ANALISIS MODAL KERJA
Drs. SYAHYUNAN, M.Si
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
A. Pengertian
Modal Kerja
Banyak
perusahaan mengalami kesulitan karena pimpinan perusahaan kurang mengetahui
pergertian modal kerjadan fungsinya dalam suatu perusahaan, dimana modal kerja
sering sekali digunakan untuk membeli aktiva tetap sehingga akan menimbulkan
kesulitan bagi perusahaan. Untuk menghindari hal yang demikian, maka perlu
diketahui pengertian dari modal kerja.
J.Fred Weston dan Thomas E.Copeland
memberikan pengertian modal kerja, sebagai berikut :
“Working capital is defined as curreilt
assets minus current liabilities. Thus, working capital represents the firm's
investment in cash, marketable securities, accounts receivable, and inventories
less the current liabilities used to finance the current assets.”
Dari pengertian diatas, modal kerja
adalah selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian modal
kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan
persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva
lancar.
Bambang Riyanto mengemukakan modal
kerja dapat dibagi menurut konsep, sebagai berikut :
1. Konsep Kuantitatif
2. Konsep Kualitatif
3. Konsep Fungsional
2. Konsep Kualitatif
3. Konsep Fungsional
1. Konsep Kuantitatif
Modal
kerja menurut konsep kwalitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari
aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau
keseluruhan dari pada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali
berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi
dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal
kerja bruto (gross working capital).
Berdasarkan
konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya
menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan
dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka
panjang ataupun hutang jangka pendek.
Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas
keamanan atau margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur
jangka pendek yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu
menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu
menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.
2. Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisi
antara aktiva lancar diatas hutang lancar. Digunakan kerja ini merupakan
sebahagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai
operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan
modal kerja netto (net working capital). Defenisi ini bersifat kualitatif karena
menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancar
dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin
kelangsungan operasi di mana mendatang dan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.
3. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi
dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok
perusahaan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan
pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi
tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada
pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode
selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-
alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang disebut future income. Jadi modal
kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan
pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan.
Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin
kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal
kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi
kebutuhan, sehingga terjadilah idle fund. Padahal dana itu sendiri sebenarnya
dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba. Tetapi
bilamana modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang
mampu memenuhi permintaan langganan seperti membeli bahan mentah, membayar gaji
pegawai dan upah buruh ataupun kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus
dilunasi.
Dengan demikian kebaikan dan
keburukan modal kerja dalam perusahaan
dapat dilihat sebagai berikut :
1.
Kelebihan atas modal kerja mengakibatkan
kemampuan laba menurun sebagai akibat lambatnya perputaran dana perusahan.
2.
Menimbulkan kesan bahwa manajemen
tidak mampu mengunakan modal kerja secara efisien.
3.
Kalau Modal kerja tersebut dipinjam
dari bank maka perusahaan mengalami kerugian dalam membayar bunga.
Tetapi bilamana modal kerja cukup,
akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan bagi perusahaan, seperti :
1.
Melindungi kemungkinan terjadinya
krisis keuangan guna membenahi modal kerja yang diperlukan.
2.
Merencanakan dan mengawasi rencana
perusahaan menjadi rencana keuangan di dalam jangka pendek.
3.
Menilai kecepatan perputaran modal
kerja dalam arti yang menyeluruh.
4.
Membayar atau memenuhi kewajiban
jangka pendek sesuai dengan jatuh tempo
5.
Memperoleh kredit sebagai sumber
dana guna memperbesar pemenuhan kebutuhan kekayaan aktiva lancar.
6.
Memberikan pedoman yang baik
sehingga tidak terdapat keraguan manajemen guna memperoleh efisiensi yang baik.
B. Berbagai
kebijaksanaan Modal Kerja
Pada dasarnya kerja bersifat sangat fleksibel yang berarti
bahwa modal kerja dapat dengan mudah diperbesar ataupun diperkecil, sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Sebagai sebuah subsistem, perusahaan tidak dapat
terlepas dari sistem perekonomian pada umunya. Oleh karena itu konjungtur
perekonomian sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan akan modal kerja yang
dioperasikan.
Disamping itu masing-masing perusahaan memiliki tipe modal
kerja sendiri- sendiri sesuai dengan jenis bidang usaha maupun levelnya
masing-masing. Tipe modal kerja perusahaan dapat dipengaruhi, misalnya memiliki
sifat musiman atau konstan setiap saat. Bagi perusahaan yang memiliki musim
penjualan, dengan sendirinya akan membutuhkan modal kerja relatif lebih besar
dari masa tidak musim. Sehingga karena tipe-tipe tersebut juga mengakibatkan
penentuan sumber- sumber dana yang akan dipergunakan atau yang akan
dioperasikan.
Pada umumnya tipe modal kerja
berdasarkan sifat bekerjanya dapat digolongkan, sebagai berikut:
1. Modal kerja
permanen (Permanen Working Capital) yaitu modal kerja yangnharus tetap ada pada
perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja
yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanen Working
Capital ini dapat dibedakan dalam :
· Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah
modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usahanya.
· Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah
modal kerja yang
diperlukan
untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2. Modal kerja variabel
(Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
dengan perobahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara :
·
Modal kerja musiman (Seasonal
Working Capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya
berobah-obah disebabkan karena fluktuasi musim.
·
Modal kerja siklis (Cyclical Working
Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
·
berubah-ubah disebabkan karena
fluktuasi konyungtur.
·
Modal kerja darurat (Emergency
Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubahubah karena adanya
keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan
buruh, banjir, dan perubahan keadaan ekonomi yang mendadak.
Modal
kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri. Hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang. Sistem pembelanjaan yang akan dipilih haruslah didasarkan pada
pertimbngan mengenai laba dan resiko. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja,
sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin. Akan tetapi agar
perputaran modal perusahaan dapat ditingkatkan seringkali perusahaan harus
mencari dana dari luar guna menutup kebutuhan modal kerja.
Untuk itu perusahaan dapat
menggunakan prinsip-prinsip pembelanjaan yaitu :
1.
Modal yang diperoleh sebagai
pinjaman jangka pendek hanya dapat digunakan untuk membiayai modal kerja.
2.
Modal yang diperoleh sebagai
pinjaman jangka panjang dapat dipakai untuk modal kerja atau investasi.
Apabila
modal yang diperoleh dari pinjaman jangka pendek digunakan untuk membiayai
investasi, maka akan sangat membahayakan karena di samping bunganya sangat
tinggi, pada saat harus mengembalikan pinjaman ternyata investasi belum
menghasilkan. Untuk menentukan berapa jumlah modal yang dibutuhkan dalam
pinjaman jangka panjang, atau jangka pendek, maka terlebih dahulu dihitung
jangka-jangka waktu kritisnya.
Lawrence D.Schall dan Charles
W.Haley dalam bukunya Introduction to
Financial Management menyatakan :
" Finance short term needs with short term sources and finance long term needs with long term sources."
" Finance short term needs with short term sources and finance long term needs with long term sources."
Dengan
demikian kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya dibiayai dengan modal
sendiri. Semakin besar jumlah modal sendiri maka akan semakin baik bagi
perusahaan karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh
kredit dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Disamping itu
kebutuhan modal kerja yang permanen dapat juga dibiayai dengan penjualan
obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini
perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang
tersebut dan beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Sedangkan modal
kerja variabel dapat dibiayai dengan hutang jangka pendek yang jangka waktunya
tidak lebih dari pada kebutuhan modal kerja.
C. Cara-cara Mengestimasi Kebutuhan Modal kerja
Dengan
tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi
secara ekonomis, efisien, clan terhindar dari resiko kesulitan likuiditas.
