Tugas Teori Akuntansi
Sepuluh
Pertanyaan Materi Kontinjensi
1. Pertanyaan : Sebutkan dan Jelaskan kriteria-kriteria yang
harus dipenuhi sebelum melaporkan kontinjensi kerugian, serta perlakuan yang
diberikan pada setiap kondisi tersebut.
Jawaban : Probable (mungkin sekali) – kejadian di
masa depan mungkin terjadi. Kontijensi dibebankan pada penghasilan dan dicatat
sebagai hutang.
Reasonable probable (agak mungkin) –
kesempatan terjadinya lebih dari remote tetapi kurang dari mungkin. Kontijensi
diungkap dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
Remote – kesempatan terjadi tipis.
Kontijensi tidak diacuhkan.
2. Pertanyaan : Apa yang harus diperhatikan oleh manajemen
ketika ingin mencatat sebuah kemungkinan kontinjensi.
Jawaban : Periode terjadinya kejadian
tersebut terjadi.
Kemungkinan akan
terjadinya sebuah beban yang akan ditanggung perusahaan.
Kemampuan perusahaan dalam
mengestimasi besarnya nilai kerugian yang mungkin terjadi.
3. Pertanyaan : Sebutkan contoh-contoh kontinjensi kerugian.
Jawaban : Gugatan pengadilan
Biaya garansi
Premium dan kupon
Enviromental Liabilities
4. Pertanyaan : Apa saja informasi yang harus diungkap dalam
pengungkapan kontijensi.
Jawaban : Jenis kontinjensi
Faktor ketidakpastian yang
dapat mempengaruhi hasil akhir dimasa depan
Estimasi mengenai dampak keuangan atau pernyataan bahwa estimasi
semacam itu tidak dapat dibuat.
5. Pertanyaan : Untuk memberikan informasi yang lengkap bagi
para pemakai laporan keuangan membuat evaluasi dan dan keputusan sebagaimana
mestinya, apa yang harus diberitakan dalam pengungkapan kontinjensi?
Jawaban : Uraian mengenai peristiwa
yang bersangkutan
Estimasi mengenai dampak
keuangan yang mungkin akan terjadi
6.
Pertanyaan
: Apa
dasar-dasar yang digunakan manajemen dalam penentuan estimasi nilai kontijensi
yang akan terjadi?
Jawaban : Dasar-dasar
yang digunakan dalam mengestimasi nilai kontijensi antara lain pertimbangan
yang didasarkan pada informasi yang tersedia sampai pada tanggal laporan
keuangan mendapat persetujuan formal untuk diterbitkan dan akan mencakup
peninjauan kembali (review) terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah
tanggal neraca, dilengkapi dengan pengalaman dari transaksi serupa dan dalam
beberapa kasus, serta laporan dari para ahli yang independen.
7. Pertanyaan : Bagaimana perlakuan akuntansi untuk beban
garansi yang merupakan kerugian kontijensi?
Jawaban : Garansi merupakan salah satu contoh
dari kontinjensi kerugian. Sehingga jumlah biaya garansi yang kemungkinan akan terjadi pada periode
akuntansi berikutnya diukur nilainya dan diakui sebagai kerugian pada periode
ini, sedangkan pada sisi kredit, memunculkan sebuah hutang garansi.
·
Ketika
mengakui kerugian untuk periode “x+1”, catatan akuntansi pada periode “x”
adalah :
Beban
Garansi 2.000.000
Hutang
Garansi 2.000.000
·
Kemudian
ketika pelanggan mengklaim garansi di periode “x+1”, catatan akuntansinya
adalah :
Hutang Garansi 200.000
Kas/Spare Part/Persediaan 200.000
·
Ketika
akan mengestimasi beban untuk periode “x+2”, namun masih ada hutang garansi
yang bersisa di periode “x+1” senilai 500.000, catatan akuntansinya adalah :
Beban Garansi 1.500.000
Hutang Garansi 1.500.000
·
Kemudian
ketika pada periode “x+1” hutang garansi yang diestimasi pada periode “x” sudah
habis, maka ketika terjadi klaim garansi dari pelanggan pada periode “x+1”,
catatan akuntansinya adalah :
Beban Garansi 200.000
Kas/Spare Part/Persediaan 200.000
8.
Pertanyaan
: Bagaimana
perlakuan akuntansi terhadap kontinjensi pada perpajakan?
Jawaban : Pada perpajakan, kontijensi kerugian
tidak diakui sebagai pengurang penghasilan kena pajak untuk badan usaha. Oleh
karena itu perusahaan dapat membuat laporan keuangan untuk kepentingan
perpajakan setelah dilakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan komersil.
9.
Pertanyaan
: Bagaimana
perlakuan akuntansi terhadap kontinjensi keuntungan, mengingat kontijensi
keuntungan sedikit sekali disinggung di dalam presentasi?
Jawaban : Pada
dasarnya tidak terdapat kontijensi keuntungan di dalam kontinjensi. Hal
tersebut sesuai dengan prinsip konservatif, yang berarti mengakui kerugian
lebih awal terhadap kerugian yang mungkin terjadi di masa depan namun tidak
mengakui kemungkinan keuntungan yang mungkin terjadi pada masa depan. Hal
tersebut juga dipertegas pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 pada
paragraf ke-13. Bahwa keuntungan kontinjensi tidak diakui dalam laporan
keuangan karena dapat mengakibatkan pengakuan pendapatan (revenue) yang mungkin
tidak akan pernah direalisasi. Tetapi bila realisasi suatu keuntungan dapat
dipastikan, maka keuntungan semacam itu bukan kontinjensi dan pengakruan
keuntungan dapat dibenarkan.
10.
Pertanyaan
: Untuk
menentukan perlakuan terhadap kontinjensi kerugian terdapat tiga patokan
kemungkinan terjadinya kerugian. Ketiga hal tersebut adalah, mungkin, sedikit
mungkin, dan kecil kemungkinan terjadi. Untuk menentukan tingkat kemungkinan
terjadinya kerugian kontinjensi apakah terdapat standar penentuan yang berlaku
umum?
Jawaban : Untuk menentukan tingkat kemungkinan terjadinya
kerugian, tidak terdapat standar yang berlaku umum. Biasanya manajemen
menggunakan indikator-indikator tertentu yang cocok untuk diaplikasikan di
dalam perusahaannya. Indikator yang biasa digunakan adalah pengalaman
tahun-tahun terdahulu. Oleh karena itu, meskipun tidak terdapat standar yang
berlaku umum, manajemen mempunyai kebijakan akuntansi yang berlaku di dalam
perusahaannya sebagai standar untuk menentukan tingkat kemungkinan terjadinya
kerugian. Hal ini juga berguna bagi para auditor untuk menilai dan melakukan
audit di perusahaan tersebut sebagai landasan penilaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar