INISIASI V II
Instrumen Derivatif Opsi dan Swap
Opsi
Pada ilustrasi instrumen derivatif futures ditemukan adanya kemungkinan yang
dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar atau bahkan tidak terbatas.
Terkait dengan hal ini instrumen derivatif Opsi memberikan kemungkinan dalam
membatasi atau menghilangkan potensi kerugian yang tidak terbatas tersebut.
Untuk itu Opsi menerapkan sistem pembayaran premi atau fee yang dibebakan pada
pembeli Opsi dan dibayarkan pada penjual.
Dalam Opsi dikenal dua jenis opsi yaitu call untuk menjual dan put untuk membeli. Opsi call dapat didefinisikan sebagai hak untuk
membeli aset dengan harga tertentu. Sedangkan Opsi put bisa
didefinisikan sebagai hak untuk menjual aset pada harga tertentu. Harga
tertentu tersebut disebut juga sebagai harga eksekusi. Hak opsi berupa call dan put tidak harus dieksekusi tidak/bukan kewajiban
seperti dalam forward atau futures.
Bagan
berikut ini menggambarkan struktur pay-off untuk
opsi call. Misalkan underlying assetnya adalah saham PT A,
dengan harga eksekusi sebesar Rp5.000.
───────────────────────────────────────────────────────
beli opsi call
Rp200 harga
eksekusi
3.000 5.000 10.000 Harga saham PT A
Rp200
Jual
(write) opsi Call
Pembeli opsi call harus membayar premi sebesar Rp200 dimuka kepada penjual opsi call untuk setiap saham dalam opsi call tersebut. Dengan premi
tersebut, dia akan memperoleh hak untuk membeli saham PT A dengan harga Rp5.000.
Misalkan harga saham PT A
meningkat menjadi Rp10.000. Bagi pemegang opsi
call tersebut,
akan lebih menguntungkan jika opsi tersebut dieksekusi. Dengan kata lain, ia
bisa membeli saham PT A dengan harga Rp5.000. Harga tersebut lebih murah
dibandingkan dengan harga pasar, sehingga ia akan memperoleh keuntungan sebesar
Rp5.000 (Rp10.000 – Rp5.000). Keuntungan
bersih dari transaksi tersebut adalah Rp4.800 (Rp5.000 – Rp200). Sebaliknya,
penjual opsi mengalami kerugian sebesar keuntungan dari pembeli opsi tersebut
(kerugian bersih sebesar Rp4.800). Dan sebaliknya bila, harga saham PT A turun menjadi
Rp3.000. Bagi pemegang opsi call tersebut akan lebih baik jika opsi tersebut
tidak dieksekusi (dibiarkan jatuh tempo). Bagi dia akan lebih menguntungkan
membeli saham dari pasar, karena harganya Rp3.000, lebih murah dibandingkan
kalau dia mengeksekusi opsi tersebut. Kerugian yang dia peroleh adalah Rp200,
merupakan premi yang sudah dibayarkan di muka. Sebaliknya, penjual opsi akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp200. Dalam transaksi opsi di atas bisa dilihat
sebagai zero-sum game. Keuntungan pembeli opsi menjadi kerugian penjual opsi,
dan sebaliknya.
Berikut ini gambaran kerugian dan keuntungan pembeli dan penjual opsi
put atas saham PT A dengan harga eksekusi Rp5.000, dan premi opsi sebesar
Rp150.
───────────────────────────────────────────────────────
beli
opsi put
harga
eksekusi Rp150
|
3.000 5.000
10.000 Harga
saham
jual (write) opsi put Rp150
Jika
harga saham PT A adalah Rp10.000, maka akan lebih baik bagi pemegang opsi put (beli atau long opsi put) untuk membiarkan kontrak opsi putnya tidak
diekesekusi. Bagi dia akan lebih menguntungkan menjual opsinya di pasar, dimana
harga saham mencapai Rp10.000. Dia akan rugi sebesar premi opsi yang dibayarkan
di muka. Sebaliknya, jika harga saham PT A adalah Rp3.000, maka akan lebih
menguntungkan bagi dia untuk mengeksekusi haknya, yaitu hak untuk menjual saham
dengan harga Rp5.000. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan harga
pasar. Karena itu dia akan untung sebesar Rp2.000. Keuntungan bersih adalah
Rp2.000 – Rp150 = Rp1.850. Keuntungan (kerugian) dari pembeli opsi merupakan
kerugian (keuntungan) dari penjual opsi. Karena itu opsi put juga merupakan zero-sum game.
Untuk
hedging menggunakan instrument derivative Opsi pada dasrnya sama dengan hedging
yang dilakukan dengan instrument forward
dan futures.
Penilaian Opsi
Terkait dengan premi yang dibayrkan pembeli Opsi kepada penjula Opsi
timbul pertanyaan berapa premi atau harga opsi yang fair (adil)? Mengingat opsi
adalah instrumen derivatif, kekonsistenan antara harga aset yang menjadi
underlying opsi tersebut (misal saham) dengan harga opsi menjadi penting.
Karena itu konsep arbitrase bisa dipakai untuk menilai premi opsi. Dua orang
akademisi yaitu Fischer Black dan Myron Scholes mengembangkan formula penilaian
premi opsi dengan menggunakan dasar seperti itu. Sebelum masuk ke formula
tersebut, berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi harga atau premi opsi.
|
Opsi Call
|
Opsi Put
|
Harga aset saat ini
Harga eksekusi
Jangka waktu
Volatilitas
Tingkat bunga bebas risiko
Dividen
|
+
–
+
+
+
–
|
–
+
+
+
–
+
|
- Harga aset saat ini dan harga eksekusi
Untuk opsi call, keuntungan
dari opsi adalah selisih antara harga aset dengan harga ekseskusi. Semakin
besar selisih itu, semakin besar keuntungan dari opsi tersebut. Dengan demikian jika harga
pasar aset meningkat, harga opsi call cenderung meningkat. Tetapi jika harga
eksekusi meningkat, harga opsi call cenderung turun. Hal yang berkebalikan terjadi untuk opsi put.
- Jangka
waktu
Semakin lama jangka waktu, semakin besar
kemungkinan harga meningkat atau turun di masa mendatang. Dengan demikian
semakin lama jangka waktu, semakin tinggi harga opsi call maupun harga opsi
put.
- Volatilitas
Semakin tinggi volatilitas, semakin tinggi
kemungkinan harga aset untuk berubah, baik naik atau turun. Jika harga
meningkat maka opsi call akan meningkat nilainya. Sebaliknya jika harga turun,
maka opsi put akan meningkat nilainya. Jika kita membicarakan saham, kenaikan
volatilitas akan menaikkan risiko saham. Hal semacam itu tidak berlaku untuk
opsi. Volatilitas harga aset meningkatkan kemungkinan harga turun, sehingga
nampaknya akan menurunkan nilai opsi call. Tetapi karena batas minimum opsi
call adalah nol (atau sebesar premi opsi jika kita memperhitungkan premi opsi),
maka risiko penurunan harga aset tersebut tidak relevan. Argumen yang sama juga
berlaku untuk opsi put.
- Tingkat
bunga bebas risiko
Membeli opsi call bisa dianggap seperti
membeli harga aset dengan harga eksekusi tertentu. Selisih antara kedua harga
tersebut merupakan ‘tabungan’. Semakin besar tingkat bunga, semakin besar bunga
tabungan, sehingga semakin tinggi tingkat bunga, akan semakin tinggi premi opsi
call. Sebaliknya, opsi put bisa dianggap sebagai menunda penjualan saham. Jika
tingkat bunga meningkat, maka investor kehilangan kesempatan untuk memperoleh
pendapatan bunga yang lebih tinggi. Karena itu semakin tinggi tingkat bunga,
semakin rendah nilai opsi put.
- Dividen
Jika dividen dibayarkan, ada kas yang keluar
dari perusahaan. Sebagai akibatnya harga saham akan turun. Penurunan harga
saham akan menurunkan nilai opsi call, tetapi sebaliknya akan menaikkan nilai
opsi put.
Model
Black Scholes
Formula
Black Scholes untuk perhitungan premi opsi call dan put tipe Eropa bisa dilihat
berikut ini.
c = S0 N(d1) – Xe-rT N (d2)
p= Xe-rT N (–d2) – S0 N( –d1)
dimana
ln (S0 / X) + ( r + s2/2 ) T
d1 = -------------------------------------
s Ö T
ln (S0 / X) + ( r – s2/2 ) T
d2 = ------------------------------------- = d1 – s Ö T
s Ö T
Keterangan:
c
= harga opsi call
p
= harga opsi put
S0 = harga pasar aset
X = harga eksekusi
r = tingkat keuntungan bebas risiko
T = jangka
waktu
s2 = varians
dalam tahunan
N(d) = probabilitas normal
kumulatif
Sebagai ilustrasi, misalkan harga aset = 164, harga eksekusi = 165,
tingkat bunga bebas risiko adalah 5,21% pertahun, varians return aset adalah
0,0841 (standar deviasi adalah 29% pertahun atau 0,29 pertahun), jangka waktu
adalah 0,0959 tahun (1,15 bulan). Berapa harga opsi call?
ln (164 / 165) + ( 0,0521 + 0,0841/2 ) 0,0959
d1 = ----------------------------------------------------------- = 0,0328
0,29
Ö 0,0959
d2 = d1 – s Ö T = 0,0328 – 0,29 Ö 0,0959 = – 0,0570
dari niilai d1 yang diperoleh selanjutnya
ditentukan nilai N (d1) dan N (d2) dengan cara mencari nilai probalitas pada
tabel z. Dimana kolom pertama menunjukan
nilai 0.0 dan kolom selanjutnya menunjukan nilai 0.01 dan selanjutnya. Berikut ini nilai z dari nilai d 0.0328
(dibulatkan menjadi 0.03). Dari tabel z diperoleh nilai probalitas d1 (Nd1)
sebesar 0.0120
Z
|
0,00 0,01 0,02 0,03
|
0.0
0.1
0.2
|
0,0000 0,0040 0,0080 0,0120
0,0398 0,0430 0,0478 0,0517 Probabilitas
0,0793 0,0832 0,0871 0,0910
|
Mengingat
distribusi normal berbentuk simetris, nilai daerah sebelah kiri z=0 adalah 0,5,
dengan demikian untuk z=0,03, nilai
probabilitasnya adalah 0,512 (0,5 + 0,0120).
Dengan
cara yang sama kita bisa menghitung N(-0,0570) yang bisa dibulatkan menjadi
N(-0,06). Nilai N(-0,06) adalah 0,4761 (1 – (0,5 + 0,0239)). Setelah nilai
tersebut kita hitung, kita bisa menghitung nilai opsi call seperti berikut ini.
c = 164 (0,512) – 165e-(0,0521)(0,0959) (0,4761) = 5,803
Dengan demikian premi opsi dengan karakteristik yang disebutkan adalah
5,803.
Put
Call Parity
Kondisi
paritas put-call mengatakan bahwa hubungan antara harga opsi call dengan harga opsi put adalah sebagai
berikut ini.
c + Xe-rT = p + S0
Jika
kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka ada insentif untuk melakukan arbitrase.
Dengan formula tersebut, kita juga bisa menghitung premi opsi call jika premi
opsi put dengan harga aset dan eksekusi yang sama diketahui. Dalam contoh di atas,
berapa harga opsi put?
p = c + Xe-rT – S0 = 5,803 + 165e-(0,0521)(0,0959) – 164 = 5,96
Model
Penilaian Binomial
Model binomial berangkat dari harga aset yang bisa berubah naik atau
turun (dua kemungkinan, karena itu namanya binomial). Kemudian investor akan
membentuk portofolio arbitrase. Melalui portofolio arbitrase tersebut, harga
opsi bisa diturunkan.
Sebagai ilustrasi, misalkan suatu saham mempunyai harga pasar saat ini
sebesar $20. Harga tersebut bisa naik menjadi $22 atau turun menjadi $18 tiga
bulan mendatang. Misalkan ada opsi call dengan harga eksekusi 21, tingkat bunga
bebas risiko adalah 12%, berapa premi opsi call tersebut?
Tiga bulan mendatang
|
||||
Nilai opsi =
1
|
Harga opsi = ?
Nilai
opsi = 0
Misalkan kita membentuk portofolio yang terdiri dari long ∆ saham dan
short (jual) 1 opsi call. Portofolio tersebut akan tanpa risiko (riskless) jika
kondisi berikut ini terjadi.
22∆ – 1 =
∆18 selanjutnya 22Δ – Δ18 = 1 ↔ 4 Δ = 1
∆ = 0,25
Dengan kata lain jika kita membentuk portofolio yang terdiri dari 0,25
saham dan short 1 opsi call, maka nilai portofolio kita tiga bulan mendatang
adalah pasti 4,5 ((22 x 0,25)–1) atau (18 x 0,25). Nilai sekarang dari portolio
tersebut adalah:
Nilai sekarang = 4,5e – 0,12x0,25 = 4,3670
Nilai sekarang dari saham tersebut adalah 0,25 x 20 = 5. Nilai opsi
call dengan demikian adalah
Nilai opsi call = 5 – 4,367 = 0,633
Dengan menggunakan metode binomial, nilai opsi call tersebut adalah
$0,633.
Dalam kenyataannya, kita ingin memperhalus periode waktu perhitungan.
Jika dalam contoh di atas, kita hanya menggunakan satu kali perubahan (jangka
waktu tiga bulan), kita bisa memperhalus menjadi, misal 1 hari. Dengan demikian
ada sekitar 90 kali perubahan harga untuk periode satu hari tersebut. Isu lain
adalah menentukan berapa persen perubahan harga saham/aset. Dalam contoh di
atas, harga saham berubah sebesar 20%. Salah satu pendekatan adalah dengan
menetapkan perubahan harga aset dengan menggunakan formula sebagai berikut ini.
Keterangan:
s = standar deviasi return saham, ∆t = interval
waktu.
SWAP
Swap merupakan pertukaran aliran kas antara dua pihak. Misalkan ada dua
perusahaan yang mempunyai neraca sebagai berikut ini.
PT A PT B
Aset 12% Pinjaman : Aset Pinjaman
10%
LIBOR+2% LIBOR+4%
Bagan di atas memperlihatkan neraca dua perusahaan: PT A dan PT B. PT A
mempunyai aset yang memberikan tingkat keuntungan yang tetap yaitu 12%. Tetapi
PT A menggunakan sumber dana yang bersifat variabel, yaitu LIBOR+2%. LIBOR
adalah London Interbank Offering Rate, yaitu tingkat bunga antar bank di pasar
keuangan London (pasar eurodollar di London). Tingkat bunga tersebut bisa
berubah-ubah. PT B mempunyai komposisi aset-kewajiban yang berbeda. PT B
mempunyai aset yang memberikan tingkat bunga variabel, yaitu LIBOR+4%,
sementara menggunakan sumber dana yang mempunyai bunga tetap, yaitu 10%.
Misalkan LIBOR meningkat menjadi 12%, berikut ini spread yang diperoleh
PT A dan B:
PT A = 12% - (12% + 2%) = -2%
PT B = (12%+4%) – 10% =
+6%
Jika LIBOR turun menjadi 3%, berikut ini spread yang diperoleh PT A dan
B:
PT A = 12% - (3% + 2%) = +7%
PT B = (3%+4%) – 10% =
-6%
Kedua perusahaan menghadapi risiko ketidakpastian tingkat bunga. Jika
tingkat bunga tinggi, PT B memperoleh
keuntungan, sedangkan PT A memperoleh kerugian, dan sebaliknya.
Untuk melindungi diri dari risiko perubahan tingkat bunga, kedua
perusahaan tersebut bisa melakukan swap (pertukaran aliran kas). Misalkan yang
ditukar adalah kewajiban (sisi hutang). Setelah pertukaran, neraca kedua
perusahaan tersebut akan nampak seperti berikut ini.
PT A PT B
Aset 12% Pinjaman : 10% Aset Pinjaman
LIBOR+4%
LIBOR+2%
Dengan komposisi semacam itu terlihat bahwa
perubahan tingkat bunga tidak akan berpengaruh terhadap penghasilan kedua
perusahaan tersebut. PT A memperoleh spread sebesar 2%, sedangkan PT B juga
memperoleh spread sebesar 2%. Spread tersebut adalah pasti, tidak tergantung dari
perubahan tingkat bunga. Dengan kata lain, swap bisa dipakai untuk
restrukturisasi aset sedemikian rupa sehingga manajemen risiko bisa dilakukan
(risiko perubahan tingkat bunga bisa berkurang).
Swap bisa dikembangkan lebih lanjut sehingga bisa
diperoleh banyak variasi dalam swap. Sebagai contoh, swap bisa dikembangkan
untuk pertukaran aliran kas yang melibatkan beberapa periode. Swap juga bisa
dikembangkan untuk pertukaran aliran kas yang melibatkan mata uang yang
berbeda. Swap hutang-saham juga bisa dilakukan. Term (detail) pertukaran akan
tergantung dari kekuatan tawar menawar. Jika kekuatan tawar menawar sama, maka
term pertukaran swap yang dianggap adil bagi pihak yang terkait yang akan
dipakai. Pada dasarnya term tersebut akan menyamakan present value aliran kas
yang dipertukarkan. Tentu saja jika menyangkut biaya bunga variabel, forecast
bunga di masa mendatang menjadi sulit dilakukan. Di pasar eurodollar, transaksi
swap yang ditujukan untuk menghemat pembayaran bunga cukup banyak dilakukan.
Biasanya transaksi tersebut memanfaatkan asimetri premi risiko di pasar
mengambang dan pasar fixed, dengan tujuan arbitrase (memperoleh tingkat bunga
yang lebih kecil dibandingkan kalau tidak memasuki kontrak swap).
Sumber Manajemen Resiko dan Manajemen Risiko (oleh Mamduh M. Hanafi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar