INISIASI 2 EKONOMI PEMBANGUNAN 04 UT SEMESTER 8

TEORI DAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI
Adelman (1961) mengidentifikasikan ada tiga faktor utama yang mendorong perubahan teori dan paradigma pembangunan dari masa ke masa. Pertama; adanya perubahan ideologi, kedua; adanya revolusi dan inovasi teknologi, ketiga; adanya perubahan lingkungan internasional sebagai dampak globalisasi ekonomi yang berlangsung sangat intensif, yang tercermin pada kian terintegrasinya kegiatan ekonomi antarbangsa.
Mazhab Historismus dan Klasik
Pola pemikiran mazhab Historismus didasarkan atas perspektif sejarah terhadap masalah dan fenomena ekonomi. Gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh penganut mazhab ini tidak lepas dari kondisi sosial-ekonomi masyarakat Jerman pada abad ke-19.
1.       Teori Pembangunan Ekonomi Rostow
Pada awalnya Rostow mengungkapkan teorinya dalam tulisannya yang berjudul The Take-off Into Self-sustained Growth yang dimuat dalam Economic Journal (1956) kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam tulisannya yang berjudul The Stages of Economic Growth di dalam Economic History Review (1960).
Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi dapat dikelompokkan ke dalam lima tahap, yaitu masyarakat tradisional (the traditional society), prasyarat untuk lepas landas (the preconditions for take-off), lepas landas (the take-off), menuju kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption).
2.       Kritik terhadap Teori Rostow
Simon Kuznets dalam salah satu tulisannya yang berjudul Notes on the take-off (1965) memandang bahwa perbedaan antar tahap dalam teori Rostow nampak sangat “kabur”.  Misalnya pada tahap prasyarat untuk lepas landas dan tahap lepas landas sangat sulit dibedakan karena beberapa asumsi dan karakteristik yang menyertai tahap lepas landas ternyata sudah berlaku pada tahap sebelumnya (tahap prasyarat untuk lepas landas).
Kuznets juga mengkritik tentang kegagalan Rostow dalam menyatakan ruang lingkup yang sesuai dengan teorinya, yaitu pada masyarakat yang seperti bagaimana teorinya akan berlaku.
Adanya ketidak sesuaian antara fakta pada beberapa Negara yang dianggap Rostow telah berada pada masa lepas landas dengan gambaran yang diberikan Rostow dalam analisisnya, membuat Kuznets meragukan tentang perlunya membedakan tahap lepas landas dengan tahap sebelum dan sesudahnya.
Mazhab Klasik
Menurut pandangan Klasik, ada tiga syarat mutlak yang diperlukan guna mencapai keserasian dalam kehidupan ekonomi dan kesejahteraan umum (economic harmony and general welfare), yaitu adanya spesialisasi, efisiensi, dan pasar bebas.
1.       Adam Smith (1723-1790), dalam bukunya yang berjudul An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776). Di dalam menjelaskan teori  pertumbuhan ekonominya, Smith membedakan dua aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.
a.       Pertumbuhan output total
Menurut Smith, unsur pokok dari sistem produksi suatu negara, yaitu sebagai berikut:
1)      Sumber daya alam yang tersedia
2)      Sumber daya manusia
3)      Akumulasi modal yang dimiliki
4)      Ketersediaan stok modal
5)      Pengaruh stok modal
6)      Faktor pendukung  lain
b.      Pertumbuhan penduduk
Menurut Smith, pertumbuhan penduduk dinilai mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Bertambahnya penduduk akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam perekonomian.
c.       Kritik terhadap teori Adam Smith
Ada beberapa kritik terhadap teori Adam Smith, yaitu sebagai berikut:
1)      Adanya pembagian kelas dalam masyarakat. Teori ini mengabaikan peranan kelas menengah dalam pembangunan ekonomi.
2)      Alasan menabung. Smith mengabaikan peran perbankan dalam memobilisasi dana tabungan masyarakat.
3)      Asumsi persaingan sempurna
4)      Pengabaian peranan entrepreneur. Ternyata para entrepreneur ini mempunyai peran sentral dalam pembangunan
5)      Asumsi stasioner. Asumsi yang sangat tidak realistis

2.       David Ricardo (1772-1823)
Teorinya dipaparkan dalam bukunya yang berjudul Principles of Political Economy and Taxation pada tahun 1917.
a.       Proses pertumbuhan
Dengan terbatasnya jumlah tanah maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menurunkan produk marginal  yang kemudian dikenal dengan istilah hukum kenaikan hasil yang semakin menurun (the law of diminishing return). Selama tenaga kerja yang dipekerjakan pada tanah tersebut bisa menerima tingkat upah di atas tingkat upah alamiah maka jumlah penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, hal ini akan menurunkan lagi produk marginal tenaga kerjanya dan pada gilirannya akan menurunkan tingkat upah.
Menurut Ricardo, peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi akan cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Atau dengan kata lain, dapat memperlambat bekerjanya hukum kenaikan hasil yang semakin menurun yang pada gilirannya akan memperlambat pula penurunan tingkat hidup minimal.
b.      Kritik terhadap teori Ricardo
Ada beberapa kritik terhadap teori  ini:
1)      Pengabaian pengaruh kemajuan teknologi. Ricardo kurang memperhatikan potensi kemajuan teknologi dalam menahan lajunya hukum kenaikan hasil yang semakin menurun dari faktor produksi tanah.
2)      Pengertian yang salah tentang keadaan stasioner. Tidak ada perekonomian yang mencapai keadaan stasioner dengan laba yang meningkat, produksi yang meningkat, dan adanya akumulasi modal.
3)      Pengabaian faktor-faktor kelembagaan. Pada kenyataannya faktor tersebut sangat berperan dalam pembangunan ekonomi dan tidak dapat diabaikan begitu saja.
4)      Teori Ricardo bukan teori pertumbuhan. Menurut Schumpeter merupakan teori distribusi yang menentukan besarnya peranan tenaga kerja, tuan tanah, dan pemilik modal dalam perekonomian.
5)      Pengabaian suku bunga. Tidak menganggap suku bunga sebagai imbalan jasa yang terpisah dari modal, namun termasuk dalam laba.
TEORI NEOKLASIK, KEYNESIAN, DAN PERTUMBUHAN ENDOGEN
A.      TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI KEYNESIAN (HARROD-DOMAR)
Teori ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar suatu perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Menurut Harrod-Domar, pembentukan modal merupakan faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat diperoleh dari akumulasi tabungan.
Teori Harrod-Domar merupakan sintesis dari pemikiran Klasik dan Keynes mengenai makna pembentukan modal dalam kegiatan ekonomi. Dalam teori ini, pembentukan modal dipandang sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan jasa, serta sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat.
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan sejumlah proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk mengganti barang-barang modal (gedung, peralatan, dan material) yang telah rusak. Namun, untuk dapat meningkatkan laju perekonomian diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal.
B.      TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI NEOKLASIK (SOLOW-SWAN)
Model pertumbuhan Solow-Swan merupakan pijakan dari teori pertumbuhan neoklasik. Model ini terlahir sebagai sebuah kritik terhadap pandangan Harrod-Domar mengenai rasio modal-output (capital-output ratio) yang konstan.
Model pertumbuhan Solow-Swan menunjukkan tentang bagaimana pertumbuhan dalam stok modal fisik, tenaga kerja dan perkembangan teknologi mempengaruhi tingkat output suatu perekonomian. Jika model Harrod-Domar mengasumsikan skala pengembalian yang konstan (constant returns to scale) dengan koefisien baku maka model Solow-Swan berpegang teguh pada konsep skala pengembalian yang kian menurun (decreasing returns to scale) dari input tenaga kerja dan modal fisik apabila keduanya dianalisis secara terpisah.
Menurut pendangan teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada ketersediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi (technological progress).
Pandangan teori ini didasarkan pada anggapan yang mendasari analisis ekonomi klasik, yaitu perekonomian berada pada tingkat pengerjaan penuh (full employment)  dan tingkat pemanfaatan penuh (full utilization) atas faktor-faktor produksinya. Dengan kata lain, perekonomian akan terus berkembang, dan semuanya itu tergantung pada pertambahan penduduk, akumulasi capital, dan kemajuan teknologi. Selanjutnya menurut teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio) dapat berubaha (bersifat dinamis). Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu, dapat digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula, sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang digunakan maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit, sebaliknya, apabila modal yang digunakan lebih sedikit maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan. Dengan adanya fleksibilitas ini maka suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan kombinasi antara modal (K) dan tenaga kerja (L) yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu.

TEORI PERTUMBUHAN ENDOGEN (ROMER)
Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) memiliki perspektif yang lebih luas daripada teori-teori pertumbuhan sebelumnya. Romer memasukkan komponen teknologi endogen yang merupakan hasil dari penelitian dan pengembangan (research and development) dan ilmu pengetahuan ke dalam modelnya.
Model pertumbuhan endogen ini menyajikan sebuah kerangka teoretis untuk menganalisis proses pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam sistem ekonomi itu sendiri.  Kemajuan teknologi merupakan hal yang bersifat endogen, dimana pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan para pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam bidang ilmu pengetahuan. Selain itu, pengertian modal disini lebih dari hanya sekedar modal fisik, namun juga mencakup modal insani.
Secara struktural, model pertumbuhan endogen ini mempunyai kemiripan dengan model Neoklasik (Solow-Swan), hanya berbeda pada beberapa asumsi dan kesimpulan yang diambil. Model ini tidak menggunakan asumsi diminishing marginal returns to capital investment, tetapi menggunakan asumsi increasing return to scale pada fungsi produksi agregatnya.

TEORI SCHUMPETER DAN TEORI KETERGANTUNGAN
Salah satu pendapat Schumpeter yang menjadi landasan teori pembangunannya adalah adanya keyakinan bahwa sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat.
Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para inovator atau pengusaha. Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneurs. Kemajuan ekonomi tersebut dapat dimaknai sebagai peningkatan output total masyarakat.
Menurur Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi, tanpa adanya perubahan dalam “teknologi” produksi itu sendiri.
Pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh adanya inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Inovasi disini bukan hanya berarti perubahan yang “radikal” dalam hal teknologi, inovasi juga dapat dipresentasikan sebagai penemuan produk baru, pembukaan pasar baru.
Menurut Schumpeter, setidaknya ada tiga fakta unik mengenai inovasi antara lain:
1.       Diperkenalkannya “tekonologi” baru
2.       Menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi modal
3.       Inovasi akan selalu diikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi), yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut.
Menurut Schumpeter ada lima macam kegiatan yang dapat dikelompokkan sebagai inovasi yaitu:
1.       diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada
2.       diperkenalkannya cara berproduksi baru
3.       pembukaan daerah-daerah pasar baru
4.       penemuan sumber-sumber bahan mentah baru
5.       perubahan organisasi industri sehingga tercipta efisiensi dalam industri
Ada dua prasyarat yang memungkinkan untuk terciptanya sebuah inovasi, yaitu (1) harus tersedia cukup calon-calon pelaku inovasi (inovator dan entrepreneurs) di dalam masyarakat; serta (2) harus ada lingkungan social, politik, dan teknologi yang dapat merangsang semangat inovasi dan pelaksanaan ide-ide untuk berinovasi.
Menurut Schumpeter, ada dua faktor lain yang menunjang terlaksananya inovasi, yaitu (1) adaanya cadangan ide-ide baru yang relevan; dan (2) adanya sistem perkreditan yang dapat meyediakan dana bagi para entrepreneur untuk dapat merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan.
TEORI KETERGANTUNGAN
Teori ini pertama kali berkembang di Amerika Latin pada tahu 1960-an oleh Paul Baran.
Salah satu tokoh yang paling menonjol pada teori ini – Andre Gunder Frank – dalam salah satu tulisannya yang berjudul Capitalism and Underdevelopment in Latin America (1966) menyatakan bahwa kontak antara negara-negara core  dan negara-negara periphery lah yang menyebabkan keterbelakangan di negara-negara periphery. Kontak tersebut yang “menyeret” negara-negara periphery masuk ke dalam sistem kapitalisme  dunia dan kemudian terperangkap di dalamnya.
Theotonio Dos Santos (1970), seorang pakar teori ketergantungan lainnya, mengklasifikasikan ketergantungan ke dalam tiga jenis yaitu:
1.       Ketergantungan Kolonial (Colonial Dependence)
Ketergantungan yang ditandai oleh bentuk hubungan perdagangan pada zaman penajajahan dimana kekuatan-kekuatan kaum elit di dalam negeri beraliansi dengan pemerintahan kolonial, dan kemudian mendominasi hubungan-hubungan ekonomi antara negara penjajah dan negara jajahan melalui sistem perdagangan monopoli yang dilengkapi dengan sistem monopoli penguasaan tanah dan lahan-lahan pertanian, pertambangan, dan tenaga kerja oleh pemerintah kolonial.
2.       Ketergantungan Industri Keuangan (Industrial-Financial Dependence)
Hal ini ditandai dengan adanya dominasi arus modal asing oleh negara-negara penjajah. Modal asing tersebut berwujud investasi secara besar-besaran pada sektor-sektor kunci di negara-negara jajahan.
3.       Ketergantungan Teknologi Industri (Technology-Industrial Dependence)

Ketergantungan teknologi industri berkembang setelah Perang Dunia ke II, dimana negara-negara maju melalui perusahaan-perusahaan multinasional yang mereka miliki melakukan investasi secara besar-besaran di sektor industri untuk memenuhi pasar dalam negeri di NSB.

YANG INGIN BERTANYA MASALAH TUGAS BISA HUB 081902465337

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yang terbaik

jasa joki UT dan karya ilmiyah segala jurusan jaminan lolos plagiat 0878 9797 9399

  Dampak Kenaikan Nilai Upah Minimum Terhadap Kondisi Keuangan Perusahaan Pada Masa Pandemi Covid 19 (PT. AMTEK PRECISION COMPONENT BATAM) ...