Untukmenentukan modal kerja yang cukup pada suatu perusahaan perlu terlebih
dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya modal kerja.
Menurut Bambang Riyanto, besar
kecilnya kebutuhan modal kerja terutama tergantung kepada dua faktor, yaitu :
1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja, dan
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.
1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja, dan
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.
Periode
perputaran yang tetap, dengan makin besarnya jumlah pengeluaran kas setiap
harinya mengakibatkan jumlah kebutuhan modal kerja menjadi semakin besar pula.
Jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, dengan makin lamanya periode
perputarannya mengakibatkan jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah semakin
besar.
Periode
perputaran atau periode terikatnya modal kerja adalah merupakan keseluruhan
jumlah dari periode-periode aktivitas perusahaan yang meliputi jangka waktu
pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya proses
produksi, lamanya barang jadi simpanan di gudang dan jangka waktu penerimaan
piutang. Pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata
setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran
upah buruh, dan biaya-biaya lainnya.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kebutuhan
modal kerja perusahaan dapat di bedakan dalam 2 kategori kebutuhan yaitu :
kebutuhan yang bersifat permanen dan kebutuhan yang bersifat musiman atau
dikenal sebagai kebutuhan variabel. Kebutuhan modal kerja variabel akan
berubah-ubah sesuai dengan kebutuhannya diatas kebutuhan permanen. Hal ini bisa
terjadi misalnya jika suatu saat terjadi kenaikan permintaan barang sehingga
diperlukan tambahan dana. Kebutuhan yang bersifat temporer ini perlu
diestimasikan agar perusahaan dapat terhindar dari resiko kesulitan likuiditas.
Ada 3 pendekatan yang dibutuhkan
untuk membelanjai kebutuhan dana yang bersifat campuran (financing mix) yaitu :
1. Aggresive approach
2. Conservative approach
3. Trade-off keduanya.
1. Aggresive approach
2. Conservative approach
3. Trade-off keduanya.
Pendekatan yang bersifat agresif kebutuhan dana jangka
pendek dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek dan kebutuhan dana jangka
panjang dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang. Kebutuhan dana yang
bersifat variabel atau musiman dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek.
Sedangkan pembelanjaan permanen dipenuhi dari sumber dana jangka panjang.
Berdasarkan pendekatan ini perusahaan harus memiliki net working capital dalam
jumlah yang sama dengan bagian current assets yang dibelanjai dengan sumber
dana jangka panjang. Strategi ini mengundang resiko karena harus mempertahankan
net working capital yang rendah. Namun demikian, profit yang diperoleh dalam
jumlah yang tinggi karena total costnya yang rendah.
Berdasarkan pendekatan konservatif, semua kebutuhan dana
dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang dan sumber dana jangka pendek
digunakan hanya dalam keadaan darurat. Pendekatan konservatif mempunyai resiko
yang rendah karena net working capitalnya yang besar. Akan tetapi profit yang
diperoleh juga rendah karena total costnya yang tinggi. Kebanyakan perusahaan
menggunakan rencana pembelanjaan yang terletak di antara pendekatan profit
tinggi-resiko tinggi (agresive approach)
dan profit rendah-resiko rendah (conservative
approach), sehingga keuntungan yang diperoleh cukup layak (moderat) tetapi
resiko yang dihadapi juga tidak terlalu tinggi. Pendekatan diantara keduanya (trade-off approach) ini menggunakan net working capital yang tidak
terlalu kecil dan tidak terlalu besar, sehingga resiko yang dihadapi lebih
rendah dari pada pendekatan agresif dan profit yang diperoleh juga lebih tinggi
dari profit berdasarkan pendekatan konservatif.
Penentuan pendekatan mana yang terbaik dari antara ketiga pendekatan
tersebut bagi suatu perusahaan tergantung kepada kondisi yang
ingin dicapai oleh perusahaan tersebut, dan kondisi yang
ada pada perusahaan itu sendiri. Walaupun pendekatan yang
agresif misalnya, lebih menguntungkan ditinjau dari segi profit yang dihasilkan, namun faktor-faktor seperti fluktuasi penjualan dan
kemampuan mengestimasikan penerimaan sangat menentukan
pendekatan mana yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan.
D. Rasio-Rasio Modal Kerja
Dalam menganalisa modal kerja suatu perusahaan, seseorang
menganalisa memerlukan adanya suatu ukuran tertentu, ukuran tersebut diperoleh
dengan menggunakan analisa ratio, yaitu suatu cara untuk menganalisa hubungan
dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan. Hasil dan analisa ini merupakan
dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi kuangan dan hasil operasi
perusahaan. Perhitungan rasio sangat penting bagi pihak luar yang ingin menilai
laporan keuangan suatu perusahaan. Penilaian dititikberatkan pada kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek atau likuiditas,
salvobilitas, rentabilitas, dan prospek perusahaan di masa depan. Analisa rasio
ini berguna juga bagi pihak perusahaan untuk membantu manajer dalam membuat
evaluasi mengenai hasil operasi, memperbaiki kesalahan yang terjadi akibat
penyimpangan atas rencana yang telah disusun dan menghindari hal-hal lain yang
bersifat merugikan perusahaan.
Banyak macam rasio yang dapat dihitung dari informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan. Pada dasarnya angka-angka rasio itu dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan. Golongan yang pertama adalah rasio yang
didasarkan pada sumber data keuangan dan golongan kedua adalah rasio yang
disusun berdasarkan tujuan penganalisa dalam mengevaluasi perusahaan.
Berdasarkan sumber datanya,
rasio-rasio dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Ratio-ratio neraca
(balance sheet ratios) yaitu
ratio-ratio disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya ratio lancar (current ratio), ratio tunai (quick ratio), ratio modal sendiri dengan
total aktiva, ratio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang dan sebagainya.
2. Ratio-ratio
laporan laba rugi (income statement
ratios), yaitu ratio-ratio yang disusun dari data yang berasal dari laporan
perhitungan laba rugi, misalnya ratio laba bruto dengan penjualan netto, ratio
laba usaha dengan penjualan netto, operating ratio, dan lain sebagainya.
3. Ratio-ratio antar
laporan (intern statement ratios),
yaitu ratio-ratio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan
laba rugi , misalnya ratio penjualan netto dengan aktiva usaha, ratio penjualan
kredit dengan piutang rata-rata, ratio harga pokok penjualan dengan persediaan
rata-rata, dan lain sebagainya.
Ada berbagai pendapat tentang
kategori ratio berdasarkan tujuan penganalisa dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan
laporan keuangannya
Menurut Lawrence D. Schall dan
Charles W. Haley, ratio keuangan dapat
digolongkan menjadi 4 kategori,
yaitu :
1.
Liquidity ratio indicate the company’s capacity to meet short run obligations
2.
Leverage ratio indicate the company’s to meet its long term and short term debt
obligation
3.
Activity ratios indicate how effectively the company ISSN using its assets
4.
Profitability ratios indicate the net returns on sales and assets
E. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Analisa sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting
bagi penganalisa intern dan ekstern. Maksud utama dari anakisa ini adalah untuk
mengetahui dari mana modal tersebut dipergunakan. Dengan kata lain, analisa
sumber dan penggunaan modal kerja erat kaitannya dengan dana yang diperoleh dan
dapat dipergunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya sehari-hari dalam
suatu periode tertentu. Laporan yang menggambarkan dari mana datangnya modal
kerja dan untuk apa modal kerja itu digunakan disebut laporan sumber dan
penggunaan modal kerja. Dalam laporan sumber dan penggunaan modal kerja
tercantum sumber- sumber dan penggunaan dana yang berasal dari unsur-unsur
modal kerja sendiri, karena perubahan-perubahan yang hanya menyangkut
unsur-unsur aktiva lancar dan hutang lancar tidak akan mempengaruhi jumlah
aktiva tetapi tidak mempengaruhi modal kerja antara lain :
1.
Pembelian barang dagangan atau
bahan-bahan baku secara tunai. Jadi mengeluarkan kas tetapi di pihak lain
persediaan bertambah dalam jumlah yang sama.
2.
Adanya perubahan dari bentuk ke
bentuk piutang yang lain dari piutang dagang menjadi piutang wesel dan
seterusnya. Dengan demikian tetap merupakan satu bagian dari modal kerja
Dengan demikian maka jumlah modal kerja hanya berubah kalau
ada perubahan unsur-unsur selain current account yang disebut non current
seperti aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri yang mempunyai
effek netto terhadap modal kerja.
Perubahan unsur-unsur rekening tidak
lancar yang mempunyai pengaruh memperbesar modal kerja (netto) adalah :
1.
Berkurangnya aktiva tidak lancar;
2.
Bertambahnya hutang jangka panjang
3.
Bertambahnya modal saham;
4.
Adanya keuntungan dari operasi
perusahaan.
5.
Sedangkan perubahan unsur-unsur
rekening tidak lancar yang mempunyai
6.
pengaruh memperkecil modal kerja
(netto) adalah :
7.
Bertambahnya aktiva tidak lancar;
8.
Berkurangnya hutang jangka panjang;
9.
Berkurangnya modal saham;
10.
Pembayaran dividen tunai;
11.
Adanya kerugian dalam operasi
perusahaan.
Perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current account
yang mempunyai efek memperbesar modal kerja disebut sumber modal kerja (sources
of working capital) dan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current yang
mempunyai efek memperkecil modal kerja disebut penggunaan modal kerja
(application of working capital).
Berdasarkan uraian di atas, dapat
dikatakan sumber kerja perusahaan pada umumnya diperoleh dari :
1. Penambahan non
current liabilities. Pengeluaran obligasi misalnya akan mengakibatkan
pertambahan kas (harta lancar) tanpa diikuti oleh pertambahan dalam hutang
jangka pendek.
2. Penambahan
modal saham. Pengeluaran saham biasanya akan mengakibatkan pertambahan kas atau
harta lancar tanpa dibarengi oleh pertambahan dalam hutang jangka pendek.
Pengecualian dalam hal ini ialah bila pengeluaran saham baru disertai dengan
penurunan dalam hutang jangka panjang misalnya obligasi dikonversikan kepada
modal saham.
3. Penambahan jumlah
laba yang ditahan. Suatu pertambahan dalam jumlah laba yang ditahan akan
mengakibatkan penambahan dalam modal kerja. Dalam hal ini pendapatan atau laba
bersih merupakan sumber modal kerja.
4. Pengurangan harta
tidak lancar. Suatu pengurangan dalam jumlah harta tidak lancar biasanya akan
merupakan suatu pertambahan dalam jumlah modal kerja. Penjualan gedung, mesin,
dan peralatan berat lainnya akan mengakibatkan pertambahan kas tanpa diikuti
oleh pertambahan dalam jumlah hutang jangka pendek.
Bila digambarkan akan terlihat
seperti berikut.
Sumber : Bambang Riyanto,
Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan, Edisi Kedua, Cetakan Kedelapan, Yogyakarta
: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, 1995, hlm. 289.
Sedangkan penggunaan-penggunaan
modal kerja meliputi :
1. Pengurangan jumlah
hutang tidak lancar. Pengurangan dalam jumlah hutang tidak lancar biasanya akan
mengurangi jumlah modal kerja. Misalnya pelunasan hutang jangka panjang akan
mengurangi kas tanpa diikuti oleh pengurangan dalam hutang jangka pendek.
Pengkonversian obligasi kepada modal saham merupakan pengecualian dalam hal
ini.
2. Pengurangan jumlah
modal saham. Suatu pengurangan jumlah modal saham akan mengakibatkan
berkurangnya modal kerja. Pembelian dan pemilikan kembali saham-sahamnya oleh
perusahaan akan memerlukan penggunaan modal kerja.
3. Pengurangan jumlah laba yang tidak dibagi. Pengurangan
dalam jumlah laba yang tidak dibagi biasanya mengakibatkan pengurangan jumlah
modal kerja. Misalnya pembayaran dividen akan mengurangi modal kerja, tetapi
pengeluaran stock dividen tidak akan mempengaruhi jumlah modak kerja karena
hanya akan mengurangi jumlah laba yang tidak dibagi di satu pihak dan
penambahan modal saham di lain pihak dengan jumlah yang sama.
4. Penambahan harta
tidak lancar. Suatu pertambahan dalam harta tidak lancar akan mengakibatkan
pengurangan modal kerja, misalnya pembelian mesin dan peralatan-peralatan baru
akan mengurangi kas atau harta lancar tanpa diikuti pengurangan yang sama dalam
jumlah hutang jangka pendek.
Bila digambarkan akan terlihat
seperti berikut.
Jika jumlah modal kerja pada suatu saat lebih besar dari
pada jumlah modal kerja pada saat sebelumnya berarti ada kenaikan modal kerja.
Hal ini disebabkan karena sumber-sumbernya lebih besar dari penggunaannya
sehingga mempunyai efek netto yang positif terhadap modal kerja. Sebaliknya
kalau penggunaannya lebih besar dari sumbernya maka efek nettonya akan
memperkecil modal kerja. Kalau besarnya sumber persis sama dengan besarnya
penggunaan berarti tidak ada efek nettonya terhadap modal kerja sehingga
besarnya modal kerja tidak berubah.
Untuk menyusun laporan sumber dan penggunaan modal kerja
sehingga dapat dilakukan daftar neraca untuk dua periode atau dua titik waktu.
Laporan tersebut menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen neraca antar
kedua titik waktu itu dan setiap perobahan elemen tersebut mencerminkan adanya sumber
dan penggunaan modal kerja. Adapun langkah-langkah dalam menyusun laporan
sumber atau penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut :
1. Menyusun
laporan perubahan modal kerja. Laporan ini menggambarkan perubahan dari
masing-masing unsur modal kerja atau unsur current account antara dua titik
waktu. Dengan laporan tersebut dapat diketahui adanya kenaikan atau penurunan
modal kerja serta besarnya perubahan modal kerja.
2. Mengelompokkan
perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current accounts antara dua titik
waktu tersebut kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan
golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.
3. Mengelompokkan
unsur-unsur dalam laporan laba ditahan kedalam golongan yang mempunyai efek
memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek memperkecil.
4. Menyusun
laporan sumber dan penggunaan modal kerja
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin. 1993. Alat-alat Analisis Dalam Pembelanjaan.
Edisi ketiga,
cetakan
pertama. Yogyakarta : Andi Ofset
Gitosdarmo, Indriyo dan Basry. 1989. Manajemen Keuangan. Edisi kedua, cetakan
pertama.
Yogyakarta : BPFE.
Munawir, S. 1988. Analisa Laporan Keuangan. Edisi ketiga,
cetakan pertama.
Yogyakarta
: Liberty.
Djarwanto, PS. 1989. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi
pertama,
cetakan
kedua. Yogyakarta : BPFE.
Riyanto Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
keempat.
Yogyakarta
: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.
Samosir, Anton. 1985. Kebijakan Manajemen Pembelanjaan. Medan :
Universitas
HKBP
Nomensen.
Schall Lawrence D, Charles W.
Harley. 1988. Introduction to Financial
Management.
Fifth
Edition. United Nation of America : Mc. Graw-Hill
Weston, J. Fred, Thomas Copeland. Managerial Finance. Edisi 8th. CBS International :
Driden
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar