MANAJEMEN RISIKO dan PROSESNYA


INISIASI II
MANAJEMEN RISIKO dan PROSESNYA


I.          Pengertian Manajemen Risiko
Untuk mahluk hidup, upaya mempertahankan diri sudah merupakan insting yang dimiliki  sejak lahir.  Namun apakah hal ini juga dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.  Bila dilihat dari tujuan didirikannya perusahaan yaitu untuk mendapatkan keuntungan dimana dengan keuntungan ini perusahaan dapat mempertahankan atau membiayai dirinya.  Pada kondisi seperti ini perusahaan secara sadar atau tidak sadar memiliki upaya untuk  dapat mengatasi permasalahan yang terjadi  didalamnya termasuk upaya untuk mengatasi risiko yang mungkin muncul. Namun mengingat organisasi/perusahaan  bukan merupakan mahluk hidup maka yang dapat bertindak dalam mengatasi permasalahan yang terjadi adalah orang-orang yang berada dalam perusahaan tersebut.

Untuk menghindari kemungkinan terburuk yang dapat terjadi dalam perusahaan/organisasi diperlukan suatu sistem dan mekanisme tertentu yang dapat menuntun organisasi dalam mengatasi permasalahan yang muncul. Salah satu sistem yang dapat dijalankan adalah manajemen risiko.  Adapun pengertian  dari manajemen risiko adalah sebagai berikut:

q  Manajemen risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap, yang dipunyai organisasi, untuk mengelola, memonitor, dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap risiko (SBC Warburg, The Practice of Risk Management, Euromoney Book, 2004)
q  Enterprise Risk Management adalah kerangka yang komprehensif, terintegrasi, untuk mengelola risiko kredit, risiko pasar, modal ekonomis, transfer risiko, untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Lam, James, Enterprise Risk Management, Wiley, 2004)
q  Manajemen risiko organisasi mempunyai elemen-elemen berikut ini:
Identifikasi Misi: Menetapkan Tujuan manajemen risiko
Penilaian Risiko dan Ketidakpastian: Mengidentifikasi dan mengukur risiko
Pengendalian Risiko: Mengendalikan risiko melalui diversifikasi, asuransi, hedging, penghindaran, dll

Dari pengertian manajemen risiko di atas, tujuan implementasi manajemen risiko adalah menciptakan sistem atau mekanisme dalam organisasi sehingga risiko yang bisa merugikan organisasi bisa diantisipasi dan dikelola untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan.  Perlu disadari bahwa risiko dan keuntungan (returnt) bukan merupakan hubungan garis lurus dimana semakin tinggi risiko semakin besar keuntungan yang mungkin diperoleh.  Bila kondisi ini yang terjadi tidak diperlukan suatu sistem manajemen risiko.  Namun mengingat hubungan antara risiko dan keuntungan adalah non linier dimana sampai pada kondisi tertentu peningkatan risiko dapat meningkatkan keuntungan.  Selanjutnya bila hal ini dilanjutkan  maka peningkatkan risiko dapat menyebabkan keuntungan menurun.  Hal ini digambarkan dengan gambar berikut:





Hubungan Risiko dan Tingkat Keuntungan (Return):



II.        Macam-Macam Risiko Dalam Organisasi
Didalam organisasi atau perusahaan, jika dilihat dari sumbernya, risiko dapat berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) organisasi.  Risiko tersebut lebih lanjut dapat dikatagorikan atas risiko stratejik, keuangan, opersional dan hazard.  Gambaran dari seluruh risiko dalam organisasi ini adalah sebagai berikut: 
 
 





















                                                                                                   Sumber  Hinsa Siahaan


Risiko Keuangan
Potensi terjadinya kerugian yang disebabkan factor diluar organisasi misalnya adalah:
  • Interest Rate: risiko kerugian karena perubahan suku bunga.  Bagi perusahaan dengan modal kerja yang dibiayaia oleh pinjaman bank, kenaikan suku bunga bisa mempunyai dampak yang luas.
  • Foreign Exchange: risiko kerugian karena perubahan kurs valuta asing. Untuk perusahaan yang bahan baku berasal dari luar negeri serta berorientasi ekspor perubahan terhadap foreign exchange.
  • Credit: risiko kerugian karena ada pihak yang default (cedera janji) tidak dapat mematuhi kewajibannya mengembalikan kredit tepat waktu.
  • Liquidity & cash flow: risiko likuiditas dipicu ketidak mampuan internal organisasi menyediakan uang tunai. Risiko ini disebabkan factor internal atau disebut endogenous factor, yang sesungguhnya ada dalam jangkauan pengendalian manajemen.

Risiko Strategis
Risiko jangka panjang yang dipengaruhi faktor eksternal organisasi:
·         Competition: risiko yang berasal dari persaingan yang dapat berdampak pada keuangan dan proses produksi.
·         Customer Change: potensi risiko kerugian karena perubahan selera pelanggan atau pergeseran selera pelanggan yang menyebabkan penurunan penjualan organisasi.
·         Industry Change : Perubahan industri karena inovasi atau munculnya teknologi baru yang membutuhkan pembiayaan yang besar. 
·         Merger & Acquisitions Integration. Integrasi beberapa perusahaan melalui merger dan akuisi.  Ini tidak hanya dipengaruhi faktor internal organisasi   

Murni dipengaruhi internal organisasi:
  • Research and Development: kegiatan research dan pengembangan yang diprakarsai internal organisasi.  Riset tidak hanya membutuhkan biaya yang besar tetapi juga waktu yang lama.  Hasil dari riset tidak selama dapat  dikembangkan menjadi produk dan produk yang dikembangkan juga belum tentu berhasil di pasar.
  • Intellectual Capital: pada saat ini sumberdaya manusia mnjadi salah satu factor yang dapat meningkatkan keberhasilan dalam persaingan. Untuk itu risiko kehilangan sumberdaya manusia andalan organisasi dapat menjadi kerugian bagi organisasi dan keuntungan bagi kompetitor.
  • Information system: risiko kerugian disebabkan kelemahan sistem informasi namun investasi dalam teknologi informasi belum menjamin keberhasilan dalam usaha.

Risiko yang dipengaruhi dua faktor, internal dan eksternal
adalah:
·         Recruitment: kegagalan   dari rekrutmen  yang menyebabkan  counter productive atau inefficiency    mungkin   disebabkan in­ternal tetapi mungkin juga sekaligus disebabkan eksternal organisasi, dan
·         Supply Chain: risiko kerugian karena gangguan pada saluran pemasokan bahan baku perusahaan atau saluran   pengiriman hasil produksi.

  Risiko murni dipengaruhi eksternal organisasi:
·         Regulation: adanya peraturan baru dapat menimbulkan    kerugian,
·         Culture: perubahan budaya dari luar dapat menyebabkan  kerugian, dan
  • Board Composition: perubahan susunan dewan direksi/ de­wan pengawas dari luar organisasi dapat menimbulkan  kerugian, misalnya meningkatnya biaya-biaya.

Risiko Operasional (Operational Risk)
Murni akibat internal organisasi adalah:
  •  Accounting Control:    risiko     kerugian   akibat  pengendalian  keuangan lemah karena kesalahan/kelalaian dalam pembu­kuan keuangan (sistem akuntansi)

Risiko yang dipengaruhi dua faktor, internal dan eksternal adalah:
  • Recruitment:     kegagalan     dar  i recruitment yang  menyebabkan counter productive atau inefficiency mungkin disebabkan inter­nal tetapi mungkin juga sekaligus disebabkan eksternal organisasi, dan
  • Supply Chain: risiko kerugian karena gangguan pada saluran    pemasokan    bahan   baku   perusahaan   atau    saluran pengiriman hasil produksi.

Risiko murni dipengaruhi eksternal organisasi:
  • Regulation: adanya peraturan baru dapat menimbulkan    kerugian,
  • Culture: perubahan budaya dari luar dapat menyebabkan    kerugian, dan
  • Board Composition:     perubahan   susunan   dewan direksi/ dewan    pengawas dari luar organisasi dapat menimbulkan kerugian,  misalnya meningkatnya biaya-biaya.

Risiko yang Dipicu Kondisi Fisik dan Nonfisik (Hazard Risk)
Risiko ini ada yang dipengaruhi atau bersumber sekaligus dari internal dan eksternal organisasi:
  •  Public Access:     jalan   mendapatkan   informasi    dari   dan   ke    masyarakat luas,
  •  Employee:    produktivitas    karyawan   mungkin     menurun dras­tis karena    pengaruh    internal    dan   eksternal   organisasi yang menimbulkan kerugian
  •  Properties:    harta organisasi   mungkin   mengalami     kemundur­ an daya tarik    baik secara   teknis    maupun    secara    ekonomis,    yang menyebabkan kerugian bagi organisasi, dan
  •  Product & Service:    perubahan    kondisi   barang   atau jasa yang    diproduksi mungkin bersumber dari internal dan eksternal  yang dapat menimbulkan kerugia

Risiko murni berasal dari perubahan kondisi berasal dari eksternal:
·         Contract: adanya perubahan-perubahan isi pasal-pasal dalam kontrak secara sepihak dapat menimbulkan kerugian bagi organisasi,
·         Natural Event: kejadian alam seperti gempa bumi, angin topan, dan banjir dapat menimbulkan kerugian di luar pengendalian organisasi,
·         Supplier: perubahan perilaku pemasok bahan baku di luar jangkauan pengendalian organisasi dapat menimbulkan risiko kerugian, dan
·         Environment: perubahan lingkungan hidup, seperti; dampak rumahkaca, masalah ozon, perubahanmusim, adalahkondisi lingkungan eksternal yang dapat merugikan organisasi.
·          
III.     Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko adalah tahapan-tahapan  melalui mana sebuah perusahaan memastikan bahwa risiko yang dihadapinya (mengancamnya) adalah sesuai dengan risiko yang diinginkan, dibutuhkan atau direncanakan supaya terjadi.  Adapun tahapan-tahapan dalam manajemen risiko adalah
q  Identifikasi risiko
q  Evaluasi dan pengukuran risiko
q  Pengelolaan risiko
                                          i.    Memantau dan melaporkan risiko
                                         ii.    Mengendalikan risiko
                                        iii.    Mengkaji ulang risiko

Pada setiap tahapan manajemen risiko selalu mengandung komponen  ex ante (berdasarkan histori) dan ex post (berdasarkan proyeksi).
  
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah proses dimana perusahaan mengenali/menyadari risiko dan menyedilidiki risiko lain yang mungkin mengancam pelaksanaan usaha.  Jika dilihat dari komponen ex ante (berdasrkan sejarah) maka  dapat dilakukan hal sebaga berikut: menyatakan risiko-risiko yang umumnya terjadi, memisahkan risiko inti dan bukan inti, menyebutkan indentitas risiko tersebut dan menentukan toleransi risiko.  Sedangkan berdasrkan ex post (proyeksi) yang dilakukan adalah sebagai berikut:  evaluasi  risiko, mencari risiko-risiko lain yang mungkin terjadi, menentukan kembali batas toleransi.

2. Evaluasi dan Pengukuran Risiko
Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko tersebut. Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk ‘mengukur’ risiko tersebut.  dan membandingkannya dengan tolerasnsi yang ditentukan peruisahaan.

Ada beberapa tehnik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut misalnya dengan mengukur peluang terjadinya resiko. Semakin besar peluang risiko terjadi maka perlu dilakukan antisipasi pada kejadian atau risiko tersebut. Hal ian yang dapat digunakan untuk mengukur risiko adalah mengkombinasikan antara peluang dan nilai kerugian yang mungkin terjadi.  Hasil dan pengalian antara peluang dan nilai kerugian menunjukan prioritas dari risiko. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat matriks dengan sumbu mendatar seperti contoh berikut ini.


 
           









3. Pengelolaan Risiko
Pengeloaan risiko pada dasarnya bertujuan untuk menghindari atau mengurangi kerugian perusahaan bila risiko itu terjadi.  Berikut ini berbagai cara dalam mengelola risiko:
  • Penghindaran. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dengan catatan bila kita tidak memperoleh kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.  Ingat risiko merupakan suatu bentuk peluang yang dapat  memberikan keuntungan, kecuali risiko murni.  
  • Ditahan (Retention). Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko tersebut (menahan risiko tersebut, atau risk retention). Sebagai contoh, misalkan seseorang akan keluar rumah membeli sesuatu dari supermarket terdekat, dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan tersebut tidak diasuransikan. Orang tersebut merasa asuransi terlalu repot, mahal, sementara dia akan mengendarai kendaraan tersebut dengan hati-hati. Dalam contoh tersebut, orang tersebut memutuskan untuk menanggung sendiri (menahan, retention) risiko kecelakaan.
  • Diversifikasi. Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. Sebagai contoh, kita barangkali akan memegang aset tidak hanya satu, tetapi pada beberapa aset, misal saham A, saham B, obligasi C, properti, dsb. Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut diharapkan bisa dikompensasi oleh keuntungan dari aset lainnya.  
  • Transfer Risiko. Jika kita tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita bisa mentransfer risiko tersebut ke pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko tersebut. Sebagai contoh, kita bisa membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dari kecelakaan tersebut.
  • Pengendalian Risiko. Pengendalian risiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Sebagai contoh, untuk mencegah terjadinya kebakaran, kita memasang alarm asap di bangunan kita. Alarm tersebut merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran.
  • Pendanaan Risiko. Pendanaan risiko mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’ kerugian yang terjadi jika suatu risiko muncul. Sebagai contoh, jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan? Isu semacam itu masuk dalam wilayah pendanaan risiko.


Berikut ini bagan Kerangka Manajemen Risiko Organisasi
 
 



























Bagan diatas menggambarkan 2 elemen penting yang dibutuhkan dalam pengeloaan risiko pada suatu unit organisasi yaitu:
1.    Infrastuktur yang meliputi prasarana keras dan lunak: infrastruktur diperlukan mengingat didalam pengeloaan risiko memerlukan berbagai macam informasi baik dari dalam maupun luar organisasi.
2.     Proses/sistem manajemen risiko itu sendiri:

Namun yang lebih utama dalam keberhasilan pengelolaan risiko pada suatu organisasi adalah kesadaran seluruh karyawan tentang pentingnya pengeloaan risiko itu sendiri.  Untuk itu perlu dikembangkan budaya organisasi dengan salah satu nilai-nilai yang dipegang adalah prudent atau kehati-hatian yang dalam hal ini memasukan elemen risiko sebagai bagian dari perencanaan.

Untuk itu didalam suatu perencanaan kegiatan atau program disamping harus mempertimbangkan tiga hal berikut ini
q  Strategi : tujuan yang diharapkan dari program atau kegiatan tersebut
q  Operasional: bagaimana program atau kegiatan tersebut dijalankan (meliputi pendanaan, unit yang terlibat atau bertanggung jawab dan bagaimana mengevaluasinya)
q  Risiko: dalam hal ini perlu mempertimbangakn konsekuensi-konsekuensi apa yang mungkin terjadi (indentifikasi risiko) dan selanjutnya mengukur risiko dari konsekuensi konsekuensi yang mungkin terjadi dan  terakhir bagaimana cara menghindari risiko atau konsekuensi tersebut.
Berikut ini gambaran ketiga elemen tersebut didalam sutau kegiatan atau program

 
 






















Selamat belajar
Latihan dan diskusi

1.  Berikan contoh pengelolaan resiko berikut ini:

Retention
Diversifikasi

2. Tindakan  tindakan berikut ini termasuk pengelolaan risiko apa:

Hedging
Swap
Letter of Credit

Berikan alasannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yang terbaik

No whatsapp jasa karya ilmiah Universitas Terbuka

Untuk no whatsapp nya ganti di 085293796340 Untuk testimoni ada di galeri. Untuk yg lain2 gak tak post krna sdh mulai di rame pembahasan ter...