INISIASI V
Teknik-Teknik Manajemen Risiko, dan
Diversifikasi
Teman-teman dalam inisiasi I dan II serta
materi diskusinya secara sekilas kita pernah membahas mengenai pengelolaan
risiko seperti Menghindar, Menanggung
(Risk Retension) dan memindahkan (Risk Transfer). Pada inisiasi kali ini kita kan membahasnya
secra lebih dalam lagi. Disamping itu
kita juga akan membahas mengenai peran diversifikasi dalam manajemen risiko.
Teknik-Teknik Manajemen Risiko
Dalam mengelola risiko pada suatu organisasi sangat
tergantung dari hasil indentifikasi risiko yang mungkin muncul/terjadi pada
organisasi tersebut, serta berapa nilai kerugian bila hal tersebut terjadi dan
yang terakhir adalah frekuesi (probabilitas) kejadian tersebut terjadi. Berdasarkan ketiga faktor baru organisasi
dapat menentukan teknik apa yang tepat dalam mengelola risiko tersebut. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat
didalam mengelola risiko juga perlu mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan
dan manfaat yang diterima, sehinga alternatif yang diambil dalam pengelolaan risiko telah merupakan
alternatif terbaik dengan kriteria manfaat yang paling optimum dengan biaya
atau pengeluaran yang terendah. Berikut
ini beberapa alternatif pilihan dalam mengelola suatu risiko dalam dunia
bisnis:
q Penghindaran (Risk Avoidance)
Alternatif
penghindaran risiko pada umumnya dapat dilakukan pada tahap perencanaan dimana
kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi dapat diatasi dengan berbagai
tindakan pencegahan. Misalnya risiko
kebanjiran yang dapat diatasi dengan mencari lokasi yang bebas banjir, atau
risiko melanggar peraturan pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan dengan
mempersiapkan seluruh dokumen dan
persyaratan yang terkait dengan lingkungan atau risiko adanya penuntutan
(komplain) dari konsumen terhadap produk
yang dihasilkan dapat dihindari dengan mencantumkan spesifikasi produk
yang jelas dan rinci serta melakukan berbagai uji coba sebelum produk
dipasarkan. Namun untuk risiko murni (Pure
Risk) dengan kemungkinan terjadinya rendah serta sukar diprediksi teknik penghindaran tidak dapat digunakan.
q Menahan atau Menanggung (Risk Retention)
Pada suatu kondisi dengan pertimbangan
tertentu perusahaan berani menanggung berbagai kemungkinan risiko yang
terjadi. Namun demikian, perusahaan tetap
berupaya agar risiko itu tidak
terealisasi/terjadi atau juga mencadangkan sejumlah anggaran dengan pola
tertentu sebagai antisipasi bila kondisi terburuk terjadi. Berikut ini
beberapa bentuk risiko dan kondisi sehingga perusahaan berani menanggung
risiko yang mungkin terjadi.
o
Penahanan yang direncanakan dan
tidak direncanakan
Yang
dimaksud dengan penahanan risiko direncanakan adalah dimulai dari upaya untuk
mengetahui seluruh risiko yang mungkin timbul,
atau mengindentifikasi risiko yang ada kemudian menyusun berbagai
tindakan yang akan diambil. Pada kondisi
ini tindakan yang diambil menjadi tanggung jawab perusahaan sendiri dan tidak
dialihkan pada pihak lain atau pihak ketiga diluar perusahaan contohnya perusahaan
lebih menekankan pada pelatihan mengemudi dan seleksi pengemudi yang ketat
dalam upaya mengantisipasi risiko terjadinya kerusakan kendaraan akibat
kecelakaan. Pada kondisi ini perusahaan
lebih memilih menganggarkan dana untuk meningkatkan ketrampilan mengemudi
daripada mengasuransikan kendaraan.
Sedangkan
penahanan risiko tidak direncanakan adalah merupakan bentuk kegagalan
perusahaan dalam mengindentifikasi risiko yang mungkin terjadi sehingga pada
saat risiko itu terjadi perusahaan tidak memiliki anggaran atau tidak memiliki tindakan yang telah terencana dalam
mengatasinya. Misalnya risiko kegagalan
peluncuran produk terkait dengan tenaga ahli yang beralih pada perusahaan lain,
atau tuntutan konsumen terhadap produk dll.
o
Pendanaan risiko yang ditahan
Seperti tersebut diatas, dalam
menerapkan risk retension (menahan risiko) perusahaan tetap membutuhkan angaran
walaupun dalam jumlah yang lebih sedikit jika dibandingkan harus melakukan risk transfer. Pada jenis usaha tertentu
pembebanan dalam menerapkan retensison risk dapat dialihkan kepada konsumen
melalui penambahan sejumlah biaya tertentu dari produk yang dihasilkan
perusahaan. Namun penerapa metode ini
perlu mempertimbangkan agar penambahan biaya tidak mengurangi daya saing
perusahaan ditinjau dari harga yang ditawarkan.
Misalnya risiko kehilangan atau rusak dari produk yang ditawarkan pada
perusahaan retail (supermarket). Hal ini
dapat diketahui dari adanya perbedaan harga yang ditawarkan untuk item yang
sama pada supermarket yang berbeda (perbedaan ini juga dimungkinkan dari diskon
yang diberikan rekanan pada supermarket tersebut).
Berikut ini beberapa model
pendanaan untuk risk
retension:
a. Dana Cadangan
Dana
cadangan merupakan pengalokasian atau penyisihan dana tertentu
dapat dari keuntungan perusahaan atau
yang lain secara periodik dengan tujuan
untuk pembiayaan kerugian yang mungkin.
Misalnya saja sebesar 1 % dari laba ditahan dialokasikan untuk
pengelolaan risiko.
b. Self
Insurance
Self insurance dilakukan dengan
cara menyisingkan atau membayarkan sejumlah dana tertentu (berdasarkan hasil
perhitungan) kepada pihak didalam perusahaan yang ditugaskan untuk mengelola
risiko. Yang perlu diperhatikan dalam
self insurance adalah eksposure diperusahaan cukup besar dan risiko dapat diprediksi dengan baik. Keuntungan dari metode ini adalah bila
kejadian tidak terjadi maka tidak menimbulkan biaya tambahan. Bayangkan bila hal ini terjadi dan kita telah
membayar premi asuransi yang tidak mungkin ditarik kembali. Sedangkan kerugian atau keterbatasan dari
konsep self insurance adalah jumlah eksposurennya yang harus tinggi sehingga
memenuhi skala ekonominya.
c. Captive
Insurance
Captive insurance sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan self insurance
dimana perusahaan membayarkan atau mengalokasikan sejumlah dana tertentu kepada
pihak didalam perusahaan (pengelola
risiko). Namun untuk captive insurance pihak pengelola risiko mendirikan perusahaan lain yangmerupakan
anak perusahaannya.
q Risk Transfer
Bila skala ekonomis tidak
terpenuhi, serta merasa tidak memilki kompetensi dan waktu untuk mengelola
risiko maka alternatif yang dapat dipilih dalam mengelola risiko adalah
melakukan trnsfer risiko atau risk transfer.
Pada kondisi ini dengan mengalokasikan sejumlah biaya tertentu (biaya
lebih rendah jika dibandingkan biaya yang mungkin dikeluarkan bila risiko
terjadi) pada pihak lain yang memilki kemampuan dan kapasitas untuk
mengumpulkan eksposure sehingga mencapai kondisi ekonomi. Berikut ini beberapa cara dalam risk transfer.
o
Asuransi
Prinsip bisnis
asuransi didasarkan pada upaya mengumpulkan (pool) sumberdaya, bukannya
mengumpulkan risiko. Melalui premi yang diterima perusahaan asuransi, sampai pada skala
ekonomisnya akan memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi kewajibannya.
Pada kondisi ini pihak asuransi dapat menghitung tingkaat biaya yang akan
dibebankan mengingat mereka sudah dapat menghilangkan risiko ketidak
pastiannya.
Asuransi merupakan
kontrak perjanjian antara yang diasuransikan (insured) dan perusahaan asuransi
(insurer), dimana insurer bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang
dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer) memperoleh
premi asuransi sebagai balasannya. Ada empat hal yang diperlukan dalam
transaksi asuransi: (1) perjanjian kontrak, (2) pembayaran premi, (3) tanggungan
(benefit) yang dibayarkan jika terjadi kerugian seperti yang disebutkan dalam
kontrak, dan (4) penggabungan (pool) sumberdaya oleh perusahaan asuransi yang
diperlukan untuk membayar tanggungan.
.
o
Hedging
Merupakan salah satu bentuk risk transfer dengan melibatkan pihak lain
sebagai penanggung jawab bila terjadi
kejadian yang tidak diinginkan terjadi.
Hedging biasanya terkait dengan perlindungan terhadap kewajiban membayar
atau kebutuhan akan uang asing. Misalnya
kewajiban untuk dapat membayar hutang dalam dolar atau dalam mata uang asing
lainnya, atau juga kewajiban untuk membayar pembelian bahan baku dalam mata
uang asing seperti dolar atau pounstreling dan yen. Perubahan kurs mata uang
asing terhadap rupiah misalnya dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar
misalnya saja waktu kejadian kerusuhan Mei 1998 yang mendorong dollar
terapresiasi terhadap rupiah yang mencapai 500%. Pada kondisi ini perusahaan yang melakukan hedging dengan kepemilikan atau opsi membeli dollar dimasa
depan akan sangat tertolong mengingat
sesuai dengan perjanjian forward atau future yang bersangkutan tidak harus
membeli pada kurs yang akan datang tetapi berdasarkan kesepakatan yang berlaku
dalam kontrak. Untuk kondisi seperti ini
hedging sangat mirip dengan asuransi.
o
Incoporated
Incoporated merupakan bentuk
transfer risiko bagi individu
mengingat dengan pembentukan perusahaan kewajiban pemegang
saham dalam perseroan terbatas hanya
terbatas pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai ke
kekayaan pribadi. Secara efektif, sebagian risiko perusahaan ditransfer ke
pihak lain, dalam hal ini biasanya kreditur (pemegang hutang). Jika perusahaan
bangkrut, maka pemgang saham dan pemegang hutang akan menanggung risiko
bersama, meskipun dengan tingkatan yang berbeda. Pemegang hutang biasanya
mempunyai prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang saham.
Misalkan perusahaan bangkrut, asetnya dijual, hasil penjualan aset tersebut
akan diberikan ke pemegang hutang. Jika masih ada sisa, pemegang saham baru
bisa memperoleh bagiannya.
Saudara
mahasiswa dari uraian di atas, ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan yaitu
penentuan suatu bentuk pengeloaan resiko sangat terkait pada 2 hal yaitu (1)
berapa besar kemungkinan risiko itu terjadi, (2) berapa besar dampak dari
risiko tersebut. Berikut ini keputusan yang dapat diambil terhadap risiko yang
mungkin terjadi.
Frekuensi
(Probabilitas)
|
Severity
(Keseriusan)
|
Tehnik
Yang Dipilih
|
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
|
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
|
Ditahan
Ditahan
Ditransfer
Dihindari
|
Contoh:
q jangan pernah membeli atau membangun rumah pada lokasi banjir mengingat
frekuensi banjir sangat sering terjadi di Indonesia terkait dengan kondisi
musim yaitu musim hujan dan kemarau, serta kerusakan akibat banjir yang sangat
serius bahkan dapat mengakibatkan kematian. Solusi terbaik adalah dihindari
q Kehilangan produk dalam gudang dengan frekuesi yang rendah dan
keseriusan yang rendah dapat diatasi dengan bentuk pengelolaan risiko ditahan.
Untuk
frekuensi tinggi dan keseriusan yang rendah serta frekuensi rendah dengan
keseriusan atau dampak yang tinggi silahkan Saudara bayangkan contoh yang
sesuai.
Disamping
itu ada hal yang perlu kita ketahui terkait dengan pernyataan jangan pernah
menarauh telur dalam satu keranjang.
Diversifikasi
Konsep diversifikasi pada dasarnya
dilakukan untuk mengurangi resiko yang terjadi dengan cara mengalokasikan modal
atau sumberdaya keuangan pada berbagai unit usaha atau saham sehingga terbentuk
suatu portofolio. Dengan terbentuknya
suatu portofolio dengan jumlah aset yang semakin banyak maka aspek risiko yang
mungkin terjadi semakin kecil atau bahkan nol untuk yang tidak terhingga. Berikut ini penjelasan mengapa hal tersebut
terjadi.
Misalkan
kita mempunyai portofolio dengan N aset yang independen satu sama lain. Risiko aset diukur dengan standar
deviasi, sehingga tingkat keuntungan aset yang diharapkan dan risiko aset
tersebut adalah:
Tingkat keuntungan yang diharapkan = E(Ri) = E(R1), …, E(RN)
Risiko aset =
si = s1, …, sN
Misalkan aset tersebut mempunyai ukuran yang sama satu
sama lainnya, Tingkat keuntungan yang diharapkan untuk portofolio tersebut dan
risikonya adalah:
E(RP) =
(1/N) R1 + ….. + (1/N) RN
= (R1
+ ….. + RN ) / N
sP2
= (1/N)2 s12
+ .. + (1/N)2 sN2 + 2
(1/N) (1/N) s12 + .. + 2 (1/N) (1/N) sij
dimana i≠j
Keterangan:
E(RP)
= tingkat keuntungan yang diharapkan untuk portofolio
R1..N =
tingkat keuntungan aset 1 sampai N
sP2
= varians portofolio atau standar
deviasi dikuadratkan
sij = kovarians antara saham i
dengan j
N
= jumlah aset
Karena
aset tersebut independent satu sama lain, maka kovarians antar aset sama dengan
nol. Dengan demikian formula di atas bisa disederhanakan lagi menjadi:
sP2
= (1/N)2 s12
+ .. + (1/N)2 sN2
sP2
= (1/N)2 ( s12
+ .. + sN2 )
Misalkan
aset tersebut sama satu sama lainnya (identically distributed), maka risiko
tersebut sama, dan bisa dituliskan sebagai berikut ini.
s12
= s22
= sN2
= s2
sehingga
risiko portofolio bisa dituliskan sebagai berikut ini.
sP2
= (1/N)2 ( Ns12 )
sP2
= (s2
/
N)
Risiko
portofolio (diukur melalui variansnya) adalah varians aset individual dibagi
dengan jumlah aset (N) dalam portofolio. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika
N menjadi semakin besar, maka risiko portofolio akan semakin turun. Jika N
mendekati tidak terhingga (N → ∞), maka risiko portofolio akan menjadi nol.
Dengan kata lain, kita mempunyai portofolio dengan tingkat keuntungan yang
pasti (tidak ada kemungkinan penyimpangan).
Misalkan
kita akan melakukan investasi di suatu aset. Distribusi perolehan aset tersebut
terlihat berikut ini.
|
Probabilitas
(1)
|
Keuntungan
(Rp)
(2)
|
(3)
= (1) x (2)
|
(4)
= (1) x ((3) – 475))2
|
A
|
0,25
|
200
|
50
|
18.906,25
|
B
|
0,5
|
500
|
250
|
312,5
|
C
|
0,25
|
700
|
175
|
12.656,25
|
|
1,00
|
|
475
|
31.875
|
|
|
|
Standar
deviasi =
|
178,5357
|
Jika
tahun depan kondisi ekonomi baik (kondisi C) dengan probabilitas 0,25, maka
tingkat keuntungan investasi tersebut adalah Rp700. Ada dua kondisi lain yaitu sedang (B),
dan jelek (A). Tingkat keuntungan
yang diharapkan bisa dilihat pada kolom (3), yaitu sebesar 475. Perhitungan varians diperoleh pada
kolom (4) baris kedua dari bawah yaitu 31.875. Standar deviasi adalah akar dari
31.875 yaitu = 178,5.
Tabel
berikut ini menunjukkan efek diversifikasi, risiko dengan satu aset, kemudian
portofolio dimulai dengan 10 aset sampai dengan jumlah aset yang tidak
terhingga.
Jumlah
Aset
|
Risiko
(standar
deviasi)
|
Risiko
(Varians)
|
1
|
178,5357
|
31.875
|
10
|
17,85357
|
3.187,5
|
100
|
1,785357
|
318,75
|
1000
|
0,178536
|
31,875
|
10000
|
0,017854
|
3,1875
|
100000
|
0,001785
|
0,31875
|
Tidak
terhingga
|
0
|
0
|
Tabel
tersebut menunjukkan bahwa jika aset independen satu sama lain, risiko akan
cenderung nol jika kita memperluas aset menjadi tidak terhingga jumlahnya. Bagan berikut ini menggambarkan hasil
pada tabel di atas.
Bagan
1. Efek
Diversifikasi (Aset Independen)
Risiko
N (jumlah aset)
Aset Yang Tidak Independen
Kembali
ke permasalahan di muka, yaitu kita mempunyai portofolio yang terdiri dari N
aset, tetapi aset tersebut berkaitan (berkorelasi, atau tidak independen) satu
sama lain. Kita ingin melihat tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko
dari portofolio tersebut. Sama seperti sebelumnya, aset-aset tersebut mempunyai
ukuran yang sama, distribusi yang sama, dengan risiko yang sama.
Tingkat
keuntungan dan risiko bisa dituliskan sebagai berikut ini.
E(RP)
= (1/N) R1 + ….. + (1/N) RN
= (R1 + ….. + RN ) / N
sP2
= (1/N)2 s12
+ .. + (1/N)2 sN2 + 2
(1/N) (1/N) s12 + .. + 2 (1/N) (1/N) sij
dimana i≠j
Perhatikan
bahwa karena aset-aset tersebut tidak independen satu sama lain, maka ada
kovarians atau korelasi antar aset. Karena itu, term kedua (yang memuat kovarians antar aset)
tidak bisa dihilangkan. Risiko portofolio dalam situasi adalah penjumlahan dari
varians setiap aset dengan kovarians antar aset. Bagan berikut membantu visualisasi risiko portofolio
tersebut.
s12
|
s12
|
s13
|
s13
|
s14
|
|
s22
|
s23
|
s24
|
s25
|
|
|
s32
|
s34
|
s35
|
|
|
|
s42
|
s45
|
|
|
|
|
s52
|
Misalkan
kita mempunyai portofolio yang terdiri dari lima aset. Total risiko aset tersebut bisa
dituliskan sebagai berikut ini (dimana N=5).
sP2
= [ (1/N)2 s12
+ (1/N)2 s22
+ (1/N)2 s32
+ (1/N)2 s42
+ (1/N)2 s52 ] +
[2 (1/N) (1/N) s12 + 2 (1/N) (1/N) s13 + 2 (1/N) (1/N) s14 +2 (1/N) (1/N) s15 +2 (1/N) (1/N) s23 + 2 (1/N) (1/N) s24 +2 (1/N) (1/N) s25 +2 (1/N) (1/N) s34 +2 (1/N) (1/N) s35 + 2 (1/N) (1/N) s45 ]
Perhatikan jumlah komponen dalam risiko portofolio
tersebut adalah 5 varians dan 20 kovarians. Misalkan varians dan kovarians
tersebut adalah sama besarnya, maka formula di atas bisa disederhanakan menjadi
berikut ini.
sP2
= [ (1/5)2 (5s2) ] + [ 2 (1/5)2 (10 sij ) ]
Dengan kata lain, risiko portofolio tersebut terdiri
dari lima varians dan dua puluh dua kovarians. Formula di atas bisa
digeneralisir untuk portofolio dengan N aset. Risiko portofolio dengan N aset
bisa dituliskan sebagai berikut ini.
sP2
= [ (1/N)2 (N si2) ] + [ 2 (1/N)2
(N(N – 1)/2) sij ) ]
Perhatikan bahwa jika N=5, maka risiko portofolio
terdiri dari lima varians, dan dua puluh kovarians {(5 (5 – 1)/2) = 10) x 2},
sama seperti perhitungan dengan menggunakan bagan 2 di atas. Jika aset tersebut
independent satu sama lain, kovarians akan sama dengan nol, dan dengan demikian
term yang terakhir dari formula di atas akan menjadi nol. Risiko portofolio
akan sama dengan formula risiko portofolio dengan aset independen yang
dibicarakan di muka.
Formula di atas bisa disederhanakan
lebih lanjut menjadi berikut ini.
sP2
= [ (1/N) si2 ] + [ (N – 1)/N) sij ) ]
Jika
N → ∞ (semakin besar), maka komponen pertama akan mendekati nol, karena nilai
1/N akan mendekati nol. Tetapi nilai [(N – 1)/N] akan mendekati 1 jika N
semakin besar (N → ∞ ). Dengan kata lain, jika N semakin besar, untuk
portofolio dengan aset yang berkorelasi satu sama lain, risiko portofolio
tersebut tidak menjadi nol, tetapi akan mendekati konstanta tertentu, yaitu
rata-rata kovarians antar saham.
Misalkan portofolio yang terdiri dari aset yang sama
risikonya, korelasi antar aset juga sama, seperti berikut ini.
si
= 50
rij
= 0,1
Kovarians
= sij
=
rij
x si x sj
=
0,1 x 50 x 50 = 250
Risiko
portofolio untuk beberapa aset bisa dihitung sebagai berikut ini.
Jumlah
Aset
|
Term
Pertama
[
(1/N) si2 ]
|
Term Kedua
[ (N – 1)/N) sij ) ]
|
Varians
Total
|
1
|
2.500
|
0
|
2500
|
10
|
250
|
225
|
475
|
100
|
25
|
247,5
|
272,5
|
1.000
|
2,5
|
249,75
|
252,25
|
10.000
|
0,25
|
249,975
|
250,225
|
100.000
|
0,025
|
249,9975
|
250,0225
|
Tidak
terhingga
|
0
|
250
|
250
|
Tabel di atas menunjukkan bahwa jika risiko
portofolio yang terdiri dari aset yang berkorelasi satu sama lain akan turun
sampai nilai tertentu, yaitu kovarians antar saham. Risiko tersebut tidak akan
bisa diturunkan lebih lanjut. Bagan berikut ini menunjukkan situasi tersebut.
Selamat
Belajar
Sumber Manajemen Resiko dan Manajemen Risiko (oleh Mamduh M. Hanafi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar