuah
subyek sebelum mereka menekan tombol untuk beralih ke proses selanjutnya, atau
membuka diri mereka sendiri terhadap
sudut pandang yang tidak mereka ketahui. Dan hal ini
merupakan suatu penghargaan yang besar dalam budaya membaca.”
Teknologi digital berdampak
negatif pada perilaku membaca
Sejumlah ahli berpendapat bahwa
kehadiran media digital bersamaan dengan fragmentasi dari hypertext
justru mengancam keberlanjutan kegiatan membaca (Birkets, 1994; Healy, 1990
dalam Ziming Liu, 2008: 53-70). Birkets (1994) lebih lanjut juga menyatakan
bahwa pada generasi yang lebih muda jika tumbuh dewasa didalam lingkungan
digital akan mengurangi kemampuan untuk membaca.
Kelemahan lainnya juga
dikemukakan oleh McKnight (1997) yang memberikan pendapat yang menarik mengenai
perilaku membaca pada media elektronik, yaitu dari hasil pengamatan diperoleh
bahwa orang-orang tidak suka untuk membaca dari layar/ screen. Mereka
memilih untuk mencetak dokumen elektronik agar dapat dibaca. Dia berpendapat
bahwa tren dalam menyusun dokumen elektronik dalam format pdf juga mengurangi
minat seseorang untuk membaca di layar dan mendorong untuk melakukan cetak
dokumen. Masyarakat cenderung untuk mencetak dokumen karena dapat dilihat
secara keseluruhan dibandingkan jika membaca pada layar. Masyarakat juga lebih
memahami dalam mengorganisir dan memanipulasi dokumen kertas, namun jika
memanipulasi dokumen elektronik, itu membutuhkan kemampuan tersendiri.
Apa yang dikemukakan oleh
McKnight di atas didukung oleh sebuah studi terbaru mengenai kegiatan membaca
di National Universityof Mexico, yaitu Ramirez (2003) menemukan bahwa
hampir 80 % peserta didik lebih memilih
untuk membaca materi cetak yang sudah didigitalkan agar dapat memahami teks
dengan jelas. Hampir 68 % dari responden melaporkan bahwa mereka memahami dan
memperoleh lebih banyak informasi ketika membaca media cetak. Bagaimanapun,
hanya 4 % responden yang melaporkan kondisi sebaliknya. Rendahnya resolusi dari
monitor komputer adalah faktor utama dari seseorang mencetak dokumen (terutama
dokuen yang panjang) untuk dibaca.
Studi terbaru menunjukkan bahwa
membaca dari monitor 30 % lebih lambat daripada membaca teks tercetak.
(AlShaali dan Varshney, 2005; Hartzell, 2002). Murphy dan para peneliti lain
(2003) fokus pada persuasi dari teks tercetak dan elektronik. Mereka menyatakan bahwa mahapeserta didik , yang
membaca teks online, merasa sulit untuk memahami, kurang tertarik, dan
para pengarang dinilai kurang kredibel daripada mereka yang membaca teks dalam
versi cetak.
PENUTUP
Kesimpulan
Membaca dengan buku ataupun tanpa buku merupakan hal
yang baik jika dilakukan secara rutin. Hadirnya internet dan televisi sebagai
penyedia informasi audio-visual juga sangat membantu dalam memperoleh informasi
secara cepat. Namun dengan adanya kemajuan teknologi tersebut informasi yang
tidak seharusnya diakses oleh seorang pelajar dapat diakses secara mudah, ke
instanan informasi yang di suguhkan oleh internet juga sering menjadi alasan
utama bagi para peserta didik untuk
menggunakan internet dibanding buku pelajaran.
Dari sekian banyak dampak negatif
yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi terdapat juga dampak positif atau
manfaatnya bagi dunia pendidikan. Jadi semua itu balik lagi ke diri kita dalam
memanfaatkan dan menyikapi kemajuan
teknologi informasi tersebut.
Saran
Dari berbagai dampak negatif yang timbul karena
perkembangan teknologi informasi penulis mempunyai tips atau cara yang bijak
dalam menyikapi fenomena tersebut. Misalnya ;
1)
Dengan memberikan pengawasan
kepada anak kita dalam hal penggunaan internet.
2)
Membatasi dan memilihkan acara tv
yang berkwalitas untuk anak.
3)
Menyediakan buku atau
perpustakaan yang lengkap agar para peserta didik atau anak kita tidak selalu mengandalkan
internet sebagai sumber informasi.
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan minat baca anak dan bisa membuat pengetahuan anak
kita selalu up-date.
Abdurahman. 2013. Pengaruh Penggunaan Internet oleh Mahapeserta
didik Terhadap Tingkat Minat Baca Mahapeserta
didik di Perpustakaan (Studi Kasus MIPA
UNLAM). Artikel diambil dari internet pada 5 April 2016 melalui : http://cs-metodepenelitian.blogspot.co.id/2013/10/pengaruh-penggunaan-internet-oleh.html
Irdatama. 2016. 15 Manfaat Membaca Buku. Artikel diambil dari internet pada 3 April
2016 melalui :http://tama-anindita.blogspot.co.id/2016/04/manfaat-membaca-buku.html
Kurniawan.
2011. Kemajuan TI dan Komunikasi.
Artikel diambil dari internet pada 4 April 2016melalui :http://kurniawan-h--fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37099-teknologi%20informasi-kemajuan%20TI%20dan%20komunikasi.html
Firdaus. 2011. Dampak Positif Negatif Perkembangan
Teknologi (IPTEK). Artikel diambil dari internet pada 4 April 2016 melalui
: http://www.firdausbone.com/2011/05/dampak-positif-dan-negatif-perkembangan.html
Febriani, Henita. 2013.
Multimedia dan Minat Baca Masyarakat.
Artikel diambil dari internet pada 3 April 2016 melalui : http://kemanaarahnya.blogspot.co.id/2013/11/multimedia-dan-minat-baca-masyarakat.html
Maulana, Risky. 2013. PENGARUH DAMPAK TEKNOLOGI PERKEMBANGAN
MANUSIA. Artikel diambil dari internet pada 5 April 2016 melalui : http://rizkimaulanasaputra.blogspot.co.id/2013/06/pengaruh-dampak-teknologi-perkembangan.html
Fatimah, Umi. 2015. Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Minat
Baca Peserta didik . Artikel diambil dari internet pada 6 April 2016
melalui : https://anfieldvillage.wordpress.com/2015/10/04/pengaruh-kemajuan-teknologi-terhadap-minat-baca-peserta
didik /
Irdatama. 2016. Teknologi dan Minat Baca. Artikel
diambil dari internet pada 6 April 2016 melalui : http://tama-anindita.blogspot.co.id/2016/04/pengaruh-media-teknologi-terhadap-minat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar