Inisiasi 4
aNGKA iNDEKS
Konsep Angka Indeks
Pada prinsipnya angka indeks bisa diartikan sebagai alat
ukur untuk mengetahui perubahan suatu variabel berdasarkan waktu. Ciri khas
dari angka indeks ini adalah perhitungan rasio (pembagian), di mana hasil rasio
tersebut selalu dikalikan dengan bilangan 100 untuk menunjukkan perubahan
tersebut dalam persentase. Dengan demikian, basis dari angka indeks apapun
selalu 100.
Sebagai contoh, jika harga satu kilogram daging ayam
adalah Rp. 15.000,- pada tahun 1999, kemudian harga tersebut menjadi Rp.
20.000,- pada tahun 2002, maka secara awam akan dikatakan perbandingan harga
tahun 2002 dengan tahun 1999 adalah:
Dengan kata lain, bisa dikatakan harga daging ayam
mengalami kenaikan sebesar 133,33% - 100% = 33,33% dari harga tahun 1999.
Dari sudut pemahaman indeks, maka jika dasar tahun 1999
adalah 100, maka indeks harga daging ayam tahun 2002 adalah 133,33. Jadi angka
indeks tidak ditampilkan dalam bentuk presentase (%), namun dalam bentuk angka
biasa dengan basis 100 (seperti indeks daging ayam tahun 2002 adalah 95,6),
maka dikatakan telah terjadi penurunan variabel tersebut. Dalam contoh harga
daging ayam di atas, jika indeks adalah 95,6 maka daging ayam mengalami
penurunan pada tahun 2002.
Sumber Indeks
Sumber data untuk perhitungan indeks bisa didapatkan dari
data-data internal, seperti data produksi sebuah perusahaan, data penjualan
sebuah toko, data temperatur udara suatu ruangan dan sebagainya. Selain itu,
sumber data untuk perhitungan indeks yang bersifat umum bisa didapatkan dari
Pemerintah, seperti Indeks Harga Konsumen yang bisa dilihat pada data BPS (Biro
Pusat Statistik).
Sebagai contoh, pada data BPS, didapat data Indeks Harga
Konsumen di seluruh propinsi adalah sebesar
TAHUN
|
1996
|
1997
|
1998
|
1999
|
IHK
|
185,92
|
198,22
|
168,32
|
202,63
|
Data : BPS
Data tahun dasar 1988 dengan indeks 100, terlihat Indeks
Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, karena semua angka
ada diatas angka indeks dasar, yakni 100.
JENIS ANGKA INDEKS
Dalam praktek, digunakan berbagai jenis pengukuran angka
indeks.
1. INDEKS HARGA (PRICE INDEX)
Indeks ini bertujuan mengukur perubahan harga antara dua
interval waktu tertentu, misal antar tahun, antar bulan, antar kuartal dan
sebagainya. Dalam praktek indeks harga adalah indeks yang paling sering
digunakan, seperti indeks harga konsumen, indeks harga saham gabungan (IHSG)
dan lainnya.
2. INDEKS KUANTITAS (QUALITY INDEX)
Indeks kuantitas
mengukur perubahan sejumlah kuantitas barang dari masa ke masa. Sebagai contoh,
jika diketahui indeks kuantitas kopi tahun 2002 adalah 107, dengan tahun dasar
2000, maka ada peningkatan jumlah kopi sebesar 7%.
3. INDEKS NILAI (VALUE INDEX)
Indeks nilai
mengukur perubahan nilai barang, yang merupakan perkalian harga suatu barang
dengan jumlah barang tersebut, dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, indeks
biaya hidup di beberapa kota besar, yang mencerminkan perbandingan biaya hidup
yang diukur dari jumlah barang yang dikonsumsi dikalikan dengan harga
barang-barang tersebut, semakin tinggi indeks biaya hidup di sebuah kota,
mencerminkan semakin mahal biaya hidup di kota tersebut.
Sedang dari cara mengukur indeks, ada beberapa cara yang
digunakan;
1. METODE TAK TERTIMBANG
Pada metode ini dianggap semua variabel yang akan diukur
indeksnya mempunyai nilai yang sama. Metode ini merupakan metode yang paling
sederhana dan praktis dalam mengukur sebuah indeks (bisa indeks harga, indeks
kuantitas atau jenis indeks yang lain), walaupun cara ini mempunyai
kelamahan-kelamahan.
2. METODE TERTIMBANG
Berbeda dengan cara sederhana dari metode tak tertimbang,
pada metode ini ada bobot yang digunakan untuk membedakan variabel yang satu
dengan yang lain. Seperti adanya penimbangan berupa kuantitas barang yang
terjual untuk berbagai jenis barang yang berlainan harganya. Metode ini dalam
praktek masih dibagi dalam beberapa cara perhitungan indeksnya seperti metode
Laspeyers, Paasche, Fisher dan sebagainya.
3. METODE RELATIF
Jika pada metode tertimbang atau tak tertimbang, proses
perhitungan dimulai dengan menjumlahkan seluruh komponen yang ada kemudian
dilakukan rata-rata, maka metode relatif memulai dengan menghitung setiap
indeks komponen, kemudian baru melakukan rata-rata dari semua indeks individu
yang didapat.
4. METODE RANTAI
Metode ini menghitung indeks secara berantai, misal dari
tahun 1998 dibandingkan dengan yahun 1997, kemudian tahun 1999 dibandingkan
dengan tahun 1998, dan seterusnya.
INDEKS
HARGA (PRICE INDEX) DAN CARA MENGUKURNYA
Indeks harga termasuk yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, karena secara langsung mencerminkan pergerakan harga
berbagai jenis barang. Dalam pengukurannya, indeks harga bisa dicari dengan
metode tat tertimbang, metode tertimbang, metode relatif ataupun metode rantai.
Cara
Mengukur Indeks Harga dengan Menggunakan Metode Tak Tertimbang dan Metode
Tertimbang
·
Indeks
Harga Tak Tertimbang
Dinamakan ’tak tertimbang’ atau unweighted karena
penghitungan indeks langsung dilakukan dengan menilai nilai uang dari barang
tertentu, dan bukannya mempertimbangkan satuan barang tersebut, seperti berat
barang (kilogram), panjang kain (meter) dan sebagainya.
Metode
Sederhana
Metode ini merupakan pengukuran indeks yang paling
sederhana, karena hanya membandingkan harga satu jenis barang untuk dua
interval waktu tertentu.
|
Dimana:
Ip = Indeks Harga
Pn
= Harga Tahun tertentu (Given Year)
P0
= Harga Tahun dasar (Base Year)
Kasus:
Jika Harga Beras kualitas Medium pada Januari 2001 adalah
Rp. 2.379,-/kg dan pada Januari 2002 adalah Rp. 2.978,-/kg, maka:
Jika
digunakan tahun 2001 sebagai BASE YEAR
Indeks Harga Beras kualitas Medium tahun 2001 adalah 100.
Sedangkan Indeks Harga kualitas Medium tahun 2002 adalah
:
Ip =
Angka itu berarti harga beras kualitas medium tahun 2001
adalah 79,9% dar harga beras kualitas medium tahun 2002.
Metode
Agregatif Sederhana
Kata agregatif di sini berarti adanya lebih dari satu
macam barang yang dijadikan satu. Hal ini berbeda dengan metode sebelumnya,
yang hanya menghitung satu jenis barang saja. Karena itu, perbedaan pada rumus
terletak pada simbol å yang merupakan
penjumlahan sejumlah item barang.
|
Dimana:
Ip = Indeks Harga
Pn
= Harga Tahun tertentu (Given Year)
P0
= Harga Tahun dasar (Base Year)
Tanda å = Tanda Penjumlahan
Kasus:
Berikut harga sejumlah barang di Pasar Jakarta tahun 1996
dan 1997 (data dari BPS dan satuan dalam Rupiah).
Jenis Barang
|
Satuan
|
1996
|
1997
|
Daging
Sapi
|
Kilogram
|
12,077.97
|
12,307.79
|
Ikan
Tongkol
|
Kilogram
|
5,108.86
|
6,001.07
|
Telur
Ayam
|
Kilogram
|
2,667.30
|
2,862.31
|
Telur
Itik
|
Butir
|
341.96
|
316.34
|
Minyak
Goreng
|
Botol
|
1,843.28
|
1,937.40
|
Sabun
Diterjen
|
Sachet
|
200.00
|
200.00
|
Keterangan data:
Pada baris pertama, rata-rata harga Daging Sapi di Kota
Jakarta pada tahun 1996 adalah Rp. 12.077,97 per kilogram. Sedangkan untuk
tahun 1997, harga Daging Sapi adalah Rp.12.307,79 per kilogram. Demikian
seterusnya untuk data yang lain. Karena janis barang lebih dari satu, maka
penghitungan akan dilakukan secara agregat, yakni menjumlah secara vertikal ke
bawah semua harga di atas.
Proses penghitungan angka indeks:
Jenis Barang
|
1996
|
1997
|
Daging
Sapi
|
12,077.97
|
12,307.79
|
Ikan
Tongkol
|
5,108.86
|
6,001.07
|
Telur
Ayam
|
2,667.30
|
2,862.31
|
Telur
Itik
|
341.96
|
316.34
|
Minyak
Goreng
|
1,843.28
|
1,937.40
|
Sabun
Diterjen
|
200.00
|
200.00
|
TOTAL
|
22,239.37
|
23,624.91
|
Dimana:
W =
timbangan (bobot)
Pada umumnya, w berupa kuantitas (jumlah barang) yang
dibeli, sehingga w sering juga disebut timbangan kuantitas.
Indeks
Harga Tertimbang:
1.
INDEKS
LASPEYRES
Pengukuran dengan indeks ini merupakan salah satu alat
pengukuran yang paling popular.
|
Kasus:
Terkait dengan contoh sebelumnya, misal di suatu daerah
di Jakarta, JUMLAH konsumsi beberapa jenis barang untuk tahun 1998 dan 1999
adalah sebagai berikut:
Jenis Barang
|
Satuan
|
1998 (qo)
|
1999 (qn)
|
Daging
Sapi
|
Kilogram
|
1,500.00
|
1,750.00
|
Ikan
Tongkol
|
Kilogram
|
4,500.00
|
5,000.00
|
Telur
Ayam
|
Kilogram
|
2,500.00
|
3,000.00
|
Telur
Itik
|
Butir
|
1,000.00
|
1,250.00
|
Minyak
Goreng
|
Botol
|
300.00
|
350.00
|
Sabun
Diterjen
|
Sachet
|
500.00
|
600.00
|
Keterangan:
Daging sapi dikonsumsi sebanyak 1.500 kilogram dalam
tahun 1998, sedang tahun 1999 konsumsi meningkat menjadi 1.750 kilogram. Untuk
ikan Tingkol, dikonsumsi sebanyak 4.500 kilogram pada tahun 1998, dan meningkat
menjadi 5.000 kilogram pada tahun 1999. Demikian seterusnya untuk data lainnya.
Data harga untuk tiap jenis barang telah disajikan pada
tabel sebelumnya.
Di sini digunakan tahun dasar adalah tahun 1998, sehingga
data kuantitas barang untuk tahun tersebut diberi simbol q0.
Perhitungan Indeks Laspeyres:
Jenis Barang
|
Harga thn ’98 (P0)
|
Harga th. ’99 (Pn)
|
1998 (q0)
|
Daging
Sapi
|
19,106.72
|
26,411.13
|
1,500.00
|
Ikan
Tongkol
|
7,747.91
|
12,602.96
|
4,500.00
|
Telur
Ayam
|
5,799.58
|
8,012.39
|
2,500.00
|
Telur
Itik
|
538.56
|
799.03
|
1,000.00
|
Minyak
Goreng
|
4,610.02
|
4,038.26
|
300.00
|
Sabun
Diterjen
|
395.83
|
500.00
|
500.00
|
Tabel perhitungan lanjutan:
Jenis Barang
|
Harga thn ’98 (P0.q0)
|
Harga th. ’99 (Pn.qn)
|
Daging
Sapi
|
28,660,080.00
|
39,616,695.00
|
Ikan
Tongkol
|
34,865,595.00
|
56,713,320.00
|
Telur
Ayam
|
14,498,950.00
|
20,030,975.00
|
Telur
Itik
|
538,560.00
|
799,030.00
|
Minyak
Goreng
|
1,383,006.00
|
1,211,478.00
|
Sabun
Diterjen
|
197,915.00
|
250,000.00
|
TOTAL
|
80,144,106.00
|
118,621,498.00
|
Angka Indeks Laspeyres adalah :
Ip =
Hal ini berarti Harga beberapa jenis barang pada Tahun
1999 di Jakarta mengalami kenaikan 148,07% - 100% = 48,07% dari harga tahun
1998.
Jika ini dibandingkan dengan pengukuran Indeks Harga
tidak tertimbang antara tahun 1998 dan 1999. (Lihat Tabel Harga 1998 dan 1999)
Ip =
Perhatikan Indeks tidak tertimbang yang lebih kecil
dibanding Indeks tertimbang.
2.
INDEKS
LASPEYRES YANG DIMODIFIKASI
Pada penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHG) digunakan
perhitungan menurut cara Laspeyres dengan modifikasi :
|
Dimana:
Pn-1 =
Harga pada bulan sebelumnya
Sebagai contoh, jika tahun dasar adalah 1990, dan akan
diukur Indeks Harga Konsumen tahun 2002, maka:
Pn adalah Harga tahun 2002
Pn-1 adalah harga tahun 2001 (2002-1)
P0 adalah harga tahun 1990
Sedangkan cara penghitungan sama dengan contoh-contoh
yang telah dibahas sebelumnya.
3.
INDEKS
PAASCHE
Perbedaan Indeks Paasche dengan Indeks Laspeyres adalah
pada penggunaan qn sebagai pengganti q0.
|
Kasus:
Terkait dengan contoh sebelumnya, misal di suatu daerah
di Jakarta, JUMLAH konsumsi beberapa jenis barang untuk tahun 1998 dan 1999
adalah sebagai berikut :
Jenis Barang
|
Satuan
|
1998 (q0)
|
1999 (qn)
|
Daging
Sapi
|
Kilogram
|
1,500.00
|
1,750.00
|
Ikan
Tongkol
|
Kilogram
|
4,500.00
|
5,000.00
|
Telur
Ayam
|
Kilogram
|
2,500.00
|
3,000.00
|
Telur
Itik
|
Butir
|
1,000.00
|
1,250.00
|
Minyak
Goreng
|
Botol
|
300.00
|
350.00
|
Sabun
Diterjen
|
Sachet
|
500.00
|
600.00
|
Keterangan:
Di sini digunakan tahun dasar tetap tahun 1998, sehingga
data kuantitas barang untuk tahun tersebut diberi simbol q0. Dengan
demikian qn adalah tahun 1999.
Perhituangan Indeks Paasche:
Jenis Barang
|
Harga thn ’98 (P0)
|
Harga th. ’99 (Pn)
|
1998 (qn)
|
Daging
Sapi
|
19,106.72
|
26,411.13
|
1,750.00
|
Ikan
Tongkol
|
7,747.91
|
12,602.96
|
5,000.00
|
Telur
Ayam
|
5,799.58
|
8,012.39
|
3,000.00
|
Telur
Itik
|
538.56
|
799.03
|
1,250.00
|
Minyak
Goreng
|
4,610.02
|
4,038.26
|
350.00
|
Sabun
Diterjen
|
395.83
|
500.00
|
600.00
|
Tabel perhitungan lanjutan:
Jenis Barang
|
Harga thn ’98 (P0.qn)
|
Harga th. ’99 (Pn.qn)
|
Daging
Sapi
|
33,436,760.00
|
46,219,477.50
|
Ikan
Tongkol
|
38,739,550.00
|
63,014,800.00
|
Telur
Ayam
|
17,398,740.00
|
24,037,170.00
|
Telur
Itik
|
673,200.00
|
998,787.50
|
Minyak
Goreng
|
1,613,507.00
|
1,413,391.00
|
Sabun
Diterjen
|
237,498.00
|
300,000.00
|
TOTAL
|
92,099,255.00
|
135,983,626.00
|
Angka Indeks Paasche adalah :
Ip =
Perhatikan perhitungan Indeks Paasche dan Indeks
Laspeyres yang berselisih sedikit, yakni hanya sebesar 1,4807 – 1,4771 =
0,0036. Pada umumnya, perhitungan kedua indeks tersebut memang menghasilkan
angka yang berselisih sedikit.
4.
INDEKS
DROBISCH
Indeks Drobisch pada intinya bertujuan untuk menjembatani
perbedaan (selisih) antara pengukuran Indeks Paasche dengan Indeks Laspeyres.
Untuk itu, Indeks Drobisch melakukan proses rata-rata antara hasil Indeks
Paasche dengan Indeks Lespeyres.
Rumus:
|
Kasus:
Terkait dengan contoh sebelumnya, maka Indeks Drobisch
adalah:
Ip =
5.
INDEKS
FISHER
Jika Indeks Drobisch mencoba merata-rata antara Indeks
Paasche dengan Indeks Laspeyres, maka Indeks Fisher berusaha untuk melakukan
rata-rata ukur antara Indeks Paasche dengan Indeks Lespeyres. Hal ini
disebabkan jika selisih antara kedua indeks cukup besar, maka Indeks Drobisch
kurang representatif.
|
Kasus:
Terkait dengan contoh sebelumnya, maka Indeks Drobisch adalah
:
Ip =
NB: Jika perhitungan
sampai ketepatan tujuh angka di belakang koma, maka Indeks Fisher menghasilkan
angka 1,478932862. Sedangkan Indeks Drobisch menghasilkan angka 1,478933947.
Perhitungan Indeks Fisher, karena natur operasi pangkat, akan menghasilkan
angka indeks yang lebih kecil dibandingkan dengan Indeks Drobisch.
6.
INDEKS
MARSHALL-EDGEWORTH
Indeks ini mengubah timbangan yang digunakan oleh Indeks
Paasche maupun Laspeyres, yakni dengan melakukan rata-rata dari q0
dan qn.
Rumus:
|
Kasus:
Sesuatu dengan data terdahulu, dengan tahun dasar (q0)
adalah 1998, sehingga tahun tertentu adalah 1999 (qn), maka
perhitungan Indeks menjadi:
Jenis Barang
|
1998 (q0)
|
1999 (qn)
|
(q0+qn)
|
Daging
Sapi
|
1,500.00
|
1,750.00
|
3,250.00
|
Ikan
Tongkol
|
4,500.00
|
5,000.00
|
9,500.00
|
Telur
Ayam
|
2,500.00
|
3,000.00
|
5,500.00
|
Telur
Itik
|
1,000.00
|
1,250.00
|
2,250.00
|
Minyak
Goreng
|
300.00
|
350.00
|
650.00
|
Sabun
Diterjen
|
500.00
|
600.00
|
1,100.00
|
Perhitungan lanjutan:
Jenis Barang
|
(q0+qn)
|
Harga thn ’98
(P0)
|
Harga th. ’99
(Pn)
|
P0(q0+qn)
|
Pn(q0+qn)
|
Daging
Sapi
|
3,250.00
|
19,106.72
|
26,411.13
|
62,096,840.00
|
85,836,172.50
|
Ikan
Tongkol
|
9,500.00
|
7,747.91
|
12,602.96
|
73,605,145.00
|
119,728,120.00
|
Telur
Ayam
|
5,500.00
|
5,799.58
|
8,012.39
|
31,897,690.00
|
44,068,145.00
|
Telur
Itik
|
2,250.00
|
538.56
|
799.03
|
1,211,760.00
|
1,797,817.50
|
Minyak
Goreng
|
650.00
|
4,610.02
|
4,038.26
|
2,996,513.00
|
2,624,869.00
|
Sabun
Diterjen
|
1,100.00
|
395.83
|
500.00
|
435,413.00
|
660,000.00
|
TOTAL
|
172,243,361.00
|
254,715,124.00
|
Angka Indeks :
Ip =
Perhatikan Angka Indeks yang tidak jauh berbeda dengan
Angka Indeks sebelumnya.
Sumber Bahan Bacaaan:
Kachigan, Sam Kash (1986), Statistical Analyisis: An
Interdisiplinary Introduction to Univariate & Multivariate Methods,
Radius Press, New York.
Kuncoro.
Mudrajat (2003), Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan Menulis
Tesis ?, Erlangga, Jakarta
Mutiara, Kurwadi
Erna (2004), Statistik Berbasis Komputer untuk Orang-Orang Non Statistik,
Elek Media Komputindo, Jakarta
Santoso, Purbayu
Budi dan Ashari (2005), Analisis Statistik dengan Microsoft Excel
dan SPSS, Andi, Yogyakarta.
Santoso, Singgih
(2003), Statistik Deskriptif Konsep dan Aplikasi Dengan Microsoft Excel dan SPSS,
Andi, Yogyakarta.
Santoso, Singgih
dan Fandy Tjiptono (2001), Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS, Elek Media Komputindo,
Jakarta
Santoso,
Singgih, Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS ver. 11.5,
Elek Media Komputindo, Jakarta
Trihendradi,
Cornelius (2004), Memecahkan Statistik: Deskriptif, Parametrik dan Non Parametrik dengan
SPSS 12, Andi, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar