INISIASI IV
PENGEMBANGAN DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN
A. PENDAHULUAN
Pengembangan karyawan
meliputi orientasi dan pelatihan karyawan. Orientasi dan pelatihan merupakan
proses untuk memberi informasi tentang organisasi dan sasarannya, serta
peningkatan pengetahuan, keahlian, dan sikap kepada karyawan. Orientasi merupakan
langkah pertama kali karyawan memulai kegiatannya di perusahaan yang
bersangkutan agar menapak/melangkah pada arah yang benar. Sedangkan pelatihan dirancang
untuk mempertahankan atau membantu karyawan agar secara terus-menerus membuat
kontribusi dalam bentuk kinerja yang baik. Ini berarti organisasi harus
terus-menerus memberi bekal kepada karyawan tentang informasi dan keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan jabatan/pekerjaannya dengan berhasil.
Setelah mengikuti
inisiasi ke 4 ini secara umum Anda diharapkan dapat menjelaskan tentang
orientasi dan pelatihan karyawan, pengembangan manajemen dan organisasional,
serta produktivitas karyawan.
B. PENGERTIAN ORIENTASI
Saudara
mahasiswa, orientasi merupakan usaha untuk mengenalkan karyawan baru tentang
seluk-beluk organisasi, seperti pekerjaan yang menjadi tugas kewajibannya,
lingkungan kerja, atasan dan teman kolega, produk organisasi, dan kontribusi
tugas pekerjaan (yang menjadi tanggung jawabnya) terhadap produk organisasi.
Ivancevich (1992), mendefinisikan orientasi sebagai aktivitas manajemen SDM
dalam rangka memperkenalkan karyawan baru terhadap organisasi, tugas, dan terhadap
manajer serta kelompok kerjanya. Menurut Byars dan Rue (1997) orientasi adalah memperkenalkan
karyawan baru terhadap organisasi, unit kerja, dan pekerjaannya. Sedangkan menurut
Dessler (2000) orientasi adalah prosedur
memberi informasi kepada karyawan baru mengenai latar belakang
perusahaan yang bersifat mendasar.
C. PROGRAM ORIENTASI
Saudara
mahasiswa, program orientasi karyawan baru cukup bervariasi, dari yang bersifat
sangat formal sampai yang kurang formal. Orientasi formal pada umumnya mencakup
kegiatan-kegiatan, seperti meninjau ke fasilitas-fasilitas organisasi, penggunaan
slide, grafik dan gambar-gambar.
Dalam istilah Byars dan Rue (1997), setiap karyawan baru menerima sebuah kit orientasi atau paket informasi yang
merupakan pelengkap dari program orientasi verbal. Kit orientasi antara lain
berupa: 1) bagan organisasi, 2) peta fasilitas organisasi, 3) buku tentang
kebijaksanaan organisasi dan prosedur, 4) daftar hari libur dan tunjangan, 5)
formulir penilaian kinerja dan prosedur, 6) formulir-formulir lain yang
diperlukan, dan 7) nomor telepon orang-orang penting organisasi. Kegiatan
orientasi ini biasanya melibatkan sejumlah besar karyawan baru yang
diorientasikan. Orientasi pertama yang didapat masih bersifat informasi umum
tentang organisasi, kemudian mereka diberi orientasi departemen dari pekerjaan
yang bersifat lebih khusus.
Dalam
organisasi yang lebih kecil, orientasi dilakukan oleh manajer operasi. Bagi
organisasi yang memiliki serikat pekerja, kegiatan orientasi seringkali
melibatkan pengurus serikat pekerja organisasi yang bersangkutan. Agar
pelaksanaan kegiatan orientasi efektif, seringkali manajer sumber daya manusia
membantu melakukan pelatihan terhadap
manajer operasi.
D. PENGERTIAN DAN PENDEKATAN PELATIHAN
1.
Pengertian
Saudara
mahasiswa, menurut Dessler (2000) pelatihan
merupakan proses pengajaran kepada karyawan baru tentang keahlian dasar
yang mereka perlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Contoh, pelatihan untuk
seorang mekanis yaitu dengan menunjukkan keahliannya bagaimana dia dapat
mengoperasikan mesin barunya, atau tenaga penjual baru yang menunjukkan tentang
bagaimana caranya dia menjual produk perusahaan.
Menurut Byars
dan Rue, pelatihan merupakan proses belajar yang mencakup kepemilikan keahlian,
konsep, hukum-hukum, atau sikap untuk meningkatkan kinerja karyawan. Definisi
ini lebih umum, mencakup baik karyawan lama maupun baru dan tidak terbatas
hanya pada keahlian dasar saja, tetapi lebih ke arah untuk meningkatkan
kinerja.
Menurut Ivancevich
(1992), pelatihan merupakan suatu proses merubah perilaku karyawan yang
sistematis dalam suatu kerangka tujuan untuk meningkatkan sasaran organisasi.
Secara implisit, definisi ini menginformasikan tentang adanya konsep dinamika
lingkungan yang harus diantisipasi oleh organisasi, agar dapat melakukan
usaha-usaha yang bersitat strategis dalam usahanya mempertahankan kemampuan
kompetitif. Perubahan ekonomi, sosial, teknologi dan pemerintahan, misalnya,
telah diakui secara signifikan mempengaruhi sasaran dan strategi organisasi.
Oleh karena itu, organisasi harus selalu memperbaiki dan meningkatkan sasaran
organisasi. Perubahan dan ekspansi organisasional yang terencana menuntut
karyawan untuk selalu memperbaiki pengetahuan dan keterampilan atau bahkan
pengetahuan dan keterampilan yang baru sama sekali.
2.
Proses Pelatihan
Proses pelatihan mencakup beberapa kegiatan dimulai dari kegiatan analisis
kebutuhan, kemudian diikuti kegiatan perekrutan peserta pelatihan, pelaksanaan
pelatihan dan pengembangan, dan diakhiri dengan kegiatan evaluasi.
3.
Pendekatan Pelatihan
Banyak
pendekatan dan metode pelatihan dapat digunakan oleh organisasi. Menurut
lvancevieh (1992), pendekatan-pendekatan pelatihan hendaklah mengikuti salah
satu dari 4 (empat) pendekatan yang merupakan kombinasi dari elemen “apa” dan
“di mana” pelatihan. Keempat tipe utama pelatihan
tersebut adalah pelatihan magang (apprenticeship),
vestibule, pelatihan di tempat kerja (on-the
job), dan pelatihan di luar tempat
kerja (off the job).
a.
Pelatihan Magang (Apprentice Training)
Pelatihan magang merupakan
kombinasi dari pelatihan di tempat kerja dan di luar tempat kerja. Pelatihan
ini memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, seperti pemilik perusahaan,
pelatih di tempat kerja dan di sekolah, pemerintah dan serikat buruh. Pemagangan
dilaksanakan dalam suatu periode pelatihan dan pembelajaran dalam bentuk
belajar di kelas formal maupun pengalaman praktik di tempat kerja. Periode
pemagangan sangatlah bervariasi, mulai dari 2 tahun hingga 4-5 tahun. Selama
periode pemagangan, pemagang digaji lebih rendah daripada pekerja yang telah
ahli.
b.
Pelatihan Vestibule (Vestibule Training)
Dalam pelatihan ini, peserta pelatihan
belajar pekerjaan di dalam suatu lingkungan yang merupakan simulasi dari
lingkungan yang hampir sama dengan lingkungan kerja senyatanya. Contoh, simulasi cockpit
pesawat Boeing 767 yang digunakan untuk melatih calon pilot pesawat Boeing. Peserta pelatihan dapat menjalankan mesin pesawat
Boeing di bawah pengawasan pelatih, hingga mengetahui bagaimana menggunakannya
secara memadai. Sejumlah karyawan yang telah dilatih dalam metode vestibule memiliki masalah dalam penyesuaian
ketika mereka kembali di tempat bekerja senyatanya, sebab area yang digunakan
untuk pelatihan vestibule relatif
lebih aman dan tidak sibuk dibanding tempat kerja senyatanya.
c.
Pelatihan di Tempat Kerja (On-The-Job Training)
Metode pelatihan ini, karyawan ditempatkan
di dalam situasi kerja senyatanya dan
ditunjukkan pekerjaan serta trik-trik bisnis oleh seorang karyawan atau
supervisor.
Program ini jika tidak ditangani dengan
layak akan menjadi mahal, seperti mesin menjadi rusak atau pelanggan menjadi tidak
puas. Untuk menghindari masalah-masalah tersebut, pelatih harus dipilih secara
hati-hati dan benar. Peserta pelatihan harus ditempatkan bersama-sama pelatih
yang memiliki latar belakang dan kepribadian yang sama. Pelatih harus
termotivasi melalui pelatihan dan mendapatkan reward yang layak agar bekerja lebih baik. Selain itu pelatih harus
menggunakan teknik pelatihan yang efektif.
Terdapat tiga pendekatan pelatihan di tempat kerja yang dipergunakan
secara luas, yaitu Coaching dan Counseling; Transitory, Anticipatory Experience; dan Transfers and Rotation.
d.
Pelatihan di Luar Tempat Kerja (Off-The-Job Training)
Pelatihan ini dapat dilakukan di dalam
kelas, sekolah-sekolah kejuruan, atau tempat lain. Jika kepemilikan pengetahuan
yang menjadi tujuan, maka akan lebih baik menggunakan pengajaran yang
terprogram. Jika pelatihan ditujukan untuk meningkatkan keahlian memecahkan
masalah, maka akan lebih baik menggunakan metode pelatihan kasus. Metode
pengajaran yang paling populer untuk pelatihan di luar tempat kerja adalah
kuliah/diskusi, pengajaran terprogram, dan pengajaran berbantuan komputer
(CAI/Computer-Asssisted Instructoan).
E. DEFINISI PRODUKTIVITAS
Saudara
mahasiswa, secara sederhana disepakati
bahwa produktivitas adalah suatu rasio keluaran (output) terhadap masukan (input).
Masukan dapat mencakup jam kerja atau biaya buruh, biaya produksi dan biaya
peralatan. Keluaran dapat berupa penjualan, pendapatan, pangsa pasar dan kesalahan-kesalahan
yang dibuat. Dengan demikian, produktivitas mengacu pada efisiensi produksi.
Dalam
kenyataannya, jarang dijumpai pengukuran produktivitas yang benar-benar
lengkap, yang paling sering adalah keluaran hanya diukur, misalnya dalam
kuantitas, seperti barrel minyak, jumlah refrigerator, atau ton baja. Sedangkan,
masukan diukur hanya dengan jam kerja buruh atau biaya buruh. Oleh karena itu,
banyak yang beranggapan bahwa produktivitas dipengaruhi oleh pengetahuan,
keahlian, sikap, motivasi dan perilaku karyawan.
F.
PENENTU PRODUKTIVITAS
Saudara
mahasiswa, secara khusus variabel penentu
produktivitas dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi, yaitu keahlian atau
kemampuan karyawan, usaha yang dikeluarkan karyawan, dan kondisi eksternal yang
dapat membantu atau bahkan menghambat kinerja karyawan.
G. STRATEGI MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
Saudara
mahasiswa, agar rekomendasi dari departemen SDM dapat implementasikan secara berhasil,
maka perlu diikuti langkah-langkah strategis sebagai berikut.
1. Sebelum membuat suatu perubahan, departemen
sumber daya manusia harus memperoleh komitmen dari seluruh manajemen terhadap
produktivitas. Komitmen ini harus melibatkan jaminan manajemen, bahwa
departemen garis akan mendukung dan mengambil peran aktif dalam perubahan;
2. Hindarkan menggunakan teknik quick-fix, sebab produktivitas jelek
biasanya dapat berurat-akar dalam organisasi yang memerlukan perubahan secara
mendalam dan tidak mudah dicapai. Usaha yang bersifat superfisial tidak akan cukup untuk mempertahankan energi yang
diperlukan untuk perubahan yang efektif;
3. Departemen sumber daya manusia harus
membangun penghargaan kepada karyawan dalam suatu perubahan besar, agar
diperoleh dukungan yang terus-menerus.
4. Departemen sumber daya manusia harus menjaga
intervensi yang fleksibel. Perubahan yang pasif memerlukan evaluasi yang
kontinyu untuk meyakinkan bahwa mereka berada pada posisi yang benar. Jika
sesuatu berjalan salah, program harus cukup fleksibel untuk memasukkan koreksi
agar dapat meminimalkan kekacauan.
5. Profesional manajemen sumber daya manusia
harus menyadari bahwa intervensi peningkatan poduktivitas dapat sangat
kompleks, dan bahwa individu dalam organisasi mungkin tidak memiliki keahlian
serta pengalaman yang diperlukan untuk melaksanakan intervansi secara sukses
tanpa bantuan. Dengan demikian, mereka perlu membawa konsultan yang
berpengalaman dari luar untuk membantu merencanakan dan memonitor intervensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar